Antara Ilmu Dan Amal, Mana Yang Di Dahulukan

 


Imam Syafi’i adalah sosok pendiri mazhab yang menggabungkan antara ahli rakyi dan ahli hadis, beliau juga ulama yang dikagumi dan memiliki mazhab yang paling banyak pengikut. Beliau pernah berkata, siapa yg menginginkan kebahagiaan akhirat harus mempunyai ilmu dan siapa yang menginginkan kehidupan duniawi bahagia harus mempunyai ilmu. Sehingga pada syairnya, dia berkata:

فمَنْ لَمْ يَذُقْ مُرَّ التَعَلُّمِ سَاعَةً تَجَرَّعَ ذُلَّ الجَهْلِ طُوْلَ حَياتِهِ

“Siapa saja yang tidak pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat. Ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.” 

Sebagaimana pentingnya ilmu dalam kehidupan, maka Islam mewajibkan setiap muslim untuk belajar sepanjang hayat bahkan salah satu bentuk jihad di era yang serba milenial ini adalah melawan kebodohan.

Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu seperti firman-Nya yang berbunyi:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِماً بِالْقِسْطِ


“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. (juga menyatakan yang demikian itu) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu..”  


Dalam ayat diatas, Allah SWT memulai dengan menyebut nama-Nya Yang Agung. Setelah itu dilanjutkan dengan menyebut malaikat lantas kemudian pada para ahli ilmu. 

Hal ini menunjukkan kemuliaan dan keutamaan para ahli ilmu disisi Allah SWT. Oleh sebab itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mencintai para ulama sebagai bagian dari ahli ilmu.

Para malaikat memuji orang-orang yang hadir di majelis ilmu, bahkan Nabi Muhammad SAW  menunjukkan keunggulan ahli ilmu, salah satunya adalah kisah berikut:

خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللَّهُ عَلَيْهِ وآله وسَلَّمَ ذاتَ يَوْمٍ مِن بَعْضِ حُجَرِهِ فَدَخَلَ المَسْجِدَ فَإذا هُوَ بِحَلْقَتَيْنِ إحْداهُما يَقْرَءُونَ القُرْآنَ ويَدْعُونَ اللَّهَ والأُخْرى يَتَعَلَّمُونَ ويُعَلِّمُونَ فَقالَ النَّبِيُّ صَلّى اللَّهُ عَلَيْهِ وآله وسَلَّمَ: (كُلٌّ عَلى خَيْرٍ هَؤُلاءِ يَقْرَءُونَ القُرْآنَ ويَدْعُونَ اللَّهَ فَإنْ شاءَ أعْطاهُمْ وإنْ شاءَ مَنَعَهُمْ وهَؤُلاءِ يَتَعَلَّمُونَ وإنَّما بُعِثْتُ مُعَلِّمًا، فَجَلَسَ مَعَهُمْ)

“Suatu hari Rasulullah SAW  keluar dari salah satu biliknya menuju masjid. Di dalam masjid itu dia mendapati dua kelompok orang. Kelompok pertama adalah golongan orang yang sedang membaca al- Quran dan bermunajat kepada Allah swt., sedangkan kelompok kedua adalah sekumpulan orang yang sedang sibuk mempelajari dan mengajari ilmu pengetahuan.

Nabi lalu berujar, “Keduanya berada dalam kebaikan. kelompok yang sedang membaca Al-Quran dan berdoa kepada Allah. Jika Allah berkehendak, Dia akan mengabulkannya begitu pun sebaliknya, Dia tidak akan mengabulkan doa mereka jika Dia tidak berkenan menerimanya. Adapun kelompok yang sedang sibuk belajar-mengajar itu, ketahuilah, sesungguhnya aku diutus sebagai seorang guru. Kemudian Rasululah ikut bergabung bersama mereka." (HR. Ibnu Majah dan ad-Darimi).  Wallauhu ‘alam.

Posting Komentar

0 Komentar