Hal pertama
yang harus diyakini oleh muslim adalah Allah tidak butuh kepada alam dan seisinya,
tidak butuh kepada seluruh hamba dan ciptaan-Nya, melainkan hamba dan ciptaan-Nyalah
yang butuh kepada Allah. Oleh karena itu, ketaatan hamba tidak memberi manfaat apa
pun kepada Allah begitu pula maksiat hamba tidak memberi mudarat dan mengurangi
apa pun pada Allah.
Maka hikmah
yang terdapat dalam taat itu kembalinya
kepada maslahat (kebaikan) hamba sendiri.
Apa yang disyariatkan dalam Islam sudah dipastikan ada hikmah/sisi kebaikannya
di mana para hamba ada sebagian yang tahu dan sebagian lagi tidak. Tidak
disyaratkan bagi hamba untuk mesti tahu hikmah yang terdapat pada setiap yang
disyariatkan.
Takdir Allah
pada setiap yang diciptakan-Nya tentunya ada hikmah dan hal baik, maka begitu
pula pada yang Allah syariatkan pula ada hikmahnya. Allah tidak mensyariatkan
sesuatu yang sia-sia, tidak bernilai dan tidak ada sisi baiknya
Ibadah puasa
merupakan salah satu dari syariat Islam, maka pada puasa juga terdapat hikmah
yang terkadang hamba-Nya tahu sebagiannya dan masih banyak hikmah tersembunyi
yang tidak mereka ketahui.
Berikut di
antara hikmah puasa:
1. Membersihkan
nafsu dan mendidiknya dalam menyempurnakan penghambaan kepada Allah
Manusia bisa
saja makan, minum dan berhubungan badan dengan pasangannya tanpa diketahui oleh
siapa pun, namun dia meninggalkan hal demikian semata-mata karena Allah. Sebagaimana
yang tercantum dalam hadis:
والذي نفسي بيده لخلوف فم الصائم أطيب
عند الله من ريح المسك يترك طعامه وشرابه وشهوته من أجلي الصيام لي وأنا أجزي به
“Demi Zat yang
jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih
harum di sisi Allah daripada bau kesturi. Ia meninggalkan makan, minum, dan
syahwatnya karena Aku. Puasa itu untuk Aku, dan Aku akan membalasnya untuk itu.”
(HR. Malik, Ahmad dan Bukhari)
2. Puasa
menjadi penghalang dari mengikuti hawa nafsu, menjadi sebab terjaga dari pada
hal-hal yang terlarang, dan menjadikan jiwa terbiasa dengan sabar, sabar dalam
taat dan sabar dari maksiat sehingga Nabi SAW menamakan bulan Ramadhan dengan
Syahru as Sabri, yaitu bulan kesabaran
sebagaimana sabdanya:
صوم شهر الصبر وثلاثة أيام من كل شهر
يذهبن وحر الصدر
“Puasa bulan
sabar(maksudnya bulan Ramadhan) dan tiga hari di setiap bulan dapat
menghilangkan kotoran hati.” (HR. Ahmad)
3. Puasa
menghasilkan kesehatan bagi badan dan menjaganya dari penyakit, karena banyak
dari penyakit yang dirasakan manusia disebabkan oleh makan dan minum yang
berlebihan dan melewati batas keperluan
Nabi Muhammad SAW
bersabda:
صوموا تصحوا
“Puasalah
kalian niscaya kalian akan sehat.” (HR. Tabrani)
Dalam puasa juga terdapat hikmah sosial, khususnya puasa
di bulan Ramadhan, berupa kewajiban bagi
semua umat Islam. Tidak ada perbedaan antara yang kaya dan mampu dengan
yang miskin dan kekurangan, sehingga si kaya dan mampu juga merasakan bagaimana
nasib si miskin, bagaimana rasanya kelaparan, dengan demikian yang kaya dan
yang mampu memiliki rasa belas kasihan, simpati, dan mau membantu serta
menghibur yang lainnya dan inilah alasan kenapa dalam beberapa hadis bulan Ramadhan
disebut dengan "Syahru Al muwasah" atau bulan saling mengasihi dan
menghibur.
Sumber: Risalah
As Shiyam, Syekh Izzuddin bin Abdissalam, hal 8-9
0 Komentar