Ketika
diutusnya seorang rasul ke muka bumi, Allah Swt juga menyertai mereka dengan
mukjizat-mukjizat sebagai bukti dan penguat kerisalahan mereka. Seperti Rasulullah misalnya, ketika Allah
mengutus beliau ke muka bumi, Allah juga menyertainya dengan beberapa mukjizat,
di antaranya beliau sanggup membelah bulan, keluarnya air dari jari-jari beliau,
dan mukjizat paling besar yang diberikan adalah diturunkannya Al-Qur’an. Al-Qur’an bukan saja sebagai bukti tentang
kerisalahan beliau, namun juga sebagai salah satu alternatif seorang hamba
melakukan ibadah yaitu dengan membacanya. Anjuran-anjuran membacanya pun sangat
banyak tertuang dalam hadist-hadist Nabi.
Di antaranya hadist yang diriwayatkan Abdullah Ibn Mas‘ud yang
menyatakan bahwa setiap huruf yang dibaca akan diberi balasan satu kebaikan.
Setiap kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh. Yaitu sebagai berikut:
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ،
يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَرَأَ
حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ
أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ
وَمِيمٌ حَرْفٌ
Artinya: “Kata ‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan
mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh
semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif
satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf”. (HR. At-Tirmidzi).
Al-Qur’an
terdiri dari 114 surat dan 6000 lebih ayat dan dalam jumlah lebihnya ada
perbedaan pandangan ulama. Namun yang menarik dan jadi perhatian ialah ketika
Rasulullah menyampaikan keutamaan membaca surat al-Ikhas yang hanya terdiri
dari empat ayat, namun sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an yang jumlah
keseluruhan ayatnya jauh melebihi ayat al-Ikhlas. Keterangan hadistnya sebagai
berikut:
عن أبي سعيد أن رجلا سمع رجلا يقرأ : قل هو الله أحد يرددها، فلما
أصبح جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم، فذكر ذلك له، وكأن الرجل يتقالها، فقال
النبي صلى الله عليه وسلم :والذي نفسي بيده ، إنها لتعدل ثلث القرآن
Artinya: “Dari abu sa'id, sesungguhnya seseorang mendengar orang
lainnya membaca: “qul huwallohu ahad” dan mengulang ulanginya, ketika
pagi dia datang ke Nabi SAW dan menuturkan hal tersebut kepada beliau
seolah-olah laki-laki tersebut menganggap remeh bacaannya. kemudian Rasululloh
SAW bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh bacaan itu
menyamai sepertiga Al-Qur’an”. (HR Bukhori)”.
Imam al-Ghazali
dalam kitabnya Jawahir Al-Qur’an mengungkapkan bahwa alasan surat
al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an adalah melihat pada sisi urgensi
kandungan dalam Al-Qur’an itu sendiri. Sisi urgensi kandungan dalam Al-Qur’an ada
tiga yaitu makrifah (Mengenal) Allah, makrifah akhirat dan makrifah jalan yang
lurus (jalan yang wajib di ikuti melalui tuntunan-tuntunan syari’at dan
berpaling dari yang lainnya). Di dalam surat
al-Ikhlas terdapat satu urgensi kandungan Al-Qur’an yaitu makrifah Allah
Ta’ala. Dengan melihat sisi ini, maka al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga
Al-Qur’an.
Refrensi: al-Ghazali, Jawahir Al-Qur’an, Cet. Ke-2 (Beirut: Dar
Ihya’ al-‘Ulum, 1986), h. 78.
فاعلم أنَّ [
سورة ] الإخلاص تَعْدِلُ ثُلُثَ القرآن قطعاً ، وأرجع إلى الأقام الثلاثة التي
ذكرناها في مهمات القرآن، إذ هي: معرفة الله تعالى، ومعرفةُ الآخرة، ومعرفة الصراط
المستقيم، فهذه المعارف الثلاثة هي المهمة والباقي توابع ؛ وسورة الإخلاص تشتمل
على واحد من الثلاث، وهو معرفة الله وتوحيده وتقديسه عن مُشَارِكِ في الجنس
والنوع، وهو المراد بنفي الأصل والفرع والكُفْو، وَوَصفه بالصَّمَد يُشعر بأنه
الصَّمَدُ الذي ! لا مقصد في الوجودِ للحوائج سواه، نعم ليس فيها حديث الآخرة
والصراط المستقيم، وقد ذكرنا أن أصول مهمَّاتِ القرآن معرفةُ الله تعالى ومعرفة
الآخرة ومعرفة الصراط المستقيم، فلذلك تَعدِلُ ثُلُثَ القرآن، أي ثلث الأصولِ من
القرآن كما قال عليه السلام «الحَج عَرَفَة أي هو الأصل والباقي توابع
0 Komentar