Bangkai Ikan Dan Belalang Tidak Membatalkan Shalat

Tulisan ini perlu kami terbitkan, mengingat ada sebahagian orang yang menganggap bahwa semua bangkai, termasuk bangkai ikan dan belalang adalah najis. Sehingga ada yang bertanya bagaimana jika di saat kita shalat, terdapat bangkai ikan atau belalang di pakaian kita. Apakah shalat kita batal?

Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas, kami berinisiatif untuk menerbitkan tulisan ini.
Perlu kita ketahui bahwa tidak semua bangkai itu najis. Bangkai manusia,ikan dan belalang bukan najis. Hal ini senada dengan apa yang telah di uraikan oleh syeikh jalaluddin al-mahally dalam kitabnya kanz al-raghibin:
وميتة السمك والجراد طاهرة لحل تناولها، وكذا ميتة الآدمي في الأظهر، لقوله تعالى {ولقد كرمنا بني آدم} [الإسراء: 70]

“Dan bangkai ikan dan belalang itu suci karna halal mempergunakannya. Begitu pula dengan bangkai manusia berdasarkan pada pendapat yang kuat. Karna firman Allah : “ Dan sungguh telah kami muliakan manusia” (al-isra: 70)”


Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawy juga berkomentar dalam kitab beliau majmu’ syarah al-muhazzab, juz. 1, hal. 216 (dar al-fikr) :
وَأَمَّا قَوْلُهُ كُلُّ حَيَوَانٍ نَجِسَ بِالْمَوْتِ فَاحْتِرَازٌ مِمَّا لَا يَنْجُسُ بِالْمَوْتِ بَلْ يَبْقَى طَاهِرًا وَذَلِكَ خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ ذَكَرَهَا صَاحِبُ الْحَاوِي السَّمَكُ
وَالْجَرَادُ وَالْجَنِينُ بَعْدَ ذَكَاةِ أُمِّهِ وَالصَّيْدُ إذَا قَتَلَهُ الْكَلْبُ أَوْ السَّهْمُ بِشَرْطِهِ وَالْخَامِسُ الْآدَمِيُّ عَلَى أَصَحِّ الْقَوْلَيْنِ فَهَذِهِ مَيْتَاتٌ طَاهِرٌ لَحْمُهَا وَجِلْدُهَا

“Dan katanya (imam syairazy) :”dan tiap-tiap hewan yang najis karena mati”. Perkataan imam syairazy tersebut tidak termasuk hewan-hewan yang tidak bernajis dengan sebab mati, tetapi mereka tetap suci. Terdapat lima jenis hewan sebagaimana disebutkan oleh pengarang kitab hawy, yaitu: ikan,belalang, janin hewan setelah menyembelih induknya, binatang buruan yang dibunuh oleh anjing pemburu atau mati karna panah dengan syarat-syarat tertentu, dan yang terakhir bangkai manusia berdasarkan pendapat kuat. Maka semua hewan-hewan yang tersebut diatas adalah suci, baik daging dan kulitnya.

Adapun jika dalam perut ikan dan belalang tersebut terdapat najis, maka dapat membatalkan shalat. sebagaimana tersebut dalam kitab fathul mu'in, juz. 1, hal. 106, cet. al-haramain;
ولا تصح صلاة من حمل مستجمرا أو حيوانا بمنفذه نجس أو مذكى غسل مذبحه دون جوفه أو ميتا طاهرا كآدمى وسمك لم يغسل باطنه أو بيضة مذرة فى باطنها دم ، ولا صلاة قابض طرف متصل بنجس وإن لم يتحرك بحركته
"Dan tidak sah shalat orang yang membawa orang yang istijmar (istinja dengan menggunakan batu), atau (membawa) hewan yang pada manfadz (dubur) nya itu ada najis, atau (membawa binatang) yang disembelih yang dicuci (leher) tempat sembelihnya dan tidak (dicuci) rongga (perut) nya, atau (membawa) bangkai yang suci seperti manusia dan ikan yang tidak dicuci (bagian dalam) perutnya, atau (membawa) telur mandul yang didalamnya ada darah.
Dan (tidak sah) shalat orang yang memegang ujung (tali) yang bersambung dengan najis sekalipun (ujung tali tersebut) tidak bergerak-gerak dengan sebab orang tersebut bergerak-gerak”

Namun yang membatalkan shalat bukanlah bangkai ikan atau belalang, tetapi najis yang ada dalam perutnya yang tidak dimaafkan.

Dan pula, hukum najis yang tidak dimaafkan tersebut tidak berlaku secara mutlak. akan tetapi hanya berlaku pada ikan dan belalang yang besar (menurut 'urf -kebanyakan orang-). sementara ikan dan belalang yang kecil, maka dimaafkan dan tidak dapat membatalkan shalat walaupun belum dibersihkan isi perutnya, hal ini disebabkan karena sukar untuk membersihkannya. sebagaimana dinyatakan oleh imam Ibnu Hajar al-Haitamy dalam kitab fatawa al-fiqhiyyah al-kubra, juz. 1, hal. 167, cet. Darul fikri;
وَأَمَّا ما ذَكَرَهُ السَّائِلُ من جَوَازِ أَكْلِ رَوْثِ الْجَرَادِ وَنَحْوِهِ معه فَهُوَ ما مَشَى عليه الشَّيْخَانِ في صِغَارِ السَّمَكِ وَأَلْحَقَ بِهِ في الرَّوْضَةِ الْجَرَادَ وهو الْمُعْتَمَدُ خِلَافًا لِمَا يُوهِمُهُ كَلَامُ الْقَمُولِيِّ وَغَيْرِهِ فَلَا يَتَنَجَّسُ الْفَمُ وَلَا يَجِبُ غَسْلُهُ لِلصَّلَاةِ وَلَا لِغَيْرِهَا
"Dan adapun pernyataan dari penanya yang menyatakan boleh memakan kotoran belalang dan seumpamanya sekalian dengan belalangnya itu merupakan pendapat syaikhani (imam nawawy dan imam rafi'i) pada masalah ikan kecil. Dan dalam kitab Raudhah, imam nawawy mengqiyaskan hukum tersebut kepada belalang, dan itulah pendapat yang kuat. namun, pendapat tersebut berbeda dengan apa yang terfaham dari perkataan al-qamuly dan lainnya. maka mulut tidak bernajis (dengan sebab memakan kotoran ikan atau belalang kecil) dan tidak wajib mencuci mulut untuk mengerjakan shalat dan tidak pula wajib untuk selain shalat.

dari matan tersebut, bisa kita fahami bahwa tidak mengapa membawa bangkai ikan dan belalang yang kecil dalam shalat, walaupun belum dibersihkan isi perutnya.

Jadi, dari uraian di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan:
1. Bangkai ikan dan bangkai belalang yang besar yang sudah dibersihkan segala najis yang ada dalam perutnya, maka ia suci . Jika terdapat pada pakaian orang yang sedang melaksanakan shalat, tidak dapat membatalkan shalat.
2. Bangkai ikan dan bangkai belalang yang besar yang belum dibersihkan segala najis yang ada dalam perutnya, maka tidak boleh di bawa dalam shalat, karena isi perutnya masih bernajis.
3. Bangkai ikan dan bangkai belalang yang kecil walaupun isi perutnya belum dibersihkan, maka ia dimaafkan, karna sukar untuk membersihkannya. dan tidak dapat membatalkan shalat.

Wallahu a’lam.

Post a Comment

5 Comments

  1. assalamu'alaikum Tgk
    Bagaimana pula dengan darah ikan??
    saya pernah dengar pendapat meskipun tidak ada dalilnya darah ikan dan kotorannya bernajis
    tolong tanggapannya
    wassalam

    ReplyDelete
  2. wa`alaikum salam

    Benar, darah ikan juga bernajis, termasuk dalam keumuman darah yang di sebutkan bernajis dalam al-quran. makanya wajib di sucikan. Namun datah ikan yang ada dalam daging ikan di maafkan karena memang sulit untuk membersihkannya

    ReplyDelete
  3. Di dalam kitab Fiqih Fathul Mu‘in yang dicetak bersama I‘anatuth-Thalibin (penerbit al-Haramain) juz 1 halaman 106, sebagai berikut:


    ولا تصح صلاة من حمل مستجمرا أو حيوانا بمنفذه نجس أو مذكى غسل مذبحه دون جوفه أو ميتا طاهرا كآدمى وسمك لم يغسل باطنه أو بيضة مذرة فى باطنها دم ، ولا صلاة قابض طرف متصل بنجس وإن لم يتحرك بحركته

    “Dan tidak sah shalat orang yang membawa orang yang istijmar (istinja dengan menggunakan batu), atau (membawa) hewan yang pada manfadz (dubur) nya itu ada najis, atau (membawa binatang) yang disembelih yang dicuci (leher) tempat sembelihnya dan tidak (dicuci) rongga (perut) nya, atau (membawa) bangkai yang suci seperti manusia dan ikan yang tidak dicuci (bagian dalam) perutnya, atau (membawa) telur mandul yang didalamnya ada darah.
    Dan (tidak sah) shalat orang yang memegang ujung (tali) yang bersambung dengan najis sekalipun (ujung tali tersebut) tidak bergerak-gerak dengan sebab orang tersebut bergerak-gerak”.

    ReplyDelete
  4. BANGKAI IKAN DAN BELALANG TIDAK MEMBATALKAN SHALAT?

    --------------------------------------------

    Ini copy paste dari lbm MUDI mesra:

    --------------------------------------------

    Tulisan ini perlu kami terbitkan, mengingat ada sebahagian orang yang menganggap bahwa semua bangkai, termasuk bangkai ikan dan belalang adalah najis. Sehingga ada yang bertanya bagaimana jika di saat kita shalat, terdapat bangkai ikan atau belalang di pakaian kita. Apakah shalat kita batal?Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas, kami berinisiatif untuk menerbitkan tulisan ini.
    Perlu kita ketahui bahwa tidak semua bangkai itu najis. Bangkai manusia, ikan dan belalang bukan najis. Hal ini senada dengan apa yang telah di uraikan oleh Syaikh Jalaluddin al-Mahally dalam kitabnya Kanz al-Raghibin:

    وميتة السمك والجراد طاهرة لحل تناولها، وكذا ميتة الآدمي في الأظهر، لقوله تعالى {ولقد كرمنا بني آدم} [الإسراء: 70]

    “Dan bangkai ikan dan belalang itu suci karna halal mempergunakannya. Begitu pula dengan bangkai manusia berdasarkan pada pendapat yang kuat. Karna firman Allah : “ Dan sungguh telah kami muliakan manusia” (al-Isra: 70)”.

    Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawy juga berkomentar dalam kitab beliau Majmu’ Syarh al-Muhazzab, juz. 1, hal. 216 (dar al-fikr) :

    وَأَمَّا قَوْلُهُ كُلُّ حَيَوَانٍ نَجِسَ بِالْمَوْتِ فَاحْتِرَازٌ مِمَّا لَا يَنْجُسُ بِالْمَوْتِ بَلْ يَبْقَى طَاهِرًا وَذَلِكَ خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ ذَكَرَهَا صَاحِبُ الْحَاوِي السَّمَكُ
    وَالْجَرَادُ وَالْجَنِينُ بَعْدَ ذَكَاةِ أُمِّهِ وَالصَّيْدُ إذَا قَتَلَهُ الْكَلْبُ أَوْ السَّهْمُ بِشَرْطِهِ وَالْخَامِسُ الْآدَمِيُّ عَلَى أَصَحِّ الْقَوْلَيْنِ فَهَذِهِ مَيْتَاتٌ طَاهِرٌ لَحْمُهَا وَجِلْدُهَا

    “Dan katanya (imam Syairazi) :”dan tiap-tiap hewan yang najis karena mati”. Perkataan imam syairazy tersebut tidak termasuk hewan-hewan yang tidak bernajis dengan sebab mati, tetapi mereka tetap suci. Terdapat lima jenis hewan sebagaimana disebutkan oleh pengarang kitab hawy, yaitu: ikan, belalang, janin hewan setelah menyembelih induknya, binatang buruan yang dibunuh oleh anjing pemburu atau mati karna panah dengan syarat-syarat tertentu, dan yang terakhir bangkai manusia berdasarkan pendapat kuat.

    Maka semua hewan-hewan yang tersebut diatas adalah suci, baik daging dan kulitnya.

    Jadi, dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa jika terdapat bangkai ikan dan bangkai belalang pada pakaian orang yang sedang melaksanakan shalat, tidak dapat membatalkan shalat. Karena bangkai yang dapat membatalkan shalat adalah bangkai yang bernajis, sementara bangkai ikan dan belalang bukanlah najis. Wallahu a’lam.

    --------------------------------------------------


    INI SANGGAHAN BERDASARKAN KITAB FIQIH FATHUL MU‘IN.

    --------------------------------------------


    Di dalam kitab Fiqih Fathul Mu‘in yang dicetak bersama I‘anatuth-Thalibin (penerbit al-Haramain) juz 1 halaman 106, sebagai berikut:


    ولا تصح صلاة من حمل مستجمرا أو حيوانا بمنفذه نجس أو مذكى غسل مذبحه دون جوفه أو ميتا طاهرا كآدمى وسمك لم يغسل باطنه أو بيضة مذرة فى باطنها دم ، ولا صلاة قابض طرف متصل بنجس وإن لم يتحرك بحركته

    “Dan tidak sah shalat orang yang membawa orang yang istijmar (istinja dengan menggunakan batu), atau (membawa) hewan yang pada manfadz (dubur) nya itu ada najis, atau (membawa binatang) yang disembelih yang dicuci (leher) tempat sembelihnya dan tidak (dicuci) rongga (perut) nya, atau (membawa) bangkai yang suci seperti manusia dan ikan yang tidak dicuci (bagian dalam) perutnya, atau (membawa) telur mandul yang didalamnya ada darah.
    Dan (tidak sah) shalat orang yang memegang ujung (tali) yang bersambung dengan najis sekalipun (ujung tali tersebut) tidak bergerak-gerak dengan sebab orang tersebut bergerak-gerak”.

    <<**>>

    ReplyDelete
  5. terima kasih kami ucapkan kepada saudara Iskandar Neuheun atas masukannya. insya Allah akan segera kami tangani :)

    ReplyDelete