Keabsahan Tiktok Affiliate dalam Perspektif Fikih Muamalah



 A. Deskripsi Masalah

Affiliate Program adalah salah satu sistem bisnis dengan jenis pemasaran produk pada transaksi jual beli online yang muncul baru-baru ini. Affiliate Program ini mempermudah individu yang terlibat dalam bisnis tanpa memerlukan modal awal, dimana para affiliator tidak perlu menyimpan stok barang, mereka hanya memiliki tugas untuk memasarkan produk dengan menyajikan konten berupa foto, video yang orisinal atau tautan pembelian kepada konsumen. Melalui kreativitas affiliator, mereka membuat konten foto atau video promosi produk, apabila konsumen tertarik untuk melakukan transaksi pembelian maka mereka dapat mengklik opsi keranjang kuning atau tautan pembelian, dan transaksi akan dilanjutkan. Kemudian setelah melakukan pembelian barang pesanan pembeli akan langsung dikirim oleh penjual. Meski sistem kerja seorang affiliator hanya mempromosikan barang dengan cara tersebut affiliator tetap mendapatkan komisi dari pihak ketiga yakni penjual sebab konsumen membeli melalui link atau keranjang yang disediakan oleh affiliator tersebut.

Lebih jelasnya, pihak pertama atau penjual barang menyediakan barang di marketplace, yang sudah memiliki tautan link atau sudah terdaftar di keranjang pembelian yang bahkan sudah tercamtum jumlah persen komisi yang akan di dapat oleh setiap afiliator yang berhasih menjual barang tersebut. Kemudian, afiliator mempublikasikan konten berupa video atau foto yang di tautkan link barang dari toko-toko terntentu. Jika afiliator berhasil menarik konsumen untuk membeli, afiliator akan mendapatkan komisi yang sudah tercantum sejak awal setelah barang terkirim dan melewati fase pengembalian.

Istilah-istilah dalam tiktok affiliate:

1. Affiliator, merupakan affiliate marketer atau kamu sebagai TikTok user yang telah bergabung di program TikTok Affiliate untuk mempromosikan produk yang ada di TikTok Shop atau merchant.

2. Merchant, merupakan mereka yang menjual produknya di TikTok Shop.

3. Affiliate Network, merupakan perantara yang ada di antara affiliator dan pihak merchant.

4. Customer, merupakan TikTok user yang membuka tautan produk dan membelinya dari             affiliator.

    Praktek transaksi affiliate justru menimbulkan tanda tanya baru bagi kita mengenai dengan mekanismenya, apakah sudah relavan dengan ketentuan fiqih muamalah?

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana status akad dalam TikTok Affiliate?

2. Bagaimana hukum memperoleh komisi dari TikTok Affiliate?

C. Jawaban

1. Status Akad TikTok Affiliate

Akad yang terjadi dalam TikTok Affiliate termasuk dalam kategori akad ju’alah, karena memenuhi ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam akad ju’alah. Berikut penjelasannya:

a.     Ja’il (Pemberi Imbalan)

Syarat seorang ja’il adalah memiliki hak penuh terhadap harta yang dimilikinya (memiliki tasharruf muthlaq artinya ia sudah baligh berakal dan bukan mahjur 'alaih) dan tidak berada dalam kondisi terpaksa. Dalam konteks TikTok Affiliate, pemilik produk bertindak sebagai ja’il. Umumnya, pemilik produk telah memenuhi syarat sebagai ja’il, yaitu orang yang sudah baligh, berakal (mukallaf), dan secara sadar serta bebas membuat tawaran imbalan kepada siapa saja yang bersedia memasarkan produknya.

b.     Amil (Pekerja/Pelaksana)

Syarat seorang ‘amil adalah mengetahui dan memahami adanya komitmen dari pihak ja’il terhadap suatu pekerjaan tertentu. Dalam TikTok Affiliate, para afiliator (‘amil) telah memahami bahwa jika mereka berhasil menjual produk melalui tautan afiliasi mereka, maka mereka akan memperoleh komisi tertentu. Ini menunjukkan adanya kesadaran terhadap komitmen tersebut.

 c.     Shighat (Lafal Penawaran Akad)

Dalam ju’alah, cukup adanya ijab (penawaran) dari ja’il, dan tidak disyaratkan adanya qabul (penerimaan) secara eksplisit dari ‘amil. Dalam kasus TikTok Affiliate, bentuk ijab adalah pernyataan dari pemilik produk, misalnya: “Siapa saja yang berhasil menjual produk ini akan mendapatkan komisi sebesar Rp10.000. maka supaya aqad tersebut jelas sah sipenjual produk harus mengucapkannya terlebih dahulu sebelum barangnya dipasarkan oleh affiliator. Ini sudah cukup sebagai shighat ju’alah yang sah, dan tidak perlu ada ucapan atau tanda persetujuan dari afiliator sebab dalam akad ju'alah tidak disyaratkan Qabul dari pihak amil. Jika ada afiliator yang kemudian memasarkan produk tersebut, berarti secara otomatis ia telah menyetujui akad itu melalui perbuatannya.

 d.     Imbalan

Syarat imbalan dalam ju’alah sama seperti syarat harga dalam jual beli, yaitu harus jelas (diketahui) dan memiliki nilai. Dalam TikTok Affiliate, besar imbalan atau komisi sudah tertera secara jelas pada informasi produk. Misalnya, komisi sebesar 10% dari harga produk. Dengan demikian, syarat kejelasan dan keberhargaan imbalan telah terpenuhi.

Kesimpulan:

Berdasarkan penjelasan di atas, akad dalam TikTok Affiliate sesuai dengan rukun dan syarat akad ju’alah, sehingga dapat dikategorikan sebagai akad ju’alah yang sah.

2. Hukum Memperoleh Komisi dari TikTok Affiliate

Hukum memperoleh komisi dari TikTok Affiliate adalah boleh, karena komisi tersebut diperoleh melalui akad ju’alah yang sah menurut syariat. Tidak terdapat unsur riba, gharar (ketidakjelasan), atau kezaliman dalam prosesnya. Mengapa Akad yang Terjadi dalam TikTok Affiliate Tidak Termasuk Akad Ijarah Ada beberapa alasan mengapa akad yang terjadi dalam program TikTok Affiliate tidak dapat dikategorikan sebagai akad ijarah. Berikut penjelasannya:

a. Subjek Pekerja Tidak Spesifik 

 Dalam akad ijarah, disyaratkan bahwa jasa atau pekerjaan disewakan kepada pihak tertentu (mu'ayyan), bukan kepada pihak umum yang tidak ditentukan sebelumnya. Sedangkan dalam TikTok Affiliate, siapa pun dapat menjalankan peran sebagai afiliasi tanpa ditunjuk secara khusus. Artinya, pihak yang menjalankan pekerjaan tidak spesifik dan tidak ditentukan di awal.

 b. Tidak Ada Qabul dari si pelaksana 

Salah satu rukun utama dalam akad ijarah adalah adanya ijab (penawaran) dan qabul (penerimaan) yang jelas antara kedua belah pihak. Dalam praktik TikTok Affiliate, jika pun dianggap ada unsur ijab, maka unsur qabul secara eksplisit tidak ditemukan. Proses kerjanya lebih mengarah pada kesepakatan tidak langsung yang bersifat umum.

c. Akad Tidak Bersifat Mengikat 

Akad ijarah termasuk akad luzum, yaitu akad yang mengikat dan tidak dapat dibatalkan sepihak setelah disepakati. Berbeda dengan itu, dalam sistem TikTok Affiliate, baik pihak afiliasi maupun pemilik produk dapat sewaktu-waktu membatalkan keterlibatannya tanpa konsekuensi hukum atas akad. Ini menunjukkan bahwa akad yang terjadi bersifat tidak mengikat.

 d. Pembayaran Tidak Di Muka 

Dalam ijarah, pembayaran jasa boleh dilakukan di muka atau di awal akad. Namun dalam TikTok Affiliate, pembayaran komisi atau imbalan hanya dilakukan setelah pekerjaan selesai, yakni ketika terjadi penjualan melalui tautan afiliasi.

Kesimpulan:

Berdasarkan uraian di atas, akad yang terjadi dalam TikTok Affiliate lebih tepat dikategorikan sebagai akad ju'alah (akad pemberian imbalan atas suatu hasil kerja), bukan akad ijarah. Hal ini karena dalam ju'alah, pekerja tidak harus ditentukan sebelumnya, tidak perlu adanya ijab-qabul secara langsung, bersifat tidak mengikat, dan imbalan dibayarkan setelah hasil kerja tercapai—semua sesuai dengan praktik TikTok Affiliate.

D. Nash terkait :

 

1.     Hasyiah Qulyubi, Ahmad Salamah al-Qulyubi, Juz. 3. hal. 131 cet. Dar al-Fikri Beirut

 كِتَابُ الْجَعَالَةِ هِيَ كَالْجُعْلِ وَالْجُعْلِيَّةُ لُغَةً اسْمٌ لِمَا يُجْعَلُ لِلْإِنْسَانِ عَلَى فِعْلِ شَيْءٍ، وَشَرْعًا الْتِزَامُ عِوَضٍ مَعْلُومٍ عَلَى عَمَلٍ فِيهِ كُلْفَةٌ، وَلَوْ غَيْرَ مُعَيَّنٍ، وَأَصْلُهَا مَا رُوِيَ أَنَّ «أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَقَى مَلْدُوغًا بِعَقْرَبٍ بِالْفَاتِحَةِ عَلَى قَطِيعٍ ثَلَاثِينَ رَأْسًا مِنْ الْغَنَمِ وَأَقَرَّهُ ﷺ عَلَى ذَلِكَ» وَهِيَ كَالْإِجَارَةِ إلَّا فِي أَرْبَعَةِ أُمُورٍ جَوَازُهَا وَصِحَّتُهَا مَعَ غَيْرِ مُعَيَّنٍ، وَعَلَى عَمَلٍ مَجْهُولٍ وَتَوَقُّفُ اسْتِحْقَاقِ الْعِوَضِ فِيهَا عَلَى فَرَاغِ الْعَمَلِ وَبَقِيَ أَمْرٌ خَامِسٌ وَهُوَ عَدَمُ قَبُولِ الْعَامِلِ، وَسَادِسٌ وَهُوَ جَهْلُ الْعِوَضِ، وَسَابِعٌ وَهُوَ سُقُوطُ كُلِّ الْعِوَضِ بِفَسْخِ الْعَامِلِ، وَلِذَلِكَ ذَكَرَهَا بَعْضُهُمْ عَقِبَ الْإِجَارَةِ، وَاخْتَارَ الْمُصَنِّفُ ذِكْرَهَا هُنَا، لِأَنَّ فِيهَا طَلَبَ ضَائِعٍ كَاللَّقِيطِ وَاللُّقَطَةِ. قَوْلُهُ: (بِكَسْرِ الْجِيمِ) عَلَى الْأَفْصَحِ وَيَجُوزُ الْفَتْحُ وَالضَّمُّ وَجَمْعُهَا جَعَائِلُ. قَوْلُهُ: (هِيَ كَقَوْلِهِ) أَيْ الْمَالِكِ وَلَوْ شَرِيكًا بِنَفْسِهِ أَوْ وَكِيلِهِ أَوْ وَلِيِّهِ، وَكَذَا الْأَجْنَبِيُّ، كَمَا يَأْتِي وَمِنْ ذَلِكَ تَعْلَمُ أَنَّ أَرْكَانَهَا أَرْبَعَةٌ أَوْ خَمْسَةٌ وَهِيَ الْعَاقِدُ وَالْعَمَلُ وَالْعِوَضُ وَالصِّيغَةُ.

 

2.     Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Muhammad Najib al-Muthi’I, Juz.14, hal. 178 Cet. Dar al-Fikri Beirut.

 وقد ذكرنا أن الوكالة تجوز بجعل وبغير جعل، ولا يصح الجعل إلا أن يكون معلوما، فلو قال: قد وكلتك في بيع هذا الثوب على أن جعلك عشر ثمنه أو من كل مائة درهم من ثمنه درهم لم يصح للجهل بمبلغ الثمن وله أجرة مثله، فلو وكله في بيع كتاب بأجر معلوم فباعه بيعا فاسدا فلا جعل له، لان مطلق الاذن بالبيع يقتضى ما صح منه، فصار الفاسد غير مأذون فيه فلم يستحق جعلا عليه، فلو باعه بيعا صحيحا وقبض ثمنه، وتلف الثمن في يده فله الاجرة لوجود العمل، وهذا بخلاف الصانع إذا استؤجر عليه حياكة ثوب أو تجليد .كتاب فتلف الثوب أو الكتاب في يده بعد عمله، فلا أجرة له إن كان مشتركا

 

3.     Hasyiah Jamal, Sulaiman bin Umar bon Mashur al-‘Ajili, Juz. 3, hal. 408 Cet. Dar al-Fikri Beirut

(فَصْلٌ) فِيمَا يَجِبُ عَلَى الْوَكِيلِ فِي الْوَكَالَةِ الْمُطْلَقَةِ وَالْمُقَيَّدَةِ بِالْبَيْعِ بِأَجَلٍ، وَمَا يُذْكَرُ مَعَهُمَا (الْوَكِيلُ بِالْبَيْعِ مُطْلَقًا) أَيْ تَوْكِيلًا غَيْرَ مُقَيَّدٍ بِشَيْءٍ (كَالشَّرِيكِ) فِيمَا مَرَّ (فَلَا يَبِيعُ بِثَمَنِ مِثْلٍ وَثَمَّ رَاغِبٌ بِأَزْيَدَ)، وَلَا بِبَيْعِ نَسِيئَةٍ، وَلَا بِغَيْرِ نَقْدِ بَلَدِ الْبَيْعِ نَعَمْ إنْ سَافَرَ بِمَا وُكِّلَ فِي بَيْعِهِ إلَى بَلَدٍ بِلَا إذْنٍ وَبَاعَهُ فِيهَا اُعْتُبِرَ نَقْدُ بَلَدٍ حَقُّهُ أَنْ يَبِيعَ فِيهَا بِهِ (وَ) لَا (بِغَبْنٍ فَاحِشٍ) بِأَنْ لَا يُحْتَمَلَ غَالِبًا بِخِلَافِ الْيَسِيرِ، وَهُوَ مَا يُحْتَمَلُ غَالِبًا فَيُغْتَفَرُ فَبَيْعُ مَا يُسَاوِي عَشَرَةً بِتِسْعَةٍ مُحْتَمَلٌ وَبِثَمَانِيَةٍ غَيْرُ مُحْتَمَلٍ، وَقَوْلِي كَالشَّرِيكِ إلَى آخِرِهِ أَوْلَى مِمَّا عَبَّرَ بِهِ (قَوْلُهُ: أَيْ تَوْكِيلًا إلَخْ) أَشَارَ بِهِ إلَى أَنَّ مُطْلَقًا صِفَةٌ لِمَصْدَرٍ مَحْذُوفٍ، وَيَصِحُّ كَوْنُهُ حَالًا مِنْ الْبَيْعِ وَالْمُرَادُ التَّنْبِيهُ عَلَى أَنَّ مُطْلَقًا بَيَانٌ لِلْوَاقِعِ، وَلَيْسَ مِنْ لَفْظِ الْمُوَكِّلِ، وَلَوْ تَلَفَّظَ بِهِ مُوَكِّلُهُ فَالظَّاهِرُ أَنَّ لِلْوَكِيلِ التَّصَرُّفَ عَلَى مَا يُرِيدُ، وَإِنْ خَالَفَ غَرَضَ الْمُوَكِّلِ فَرَاجِعْهُ اهـ. ق ل عَلَى الْجَلَالِ. (قَوْلُهُ: غَيْرَ مُقَيَّدٍ بِشَيْءٍ) أَيْ مِنْ أَجَلٍ أَوْ مُشْتَرٍ أَوْ ثَمَنٍ أَوْ زَمَنٍ أَوْ مَكَان أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ كَمَا يَأْتِي فِي الْفَصْلِ الْآتِي.

 

4.     Abu Zakaria bin Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Juz. 5, hal. 178, Cet. Dar al-Kutub al-Islami Beirut. 

 الثَّالِثَةُ: اسْتِئْجَارُ الْبَيَّاعِ عَلَى كَلِمَةِ الْبَيْعِ، أَوْ كَلِمَةٍ يُرَوِّجُ بِهَا السِّلْعَةَ وَلَا تَعَبَ فِيهَا، بَاطِلٌ، إِذْ لَا قِيمَةَ لَهَا. قَالَ الْإِمَامُ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى: هَذَا فِي مَبِيعٍ مُسْتَقِرِّ الْقِيمَةِ فِي الْبَلَدِ، كَالْخُبْزِ وَاللَّحْمِ. أَمَّا الثِّيَابُ وَالْعَبِيدُ، وَمَا يَخْتَلِفُ قَدْرُ الثَّمَنِ فِيهِ بِاخْتِلَافِ الْمُتَعَاقِدَيْنِ، فَيَخْتَصُّ بَيْعُهَا مِنَ الْبَيَّاعِ، لِمَزِيدِ مَنْفَعَةٍ وَفَائِدَةٍ، فَيَجُوزُ الِاسْتِئْجَارُ عَلَيْهِ. ثُمَّ إِذَا لَمْ يَجُزِ الِاسْتِئْجَارُ، وَلَمْ يَتْعَبِ الْبَيَّاعُ، فَلَا شَيْءَ لَهُ. وَإِنْ تَعِبَ بِكَثْرَةِ التَّرَدُّدِ، أَوْ كَثْرَةِ الْكَلَامِ فِي أَمْرِ الْمُعَامَلَةِ، فَلَهُ أُجْرَةُ الْمِثْلِ، لَا مَا تَوَاطَأَ عَلَيْهِ الْبَيَّاعُونَ


5.     Imam Abul Qosim Abdul Karim bin Muhammad bin Abdil Karim Ar-Rofii Al-Qozwini, Al-Azīz Syarh Al-Wajīz, jld. 6, dki, h.195-199

 وَأَرْكَانُهَا أَرْبَعَةٌ : الأَوَّلُ : الصِّيغَةُ الدَّالَّة عَلَى الْإِذْنِ فِي الرَّدُ بِشَرْطِ عِوَضِ، فَلَوْ رَدَّ إِنْسَانُ ابْتِدَاءً فَهُوَ مُتَبَرِّعُ فَلَا شَيْءَ لَهُ (حم) ، وَكَذَا إِذَا رَدَّ مَنْ لَمْ يَسْمَعْ نِدَاءَهُ فَإِنَّهُ قَصَدَ التَّبَرُّعَ، وَإِذَا كَذَّبَ الفُضُولِيَّ وَقَالَ : قال فُلاَنٌ مَنْ رَدَّ فَلَهُ دِرْهَمْ فَلَا يَسْتَحِقُّ الرَّادُّ عَلَى المَالِكِ وَلَا عَلَى الفُضُولِي لِأَنَّهُ لَمْ يَضْمَنْ ، وَإِنْ قَالَ الفُضُولِي : مَنْ رَدَّ عَبْدَ فُلَانٍ فَلَهُ دِرْهَمْ لَزِمَهُ لِأَنَّهُ ضَامِنُ . الثَّانِي : العَاقِدُ. وَشَرْطُهُ أَهْلِيَّةُ الْإِجَارَةِ، وَلَا يُشْتَرَطُ تَعِيينُ العَامِلِ لِمَصْلَحَةِ العَقْدِ وَكَذَلِكَ لَا يُشْتَرَطُ القَبُولُ (و) قطعاً الثَّالِثُ : العَمَلُ وَهُوَ كُلُّ مَا يُسْتَأْجَرُ عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَ مَجْهُولًا فَإِنَّ مَسَافَةَ رَدَّ العَبْدِ قَدْ لَا تُعْرَفُ الرَّابِعُ : الجُعْلُ وَشَرْطُ أَنْ يَكُونَ مَعْلُوماً مُقَدَّراً كَالْأُجْرَةِ

 

6.     Imam al-Bakri al-Dimyathi, I’anatutthalibin J.3 Hal.146 Cet. Darul fikri

 إذ الجعالة لا تخالف الإجارة إلا في خمسة أحكام، أحدها صحتها على عمل مجهول عسر علمه، كرد الضالة والآبق، فإن لم يعسر علمه، اعتبر ضبطه، كما سيأتي، إذ لا حاجة إلى احتمال الجهل حينئذ. ثانيها: صحتها مع غير معين، كأن يقول من رد ضالتي فله علي كذا. ثالثها: كونها جائزة من الطرفين، طرف الجاعل، وطرف العامل. رابعها: العامل لا يستحق الجعالة إلا بعد تمام العمل. خامسها: عدم اشتراط القبول، ومنهم من ذكرها عقب اللقطة، وهم الجمهور، وتبعهم النووي في منهاجه، نظرا إلى ما فيها من التقاط الضالة

 

7.     Hasyiah al-qalyubiy J.3 Hal.104 Cet. DKI

 قوله: (ويشترط كون الأجرة معلومة) جنسا وقدرا وصفة ويكفي رؤيتها في المعينة والعبرة فيها بنقد البلد وقت العقد وفي أجرة المثل بوقت تلف المنفعة، نعم يصح الاستئجار للحج بالرزق توسعة فيه وفي الروض أنه ليس إجارة، وإنما هو نوع من التراضي وجوز مالك وأحمد الإجارة بالنفقة أو الكسوة، ويحمل على الوسط فيهما

 

8.     Hasyiah al-Bajuriy J. 3 Hal. 115-116 Cet. Dar al-Minhaj

 الأول : العاقد : وهو ملتزم للعوض ولو غير المالك ، وشرط فيه : اختيار ، وإطلاق تصرف ؛ فلا يصح التزام مكره ، وصبي ، ومجنون ، ومحجور سفه . و عامل : وشرط فيه - ولو غير معين - : علمه بالالتزام ، فلو قال : إن رد أبقي زيد ... فله كذا ، فرده غير عالم بذلك .. لم يستحق شيئاً ، أو من رد آبقي .. فله كذا ، فرده من لم يعلم بذلك .. لم يستحق شيئاً ، والمثال الأول : للمعين ، والثاني : لغير المعين . وشرط فيه إذا كان معيناً : أهلية العمل ؛ فيصح ممن هو أهل له ولو عبداً وصبياً ومجنوناً ومحجور سفه ، بخلاف صغير لا يقدر على العمل ؛ لأن منفعته معدومة ، فالجعالة معه كاستئجار أعمى للحفظ .والثاني : الصيغة : وهي من طرف الجاعل لا العامل ، فلا يشترط له صيغة ؛ ولذلك تقدم أنه لا يشترط فيها قبول (۱) ، وشرطها : عدم التأقيت ؛ لأن التأقيت قد يفوت الغرض . ولا فرق في الجاعل بين أن يكون جاعلاً على نفسه ، وأن يكون مخبراً عن غيره ، إن كان صادقاً وكان ثقة ، فإن كان كاذباً .. فلا شيء له ؛ لعدم الالتزام ، وكذا إن كان غير ثقة ؛ كما لو رد عبد زيد غير عالم بإذنه والتزامه ، إلا أن يعتقد الراد صدقه ؛ كما استظهره ابن قاسم (۲) والثالث : الجعل : وشرط فيه ما شرط في الثمن ؛ فما لا يصح ثمناً ؛ لكونه مجهولاً أو نجساً .. لا يصح جعله جعلاً ، ويستحق العامل أجرة المثل في المجهول والنجس المقصود ؛ كخمر وجلد ميتة ، فإن لم يكن مقصوداً ؛ كدم .. فلا شيء للعامل . والرابع : العمل : وشرط فيه : كلفة ، وعدم تعينه ؛ فلا جعل فيما لا كلفة فيه ؛ كأن قال : من دلني على مالي .. فله كذا ، فدله عليه وهو بيد غيره ولا كلفة ، ولا فيما تعين ؛ كأن قال : من رد مالي .. فله كذا ، فرده من تعين عليه لنحو غصب ؛ لأن ما لا كلفة فيه وما تعين عليه شرعاً .. لا يقابلان بعوض ، ولو حبس ظلماً فبذل مالاً لمن يخلصه بجاهه أو غيره ؛ كعلمه وولايته .. جاز ؛ لأن عدم التعين صادق بكون العمل فرض كفاية

 

9.     Asna al-Mathalib J. 2 Hal. 440 Cet. Dar al-Kitab al-Islami

 (وَإِنْ جَعَلَ لِمَنْ دَلَّهُ عَلَيْهِ) جُعْلًا (فَدَلَّهُ عَلَيْهِ اسْتَحَقَّ) الْجُعْلَ لِأَنَّ الْغَالِبَ أَنَّهُ تَلْحَقُهُ مَشَقَّةٌ بِالْبَحْثِ عَنْهُ (لَا إنْ كَانَ فِي يَدِهِ) أَيْ يَدِ مَنْ دَلَّ عَلَيْهِ فَلَا يَسْتَحِقُّ. (قَوْلُهُ: لِأَنَّ الْغَالِبَ أَنْ تَلْحَقَهُ مَشَقَّةٌ بِالْبَحْثِ عَنْهُ) قَالَ الْأَذْرَعِيُّ كَالسُّبْكِيِّ وَيَجِبُ أَنْ يَكُونَ هَذَا فِيمَا إذَا بَحَثَ عَنْهُ بَعْدَ جَعْلِ الْمَالِكِ أَمَّا الْبَحْثُ السَّابِقُ وَالْمَشَقَّةُ السَّابِقَةُ قَبْلَ الْجُعْلِ فَلَا عِبْرَةَ بِهِمَا. اهـ. وَفِي الْكَافِي لِلْخُوَارِزْمِيِّ لَوْ قَالَ مَنْ دَلَّنِي عَلَى ضَالَّتِي فَلَهُ دِينَارٌ فَدَلَّهُ رَجُلٌ دَلَالَةً يَحْتَاجُ فِي ذَلِكَ إلَى مُؤْنَةٍ وَتَعَبٍ يَسْتَحِقُّ الْمُسَمَّى وَإِنْ كَانَ لَا يَحْتَاجُ لَا يَسْتَحِقُّ شَيْئًا وَلَوْ قَالَ أَحَدُ شَرِيكَيْنِ فِي رَقِيقٍ مَنْ رَدَّ رَقِيقِي فَلَهُ كَذَا فَرَدَّهُ شَرِيكُهُ فِيهِ اسْتَحَقَّ الْجُعْلَ

Posting Komentar

3 Komentar

  1. Saran sedikit dari kami
    Untuk penulisannya mohon di tinjau kembali
    Karna banyak kata yang salah dan tidak berhubungan satu sama lain sehingga topik yang di bahas sulit untuk dipahami🙏

    BalasHapus
  2. Afiliate dengan Vidio rekam layar live orang tanpa izin, bagaimana hukumnya??

    BalasHapus