Hikmah dibalik Belum dikabulkannya Doa

 

Berdoa adalah salah salah satu cara yang dilakukan oleh seorang hamba agar bisa berkomunikasi dengan Allah, dimana seorang hamba bebas bisa berkeluh kesah dan mengutarakan segala keinginanya kepada sang pencipta, sejatinya berdoa adalah sebuah perilaku yang mencerminkan ketundukan dan menunjukkan betapa butuhnya kita kepada Allah.

Namun terkadang tidak semua doa dikabulkan oleh Allah, seperti doa Rasulullah yang disebutkan dalam sebuah hadis

 

قالَ : «سَألْتُ رَبِّي ثَلاثًا، فَأعْطانِي ثِنْتَيْنِ ومَنَعَنِي واحِدَةً، سَألْتُ رَبِّي: أنْ لا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ فَأعْطانِيها، وسَألْتُهُ أنْ لا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالغَرَقِ فَأعْطانِيها، وسَألْتُهُ أنْ لا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيها»،

Artinya: maka berkata Nabi Saw, aku berdoa kepada Tuhanku tiga perkara, maka Dia(Allah) mengabulkan dua doa dan tidak mengabulkan satu doa. Aku meminta Tuhanku bahwa agar Dia tidak membinasakan umatku dengan kelaparan, maka ia mengabulkannya, aku meminta agar Dia  tidak membinasakan umatku dengan menenggelamkannya, maka ia juga mengabulkan, lalu aku meminta agar Dia tidak menjadikan permusuhan(kekejaman) diantara sesama umatku, maka Dia tidak mengabulkannya.

 

Seorang Nabi saja yang memiliki kedudukan yang begitu mulia  di sisi Allah bisa saja tidak dikabulkan doanya, apalagi kita manusia biasa yang berlumuran dengan dosa, pantaskah kita merasa pesimis ketika doa kita belum dikabulkan? Tentunya tidak, karena segala sesuatu yang telah dirancang oleh pencipta adalah garis hidup yang terbaik untuk kita sendiri, termasuk juga dalam hal berdoa, pasti ada hikmahnya sendiri ketika doa kita belum terkabulkan,  Lantas apa hikmahnya Allah tidak mengabulkan semua doa hambanya?, Imam Ibnu Athaillah pernah menjelaskan dalam untaian kalam hikmahnya.

 

مَتَى أعْطاكَ أَشْهدَكَ برَّهُ. وَمَتَى مَنَعَكَ أَشْهدَكَ قهَرَهُ. فهَوُ فِي كلِّ ذَلِكَ مُتَعَرِّفٌّ إِلَيْكَ وَمُقْبِلٌ بوِجُودِ لُطْفِهِ علَيْكَ                                                                                                        

“Ketika Dia memberimu, Dia telah menunjukkan kepadamu kebaikan-Nya. Ketika Dia tidak memberimu, Dia menunjukkan kepadamu kekuasaan-Nya. Pada semua itu, Dia memperkenalkan diri-Nya kepada-Mu dan mendatangimu lewat kelembutan-Nya (kasih sayang-Nya).” 

Sudah menjadi sebuah tuntutan bagi setiap hamba untuk mengenal Allah dari segala sifat dan keagungannya. Salah satu cara mengenal Allah adalah melalui setiap peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, imam ibnu athaillah membagi kejadian dalam sehari-hari menjadi dalam dua bagian, yang pertama, kejadian yang terjadi dalam hidup ini selaras dengan apa yang kita inginkan seperti tercapainya segala keinginan, kesuksesan dalam meniti karir atau dalam istilah tasauf dikenal dengan ‘atha(pemberian), yang kedua adalah hal-hal yang terjadi dalam hidup ini bertolak belakang dengan keinginan kita atau dalam istilah tasauf dikenal dengan mana’(penolakan) seperti tidak menemui keberhasilan dalam sebuah pekerjaan atau bahkan tidak terkabulnya harapan dan do’a.

Nah, ketika hal yang terjadi dalam hidup ini selaras dengan apa yang kita inginkan itu berarti Allah sedang menunjukkan kepemurahan zatnya, dan ketika yang terjadi dalam hidup ini bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan itu berarti Allah sedang menunjukkan betapa maha kuasanya Allah atas segala sesuatu yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun

Maka tidak sepantasnya bagi seorang hamba merasa kecewa dan putus asa lantaran tidak dikabulkannya sebuah doa, kekecewaan dan putus asa terjadi hanya karena dangkalnya pemahaman terhadap kelembutan Allah dalam menentukan segala takdirnya, tugas seorang hamba hanyalah berusaha dan berdoa sebagai wujud eksistensi dari seorang hamba, sementara urusan mengabulkan adalah hak Allah sendiri yang maha kuasa atas segala sesuatu.

 

Referensi

1.      Shahih muslim, cet: Dar-al ihya’, jld 4, h. 2216.

2.      Syarah hikam, cet: Haramain, h. 71.


Post a Comment

0 Comments