Shahabat tidak merayakan maulid Nabi?

Hukum perayaan maulidShahabat merupakan orang yang sangat mencintai Rasulullah SAW, namun mereka tidak pernah merayakan kelahiran beliau. Seandainya perayaan maulid merupakan perbuatan baik, sungguh mereka akan mendahului kita dalam perayaan maulid. Begitulah kira-kira argumen yang selalu dibawakan oleh kaum-kaum yang anti dan benci dengan perayaan maulid. Benarkah argumen mereka tersebut menghasilkan satu konklusi secara valid bahwa perayaan maulid itu haram bahkan termasuk syirik? Bila ini benar maka lebih separoh umat Islam di muka bumi ini adalah sesat karena maulid Nabi di rayakan seluruh dunia.

Berikut jawaban dari DR. Saif Ali al-Ashry terhadap argumen tersebut;

Ini merupakan argumen yang lemah di tinjau dari beberapa sudut pandang;

  1. Metode para fuqaha’ dalam menghadapi masalah baru adalah membawanya atas timbangan syari’at. Maka jika hal tersebut menyalahi syari’at maka mereka akan meninggalkannya. Sedangkan bila masih sesuai dengan syariat dan masih mewujudkan maksud dari syariat serta masuk di bawah undang-undang syariat maka mereka akan menerimanya. Imam Syafii berkata; “hal baru ada dua, yang menyalahi kitab, sunnah, atsar atau ijmak, maka ini merupakan bid’ah dhalalah, dan hal baru yang baik yang tidak menyalahi satupun dari demikian, maka ini merupakan hal baru yang tidak tercela”. Maka bila kita melihat kepada perayaan maulid, sungguh maulid itu merupakan acara pembacaan al-quran, sejarah, nasyid, dan menyediakan makanan, semua hal ini merupakan hal yang disyariatkan, maka keadaan shahabat pernah melakukannya atau tidak pernah, sama sekali tidak berefek kepada penerimaan kita terhadap perayaan maulid. Karena ini, kita dapati banyak perkara-perkara yang masuk di bawah qaedah syariat yang hanya dikerjakan oleh shahabat namun tidak dikerjakan oleh Nabi SAW, dikerjakan oleh tabi’in namun tidak pernah dikerjakan oleh shabahat, dan demikian juga orang-orang setelah mereka.
  2. Dasar mementingkan hari kelahiran telah dicontohkan oleh Rasulullah sendiri, ketika beliau ditanyakan tentang puasa hari senin, beliau menjawab “hari tersebut adalah hari aku dilahirkan”. Maka para shabahat juga berpuasa. Hal yang baru dalam perayaan maulid hanyalah berkumpul disertai dengan pembacaan nasyid dan menyediakan makanan.
  3. Para shahabat sangat sempurna perhatian mereka dengan sejarah Rasulullah SAW, mereka mengajarkannya kepada anak-anak mereka sebagaimana mereka mengajarkan satu surat kepada anak-anak mereka. Maka mereka tidak butuh kepada satu acara untuk mengingatkan mereka terhadap sirah Rasulullah.
  4. Perayaan maulid Nabi merupakan majlis untuk mengenal sirah Rasulullah SAW, dan mensyukuri kelahiran dan bi’tsah beliau. Para shahabat telah melakukan dasar demikian. Mereka mengadakan majlis untuk mengingatkan mereka atas nikmat Allah untuk mereka dengan adanya Rasulullah SAW. Tersebut dalam musnad Imam Ahmad dan Sunan Nasai bahwa Rasulullah SAW menanyakan mereka tentang sebab duduk mereka. Shahabat menjawab “kami duduk untuk berdoa kepada Allah dan memujinya atas hidayahNya bagi kami dengan agamaNya, dan Allah telah memberikan kami nikmat dengan engkau”. Maka para shahabat tidak butuh kepada satu acara untuk mengajarkan kehidupan Nabi SAW kepada mereka.


Sumber;
fb.com/saif.alasri





Post a Comment

0 Comments