Pada era globalisasi ini, wanita yang bekerja untuk membiayai kehidupannya sendiri sudah menjadi hal yang biasa. Dengan adanya emansipasi wanita, maka sudah tidak heran jika banyak wanita yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Wanita tidak lagi dianggap sebagai manusia yang lemah dan hanya dapat menggantungkan dirinya pada kaum lelaki. Tidak seperti wanita pada era terdahulu, wanita hanya dapat bersembunyi di belakang punggung lelaki. Walaupun itu telah menjadi hal yang lumrah untuk wanita di era modern ini untuk menitih karirnya, tetapi banyak dijumpai wanita karir yang tidak dapat menyeimbangkan antara karir dan keluarga. Berprofesi sebagai wanita karir merupakan celah paling besar timbulnya dampak negatif dalam rumah tangga. Syaikh Sayyid Abdullah bin Mahfudh al-Haddad pernah ditanyakan tentang hal ini:
س : هل يجوز أن تعمل ولو كانت غير محتاجة للعمل ؟
الجواب : إن الشارع لا يمنعها من العمل في أي وقت و في أي حال . و لكن قواعد الشارع تطلب منها ألا تتعرض للعمل خارج بيتها إلا للحاجة ، بشرط أن تتجنب ما قد ينتج عن الاختلاط بالأجانب ، وخصوصا إذا كانت ذات زوج و أطفال ، فإن عملها المجيد هو خدمة بيتها و تربية أطفالها و رعايتهم و تنشئتهم على الاخلاق الاسلامية الحميدة . فعملها هذا يعدّ جهادا في سبيل الله ، كما أجاب بذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم النسوة اللاتي سألنه و قلن له : ان الرجال يجاهدون و يحصلون على الشهادة فما مقابل ذلك للمرأة قال : ( إن مهنة احداكنّ في بيتها تدرك به عمل المجاهدين في سبيل الله ) ، و أورد في (الحلية) عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه و سلم بسند حسن : (المرأة في حملها إلى وضعها إلى فصالها كالمرابط في سبيل الله ، فإن ماتت فيما بين ذلك فلها أجر شهيد) ، و في لفظ آخر عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : إن للمرأة في حملها الى وضعها الى فصالها من الأجر كالمرابط في سبيل الله ، فإن هلكت فيما بين ذلك فلها أجر شهيد).
أما عن العمل المناسب لها ، فكل عمل يبعدها عن الاختلاط بين الاجانب : كتدريس البنات و الاولاد الصغار فهو أنساب و أسلم . و كذلك الطب إذا كان مختصا بشؤون النساء والأطفال . والله أعلم
Pertanyaan :
Apa hukum bekerja bagi seorang wanita yang kebutuhannya telah dipenuhi oleh suami?
Jawaban :
Syari’ tidak mencegah wanita untuk bekerja kapanpun dan dalam kondisi apapun. Akan tetapi ketetapan syari’ menuntut para wanita agar tidak bekerja di luar rumah. Kecuali karena kebutuhan yang mendesak, dengan syarat ia terhindar dari sesuatu yang dapat menimbulkan bercampur-baur dengan lawan jenis yang ajnabi. Sedangkan bila wanita tersebut merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki suami dan anak, maka pekerjaan yang paling baik baginya adalah mengurus rumah, mendidik dan menjaga anak-anaknya, serta memperbaiki dan mengajari mereka tentang akhlak-akhlak yang terpuji. Adapun karir wanita yang seperti ini digolongkan ke dalam jihad fi sabilillah. Sebagaimana Nabi saw. pernah menjawab pertanyaan para wanita: “para lelaki, mereka berjihad dan mereka memperoleh gelar syahid, lalu apa yang setara dengan jihad bagi kami perempuan?” Rasulullah saw bersabda: “karir kalian adalah di dalam rumah, kalian akan memperoleh amalan para mujahidin yang berperang di jalan Allah.” Dan telah warid satu hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar dari Rasulullah saw dengan sanad yang hasan: “Wanita yang mengandung hingga melahirkan, ia sama seperti seseorang yang sedang berjuang di jalan Allah, bila ia meninggal dalam kondisi demikian maka ia memperoleh fahala orang yang mati syahid.”
Dalam lafadz yang lain diriwayatkan dari Ibnu Umar dari Nabi saw bersabda: bahwasanya wanita yang sedang mengandung hingga ia melahirkan dan hingga selesai fahalanya setara dengan fahala orang yang berjuang di jalan Allah, jika ia meninggal dalam kondisi sedang melahirkan, maka baginya fahala syahid.
Adapun karir yang pantas dan sesuai bagi seorang wanita adalah pekerjaan yang terhindar dari bercampur-baur dengan lawan jenis yang ajnabi: seperti mengajar anak perempuan, anak laki-laki yang masih kecil, pekerjaan yang demikian lebih sesuai dan lebih selamat bagi seorang perempuan. Dan begitu pula wanita yang berkarir sebagai dokter spesialis wanita dan anak-anak.
Kesimpulan :
Seorang wanita tidak dituntut bekerja di luar rumah kecuali karena kebutuhan yang mendesak, itupun baru dibolehkan bila terhindar dari bercampur baur dengan lawan jenis yang ajnabi. Pekerjaan yang paling baik bagi seorang wanita dan telah di akui oleh Nabi saw yaitu mengurus rumah dan suami, serta menjaga dan mendidik anak-anaknya tentang akhlak yang terpuji.
Wallahu a’lam.
0 Komentar