Siapa yang tidak kenal dengan nama Asy-Syafi'i, ia adalah seseorang yang menjadi pelopor Mazhab Syafi'i. Mazhab yang telah terdengar dan baunya telah tercium di setiap penjuru dunia. Mengapa tidak, kontribusinya dalam hal keilmuan begitu besar dan ia juga memiliki murid yang tidak kalah cerdas dan pandai.
Di samping hidup
sebagai penggagas Mazhab dan berbahtera di dunia intelektual, ia juga menjalani
kehidupannya sebagai suami dan ayah bagi anak-anaknya. Istri Imam Syafi'I
bukanlah sembarangan istri, ia adalah wanita muslimah dan berdarah keturunan Utsman
bin Affan, khalifah ketiga setelah sahabat Nabi, Umar bin Khattab. Wanita
tersebut bernama Hamdah binti Nafi’ bin Anbasah bin Amr bin Utsman bin Affan.
Atas pernikahan ini, Imam Syafi'I dikaruniai
tiga orang anak yaitu, Utsman Muhammad bin
Muhammad, Fatimah binti Muhammad dan Zainab binti
Muhammad.
Di samping
menghabiskan waktunya untuk menulis dan mengajar, beliau juga menyempatkan
waktunya untuk istri dan anak-anaknya dengan berkomunikasi dan berinteraksi
bersama. Imam Syafi'I memiliki kepribadian yang baik, sopan santun dan
bertatakrama dengan keluarga. Walaupun demikian, ia suka bercanda dan bersenda
gurau bersama keluarganya demi menciptakan keromantisan dan kebahagiaan.
Di dalam kitab adabu Asy-Syafi’I wa Manaqibuhu, Muhammad Abdurahman bin Abi Hatim ar-Razi melukiskan dan menceritakan kisah candaan Imam Syafi'I bersama sang istri dan berkata dalam kitab tersebut:
سَعْدُ بن محمد البيروتي (قاضي
بَيْرُوتَ) قال: حدثنا أحمد بن محمد المكي، قال: سمعتُ إبراهيم بن محمد الشافعي
يقولُ: سمِعتُ ابن عمي محمد بن إدريس الشافعي، يقول: كانتْ لي امْرَأَةً، وكنتُ أُحِبُها، فكنتُ إذا رأيتها قلتُ لها: ومِنَ
البَليَّةِ أنْ تُحْبِب فَلا يُحِبُّكَ من تُحِبُّهُ. فتَقُولُ هي: ويَصُدُّ
عَنْكَ بِوَجْهِهِ وتُلِحُ أنْتَ فلا تُغْبُهُ
Artinya:
“’Sa'id Muhammad al-Bairuthi(seorang
Hakim kota Bairut) berkata: kami
mengambil berita dari Muhammad al-Makiy, ia berkata: aku mendengar Ibrahim bin
Muhammad Asy-Syafi’I, ia berkata: aku mendengar dari anak pamanku yaitu
Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I, ia berkata: aku memiliki seorang istri dan aku
sangat mencintainya. Apabila aku melihatnya, aku akan berkata padanya:
“Salah satu dari malapetaka adalah saat engkau
mencintai seseorang yang tidak mencintaimu.”
Istriku menjawab :
“Kemudian ia
memalingkan wajahnya darimu, sedang engkau mencoba menghapusnya, namun hal itu
sia-sia.”’
Referensi: Adabu Asy-Syafi’I wa Manaqibuhu,
(cet: Dar Kutub al-Ilmiah), hl. 237.
0 Komentar