Salah satu perkara yang harus (jaiz) bagi allah adalah mengutus para Rasul untuk membawa berita gembira bagi siapa saja yang mentaati perintahnya dan memberi ancaman bagi siapa saja yang melanggar perintahnya, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa’ ayat 165 :
رسلا مبشرين ومنذرين لئلا يكون للناس على الله حجة بعد الرسل
Artinya: Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul rasul itu diutus.
Imam Ali Ahmad al-Jarjawi berkata: kehidupan di dunia ini adalah jalan yang mengantarkan manusia menuju kehidupan akhirat yang abadi, jalan sebagai pengantar untuk menuju akhirat sungguh sangat gelap. Dengan fitrahnya, seorang manusia tidak mungkin bisa mengetahui esensi dan hakikat kegelapan maknawi ini hingga dia mampu menyelami dengan akalnya sendiri tanpa pembimbing hidup, karena ia tidak memiliki kesempurnaan yang merupakan salah satu di antara sifat-sifat Sang Pencipta. Oleh sebab itu, dia membutuhkan lampu yang akan menerangi jalannya hingga ia dapat mencapai akhirat dengan selamat dari bahaya dan ancaman. Pelita (cahaya) ini adalah syariat-syariat yang dibawa oleh para rasul yang telah diutus oleh Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menunjukkan kepada mereka kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tugas-tugas yang diemban para rasul
Telah dijelaskan bahwa pengutusan para rasul sangat penting bagi umat manusia karena akal saja tidak cukup untuk membimbing mereka menuju kebahagian dunia dan akhirat. Seperti halnya apabila semua manusia memiliki potensi yang besar untuk meraih semua jalan kebenaran dan setiap individu dapat berfikir logis maka sistem alam semesta akan kacau dan merusak kemaslahatan manusia karena tidak ada yang membimbing. Tidak diragukan lagi, manusia yang dipilih oleh Allah untuk menanggung amanah ini adalah para rasul, lantas apa saja tugas yang dibebankan kepada mereka? Tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka adalah sebagai berikut :
Pertama :
Apa yang dilakukan para rasul adalah untuk menunjukkan kepada Pencipta Agung tentang kekuatan-Nya yang luar biasa. Para rasul telah menjelaskan “identitas” Tuhan dengan menyebutkan sifat-sifat yang dapat dipahami dengan mudah. Agar akal mereka penuh dengans makna tauhid dengan cara yang paling dekat dan mudah.
Kedua :
Para Rasul mengingatkan manusia tentang kebesaran Allah, keagungan takdir-Nya, keagungan kemampuan-Nya, perbuatan-Nya dalam ciptaan, apa yang wajib, boleh, dan tidak mungkin bagi-Nya melalui berbagai uraian dan segala sifat-Nya. Dia kuasa dan memiliki kekuatan untuk memuliakan dan merendahkan mereka yang Dia kehendaki. Allah membalas setiap orang sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, baik melalui peringatan, kabar gembira, janji, ancaman, dan segala sesuatu yang termasuk dalam pengertian nasehat dan hidayah.
Ketiga:
Para Rasul mendorong orang-orang untuk menghiasi diri mereka dengan etika mulia yang membebaskan jiwa. Moralitas ini adakalanya bermanfaat bagi diri manusia sendiri seperti jujur, memelihara lisan dari kebohongan, dan menjaga mata dari melihat apa yang diharamkan untuk dilihat. Adapun yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain adalah seperti kedermawanan, menolong orang yang teraniaya, berlaku adil terhadap orang yang tertindas, dan memberi makan kepada pengemis atau orang fakir. Selain itu ada juga sifat pemberani, jantan, menjaga harga diri, dan berbagai akhlak utama yang lainnya. Dalam kondisi seperti ini, orang-orang tersebut akan menjadi generasi yang mampu menjelaskan kepada manusia. siapakah sebaik-baik Pencipta (yaitu Allah), memberikan kabar gembira kepada mereka berupa pahala yang besar dan memperingatkan mereka dari siksaan yang pedih.
Keempat:
Para rasul mengajarkan manusia tata cara mengagungkan Sang Pencipta dan melaksanakan apa yang diwajibkan kepadanya berupa ibadah-ibadah dengan segala jenisnya berdasarkan aturan yang sempurna, sehingga hati manusia selalu hadir dan penghambaan (ibadah) dapat terealisasi dengan hati yang sempurna. Selain itu, jiwa bisa terbebas dari hiburan dan permainan yang bisa menghalanginya dari Sang Pencipta karena pasrah dan tunduk pada hawa nafsu akan menghalangi manusia untuk sampai kepada Sang pencipta.
Kelima :
Para Rasul menetapkan syariat dan menciptakan serangkaian aturan yang mengikat seseorang seperti hukuman bagi pezina, potong tangan bagi pencuri, qisas bagi pembunuh, hukuman menuduh zina, hukuman bagi peminum minuman keras, dan aturan yang bisa membedakan antara yang halal dan haram. Semua aturan tersebut dimaksudkan agar tidak ada darah yang tertumpahkan (perang atau pembunuhan), tak ada perempuan yang ternodai, dan manusia tidak akan mengeluarkan satu dirham pun kecuali untuk sesuatu yang halal. Selain itu, ada pula hal-hal lain yang berkaitan dengan beragam aturan dan syariat-syariat yang akan diselenggarakan oleh para penegak keadilan sehingga penduduk bisa merasakan stabilitas dan keamanan di negara tersebut. Jadi dalam hal ini, para nabi berposisi sebagai penegak hukum dan legislator.
Keenam :
Para Rasul menjelaskan kepada manusia cara-cara menstabilkan kehidupan materinya dan mendorongnya untuk mengikuti cara-cara tersebut, seperti mengajak mereka untuk rajin bekerja, memberi teladan kepada mereka, dan menyampaikan pesan-pesan yang menginspirasi dan mampu membuat mereka membenci kemalasan.
Referensi
Hikmat at-Tasyri', Imam Ali Ahmad Al-Jarjawi, halaman 6-10
0 Komentar