Mengenal Sosok Pelopor Thariqah Ahl al-Sunnah Wa Al-Jama’ah

  


Siapa yang tidak kenal dengan ulama yang satu ini, ia merupakan ulama yang bertaqwa kepada Allah, penolong sunnah, guru agama, dan lencana orang islam. Yakni Ali bin Ismail bin Abi Basyar bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Bilal bin Burdah bin Abi Musa Abdullah yang merupakan Sahabat Rasulullah Dari Kalangan Anshar bin Qiis Al-Asy’ari.

Mahaguru thariqah ahl as-sunnah dan imam di bidang ilmu kalam ini dilahirkan tahun 260 H. 

Pada dasarnya ia bermazhab mu’tazilah dan berguru pada Syaikh Ali Al Juba-I lebih kurang sekitar 40 tahun. Bukan hanya menghabiskan waktu yang begitu lama. Namun, ia juga berjabat sebagai imam (panutan) orang mu’tazilah.

Konon, pada saat Allah swt. menolong agamanya dan menguatkan sunnah Rasulnya, Ia memperlihatkan kepada asy-‘ari sebuah kebatilan mazhab mu’tazilah dengan cara mengilhami sebuah kumusykilan yang ada pada aqidah mu’tazilah. Setelah itu asy‘ari menanyai kemusykilan tersebut kepada gurunya dan sayangnya yang ia dapati adalah jawaban yang tidak memuaskan. Karena jawaban yang tidak memuaskan itulah, kemudian asy’ari keluar menuju mesjid dan menaiki mimbar seraya berteriak :

ايها الناس من عرفني فقد عرفني ومن لم يعرفني فانا اعرفه بنفسي انا فلان بن فلان كنت اقول بخلق القران وان الله تعالى لا يرى فى الاخرة بالابصار وان العباد يخلقون افعالهم وها انا تائب من الاعتزال معتقد الرد على المعتزلة مخرج لفضائحهم. 

معاشر الناس انما تغيبت عنكم هذه المدة لاني نظرت فتكافأت عندي الادلة ولم يترجح عندي شيئ على شيئ  فاستهديت الله تعالى فهداني الى اعتقاد ما اودعته كتبي هذه.

Yakni saat asy’ari menaiki mimbar ia memperkenalkan dirinya yang dulu sebagai orang yang mengatakan Alqur’an sebagai makhluk, Allah swt tidak bisa dilihat dengan mata nanti di akhirat, dan af’al manusia adalah ciptaan mereka sendiri. Dan ketahuilah bahwa sekarang aku bertaubat dari i’tiqad mu’tazilah dan berjanji untuk menolak paham mu’tazilah juga berusaha sebisa mungkin untuk membongkar skandal mereka.

Kemudian asy’ari menerangkan alasan kenapa ia tidak sering bergabung dengan masyarakat dalam beberapa waktu silam, yakni karena ia sedang memecahkan sebuah persoalan, yang dalil dari dua persoalan tersebut tidak ada yang menonjol antara satu dengan yang lain, kemudian Allah memberi petunjuk kepadaku i’tiqad al-haq yang aku tulis dalam kitabku ini, kata asy’ari.

Dan asy’ari berujar “sekarang aku benar-benar telah memutuskan semua yang pernah aku i’tiqad dari mazhab mu’tazilah seperti aku lepaskan bajuku ini, ia pun melepaskan baju yang sedang ia kenakan serta membuangnya. Saat itu pula ia memberikan masyarakat kitab-kitab yang telah ia karang berdasarkan mazhab ahlus sunnah waljama’ah.

Para ulama mengatakan “sebelum muncul asy’ari, ahli bid’ah semuanya menjunjung pembesar mereka, namun tatkala asy’ari muncul sebagai tokoh alul haaq mereka semua tertindas seperti wijen.

Diantara murid-murid imam asy’ari:

Imam Abi Hasan Al Bahili Al Bashri

Imam Abi Abdullah Bin Mujahid Al Bashri

Imam Abi Muhammad At Tabari yang dikenal dengan sebutan Al Iraqi

Imam Abi Bakr Al Quffal Asy Syasyi

Imam Abi Sahal As Sa’luki An Naysaburi


Diantara murid-murid dari murid asy’ari:

Imam qadhi abi bakr al baqilani

Imam abi tayyib bin abi sahal as sa’luki

Imam abi ali ad-daqqaq 

Imam hakim an-naisaburi

Imam abi bakr bin furaq

Al-hafidz abi nu’im al-ashbihani

Kesimpulan, Asy’ari menjadi pelopor mazhab ahlussunnah di seantero dunia, dan mazhabnya akan tetap langgeng selama masih ada perputaran siang dan malam, karena jejak salaf yang ia ikutkan dan bedera sunnah yang ia tinggikan.

Sebelum wafat asy’ari meninggakan banyak karangan, bahkan ada yang mengatakan karangan beliau mecapai 200-an . Asy-ari wafat tahun 324, saat itu kelompok ahlus sunnah dilanda duka yang luar biasa dan hati mereka bersedih atas kehilangannya.

Wallahu a’lam 


Ref:  i’tiqad ahlus sunnah, hasan hitou hal 39


Posting Komentar

0 Komentar