ما فاز من فاز الا بالادب وما سقط من سقط الا بسوء الاداب
“Tidak berhasil orang-orang yang telah berhasil kecuali dengan adanya adab, dan tidak gagal orang yang gagal kecuali karena buruknya adabnya."Salah satu adab yang harus tanamkan dalam jiwa semua penuntut ilmu adalah adab kepada sumber ilmu. Sumber ilmu itu adalah guru dan juga kitab ilmu. Salah satu keistimewaan para santri dayah tradisional adalah adanya doktrin yang kuat untuk menghormati kedua sumber ilmu.
Namun, harus kita akui, adab kita santri semakin hari semakin pudar di kikis perkembangan zaman, terutama adab kita terhadap kitab-kitab para ulama, walaupun bila dibandingkan dengan para pelajar dari beberapa lembaga selain dayah, penghormatan santri terhadap kitab masih lebih besar.
Kitab sebagai salah satu komponen sumber ilmu juga sangat perlu dihormati dan dimuliakan. Dengan adanya penghormatan terhadap kitab, diharapkan kita akan mendapatkan keberkahan dari ilmu yang kita dapat.
Kita semua menyadari bahwa kualitas keilmuan kita semakin hari semakin rendah. Salah satu faktor penyebab ini, selain dari minat belajar yang semakin rendah, adalah kurangnya penghormatan kitab kepada ilmu. Bila kita membaca sejarah para ulama terdahulu tentang penghormatan mereka kepada ilmu, maka kita akan merasa takjub dan akan kita dapati betapa jauhnya akhlaq kita dari akhlaq mereka.
Syeikh Muhammad Awamah dalam kitabnya Ma’alim Irsyadiyah li Shin’ah Thalibil Ilm, menceritakan bahwa ketika beliau belajar di Madrasah Sya’baniyah di Kota Halab (Aleppo, Suriah), beliau membawa sebuah kitab ditangan kirinya, kemudian datang guru beliau, Syeikh Ahmad Qalasy, mengambil kitab tersebut dari tangan kiri beliau dan meletakkannya pada tangan kanan beliau, dan berkata “Allahumma atini kitabi biyamini/Ya Allah datangkanlah kitabku dari sebelah kananku’’.
Beberapa hal yang termasuk dalam penghormatan kita terhadap kitab ilmu antara lain;
1. Membaca kitab dalam keadaan suci.
Satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah supaya selalu dalam keadaan suci ketika membaca kitab. Ibnu Asakir mencerikan kisah Abu Ustman Ashabuni beliau berkata "saya tidak pernah sama sekali masuk kedalam kamar kitab, dan tidak pernah meriwayakan hadits, dan tidak pernah mengadakan satu majlis ilmu dan duduk mengajar kecuali dalam keadaan suci”. Imam az-Zarnuji dalam kitabnya Ta'lim al-Muta'allim mengatakan "sebagian dari memuliakan ilmu adalah memuliakan kitab, maka sepatutnya bagi pelajar ilmu tidak mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci. Dihikayahkan dari Imam Syamsul Aimmah al-Halwani bahwa beliau berkata "hanyasanya saya capai ilmu ini dengan memuliakannya, saya tidak pernah mengambil kitab kecuali dalam keadaan suci". Syeikh Syamsul Aimmah Sarkhasi pernah sakit perut, sedangkan beliau sedang mengulang kitab, maka beliau berwudhuk dalam semalam sampai tujuh belas kali, karena beliau tidak akan mengulang pelajaran kecuali dalam keadaan suci. Hal ini karena ilmu merupakan nur, sedangkan wudhuk juga nur, maka dengan wudhuk akan menambah nur ilmuya.2. Duduk dengan hormat di depan kitab.
Duduk dengan hormat adakala dengan bersila atau tawaruk merupakan salah satu adab terhadap kitab yang sedang kita baca. Apalagi saat berada dalam majlis pengajian, maka sangat dituntut untuk duduk dengan sopan. Jangan mendirikan kaki saat duduk. Duduk dengan tidak sopan dalam majlis ilmu berarti tidak menghormati kitab dan juga tidak hormat pada guru serta majlis ilmu tersebut. Jangan juga menjulurkan kaki ke arah kitab.3. Meletakkan kitab di tempat yang agak tinggi.
Kitab sebagai sumber ilmu tidak boleh diletakkan ditempat yang rendah seperti di lantai, baik ketika sedang belajar atau bukan. Maka merupakan satu hal yang sangat bagus bila para santri membudayakan memakai meja kecil ketika belajar, baik ketika belajar diruang kelas maupun ketika mutha’ah sendiri. Kalaupun tidak ada meja ketika menghadiri pengajian, maka sepatutnya kitab diletakkan di pangkuan, jangan dilantai.4. Menjaga lembaran kitab jangan berserakan
Lembaran kitab yang sudah lusuh atau tidak digunakan lagi, jangan dibiarkan terletak dan berserakan dilantai atau tanah. Sering kita lihat kitab-kitab yang sudah tidak ada pemiliknya lagi berserakan di lantai bahkan di tanah. Ada baiknya bila masih bisa dipergunakan maka diletakkan ditempat tertentu yang lebih mulia. Bila sudah tidak mungkin dipergunakan maka sebaiknya dibakar saja untuk menjaga kehormatannya.5. Menjaga kertas yang bertuliskan nash kitab
Saat ini dengan kemudahan penulisan dengan komputer dan printernya maka sangat mudah nash-nash kitab kita print dalam lembaran kertas. Namun hal yang sangat disayangkan adalah lembaran-lembaran yang bertuliskan nash-nash kitab para ulama tersebut kadang dibiarkan berjatuhan atau kadang dibuang kedalam tong sampah bersama dengan kotoran lain. Hal ini juga merupakan sikap kurangnya menghormati ilmu. Termasuk juga yang harus kita jaga adalah lembaran ujian yang didalamnya tertulis nash-nash kitab para ulama.6. Meletakkan kitab menurut kemulian ilmunya.
Bila kita meletakkan kitab diatas kitab lain, maka sangat dianjurkan untuk memperhatikan sususan tingkatan kitab yang kita letakkan tersebut. Kitab yang berisi ilmu yang paling mulia harus diletakkan paling atas, kemudian disusul dengan kitab ilmu yang mulia di bawahnya dan seterusnya. Urutan kitab menurut kemulian ilmunya adalah; mashhaf al-quran, kitab matan hadis dengan lebih mendahulukan kitab shahih Bukhari kemudian shahih Muslim, kitab tafsir al-Quran, kitab tafsir hadits, kitab ushuluddin (tauhid), kitab ushul fiqh, kitab nahu, kitab sharaf, ilmu balaghah (ma’ani, bayan dan badi’), kitab syair-syair Arab, kitab ilmu Arudh.Bila kitab dalam ilmu yang sama, maka diletakkan menurut kemulian pengarangnya, bila mushannifnya sama-sama kemuliannya maka didahulukan kitab yang lebih dahulu dan kitab yang lebih banyak digunakan oleh para ulama shaleh.
7. Jangan melipat pinggir kitab
Terkadang untuk memberi tanda batasan pelajaran kita melipat pinggir lembaran kitab. Hal ini merupakan hal yang kurang baik, karena akan mempercepat lusuhnya lembaran kitab. Maka yang lebih baik adalah memberi tanda batasan belajar dengan lembaran kertas lain.8. Tidak meletakkan benda lain diatas kitab.
Kadangkala kita lihat sebagian kita meletakkan barang-barang lain diatas kitab, padahal meletakkan kitab lain yang kemuliaannya dibawahnya saja dilarang, apalagi bila meletakkan benda yang tidak punya kemuliaan sama sekali, seperti misalnya handpone, kunci kereta, rokok, korek dll9. Memulai membaca kitab dengan membaca doa
Akan terlebih menambah barakah bila membaca kitab dimulai dengan membaca ta’awuzd, basmalah, hamdalah, shalawat kepada Rasulullah dan berdoa gurunya, mushannif kitab, orang tuanya, diri sendiri, untuk para hadirin (bila membaca kitab untuk orang lain) dan untuk seluruh kaum muslimin. Hal demikian dilakukan setiap kali kita memaca kitab, baik ketika ruang kelas, dihadapan guru, ataupun ketika muthala’ah sendiri dikamar.10. Menyudahi membaca kitab dengan doa
Satu hal yang sangat bagu juga, bila setelah selesai membaca kitab, kita sudahi dengan membaca doa, semoga ilmu yang baru saja kita dapatkan, menjadi ilmu yang barakah bagi kita, menetap dalam hati kita, mampu kita ingat saat kita butuhkan.Semoga dengan menjaga adab terhadap kitab yang kita pelajari, akan menambah barakah bagi ilmu kita, terlebih lagi untuk zaman ini, minat belajar kita rendah sehingga ilmu hanya sedikit yang bisa kita dapatkan. Semoga sedikit ilmu yang kita dapatkan tersebut penuh dengan barakah sehingga betul-betul bermanfaat untuk akhirat kita. Kita juga berharap dengan adanya perhormatan kita terhadap kitab, Allah berkenan membukankan pintu ilmu bagi kita, sehingga memudahkan kita dalam belajar, cepat memahami ilmu dan setiap ilmu yang kita dapati menetap dalam hati kita. Tulisan ini kami tulis dengan mengutip dari kitab-kitab para ulama, sebagai renungan bagi penulis sendiri terhadap rendahnya penghormatan kita terhadap ilmu saat ini, semoga kita mampu menghayati hal ini dan diberi kemampuan oleh Allah untuk memperbaiki kekurangan kita sendiri. Amin Ya Rabbal Allamin.
0 Komentar