Bolehkah Perempuan Mengikuti Imam yang Bukan Mahramnya?

Bolehkah Perempuan  Mengikuti Imam yang Bukan Mahramnya?
Deskripsi masaalah :
Shalat berjamaah merupakan Ibadah yang sangat dianjurkan Nabi salallahu’alaihi wasallam karna salat berajamaah lebih utama dua puluh derajat dibandingkan shalat sendirian bahkan dalam satu pendapat jika tidak ada orang lain tetap di sunatkan berjamaah walau yang menjadi imam adalah orang fasiq.

Pertanyaan: 
jika ada perempuan yang ingin berjamaah sedangkan tidak ada mahram yang menjadi imam atau yang shalat dengannya, apakah boleh bagi perempuan tadi mengikuti seorang laki-laki yang bukan mahramnya sedangkan mareka hanya berduaan???

Jawaban :

يكره أن يصلى الرجل بامرأة أجنبية لحديث ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (لا يخلون رجل بامرأة إلا مع ذي محرم) . أما إن أم أجنبيات فيجوز.

Makruh (Tahrim) bagi seorang laki-laki mengimami seorang perempuan yang bukan mahram karena hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Salallahu’alaihi wasallam bersabda; ’’ tidak boleh seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan kecuali dengan mahramnya’’. Adapun seorang laki-laki mengimami beberapa perempuan yang bukan mahram maka hukumnya boleh (Fikh ibadah jilid 1, hal 409)

قال المصنف رحمه الله
* (وَيُكْرَهُ أَنْ يُصَلِّيَ الرَّجُلُ بِامْرَأَةٍ أَجْنَبِيَّةٍ لِمَا رُوِيَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ " لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشيطان ’)

Abu Ishaq as-Syarazi – Asy-syafiiyah mengatakan ;
Makruh (Tahrim) seorang laki-laki salat mengimami seorang wanita yang bukan mahram. Karena hadis yang diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ” tidak boleh seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan. Jika terjadi maka makhluk yang ketiganya adalah setan.” (al-Muhadzab, jilid 1, hal, 183).

Penjelasan an-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab,

(الشَّرْحُ)

الْمُرَادُ بِالْكَرَاهَةِ كَرَاهَةُ تَحْرِيمِ هَذَا إذَا خَلَا بِهَا: قَالَ أَصْحَابُنَا إذَا أَمَّ الرَّجُلُ بِامْرَأَتِهِ أَوْ مَحْرَمٍ لَهُ وَخَلَا بِهَا جَازَ بِلَا كَرَاهَةٍ لِأَنَّهُ يُبَاحُ لَهُ الْخَلْوَةُ بِهَا فِي غَيْرِ الصَّلَاةِ وَإِنْ أَمَّ بِأَجْنَبِيَّةٍ وَخَلَا بِهَا حَرُمَ ذَلِكَ عَلَيْهِ وَعَلَيْهَا لِلْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ الَّتِي سَأَذْكُرُهَا إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى

Yang dimaksud makruh dari keterangan beliau adalah makruh tahrim (artinya: haram). Ini jika lelaki itu berduaan dengan seorang perempuan. Para ulama madzhab Syafii mengatakan, apabila seorang lelaki mengimami istrinya atau mahramnya, dan berduaan dengannya, hukumnya boleh dan tidak makruh. Karena boleh berduaan dengan istri atau mahram di luar salat. Namun jika dia mengimami wanita yang bukan mahram dan berduaan dengannya, hukumnya haram bagi lelaki itu dan haram pula bagi si wanita. Wallahua'lam. (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, jilid 4, hal 277).

Post a Comment

0 Comments