Dalam Kitab Mukasyafahal-Qulub, Imam al-Ghazali mengutip tiga tafsir jihad dari kalam ahli ma’rifah. Beliau menyebut bahwa jihad tidak terbataspadatafsir perang melawan kafir, tetapi selain itu jihad memiliki arti yang berbeda.
Ada tiga arti jihad dalam Islam. Ketiga arti ini didukung oleh dalil dengan maksud-masing-masing. Mari memahami lebih dalam tiga tafsir tentang jihaddalam perspektif islam.
Pertama, jihad dengan arti yang lumrah dipahami oleh manusia, yaitu jihad fi sabilillah atauberperang melawan kafir. Imam Ghazali menyebut jihad ini dengan jihad dhahir.
Dalam fikih mazhab Syafi’i, jihad dhahirmemiliki hukum tafsil. Jika kafir di negaranya, mkahukum jihad adalah fardhu kifayah, artinya jika sebagian muslimin telah melaksanakannya, maka terlepas kewajiban bagi muslim yang lain. Adapun jika kafir telah masuk ke negara Islam untuk berperang, maka hukum jihad berubah menjadi fardhu ain atau kewajiban bagi setiap individu muslimin.
Jihad dengan arti perang melawan kafir terdapat dalam firman Allah Swt:
يُجَاهِدُوْنَ
فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
Artinya: “Mereka berjihad di jalan Allah.” (QS.
Al-Maidah: 54)
Kedua, jihad ilmu dengan ahlulbathil atau kelompok sesat dan menyesatkan. Jihad ilmu artinya berperang dengan dalil dan hujjah untuk meluruskan paham yang menyimpang. Jihad dengan arti ini secara intrinsit terdapat dalam firman Allah Swt:
وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ
Artinya: “Berdebatlah dengan mereka dengan cara
yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)
Ketiga, jihad melawan nafsu dan Syaithan. Imam Gazali menyebutkan bahwajihad ini yang paling berat bahkan lebih berat dari perang fi sabilillah. Walaupun tidak ada musuh nyata yang akan diperangi, tetapi justru melawan diri sendiri dan Syaithanhakikatnya lebih berat.
Jihad ini termaktub dalam firman Allah Swt:
وَالَّذِيْنَ
جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad (mencari
keridhaan kami), nsicaya akan kami tunjukkan mereka jalan-jalan (menuju) kepada
kami.” (QS. Al-Ankabut: 69).
Bukti bahwa jidad ketiga ini amat berat, dikisahkan bahwa suatu hari para sahabat Rasul kembali dari peperangan melawan kafir. Ketika tiba di daerahnya mereka berkata: “Raja’na min al-jihad al-ashgharila jihad al-akbar (kami baru saja kembali dari jihad kecil (tetapi) sedang menuju ke jihad yang besar). Maksudnya jihad melawan nafsu dan Syaithan.
Imam al-Ghazali mengungkapkan faktor jihad ini lebih berat dari jihad lainnya. Katanya, jihad nafsu ditabuhsetiap saat antara insan dengan dirinya sendiri,jihad melawan Syaithan juga berkecamuk antara dirinya dengan Syaithan yang setiap saat menggodanya untuk berbuat jahat, tetapi jihad peperangan hanya terjadi pada waktu tertentu.Selain itu, seorang prajurit dalam perang fisik melihat musuhnya, tetapi seseorang yang melawan syaithan tidak melihat musuhnya. Bukankah musuh yang dapat dilihat lebih mudah dilawan daripada musuh yang tidak ditemukan oleh pandangan mata?
Rujukan:
Muhammad bin Qasim al-Ghazi, Fath al-Qarib ‘ala
Matnal-Taqrib, (Semarang: al-Haramain, t.t), hal. 262.
Al-Ghazali, Mukasyafahal-Qulub, (tanpa keterangan
penerbit), hal. 16.
Tonton Juga
MUDI Podcast I Islam Dan Politik
0 Komentar