Pada beberapa kasus, penyebab kufurnya kaum
sebelah adalah karena mereka salah dalam mengartikan makna dari ayat mutasyabihat
sehingga berujung kepada tajsm alias menyatakan allah bertempat yang
notabennya menyamakan Allah dengan ciptaannya sendiri padahal seperti yang
sudah kita maklumi bahwa itu adalah sebuah kemustahilan dan kesalahan yang
nyata.
Maka sekarang timbulah satu pertanyaan, jika bisa di-ta’bir denga cara yang jelas lantas apa hikmah
allah menta’bir dengan mutasyabihat
yang memerlukan takwil untuk memahami
maknanya?
Hikmah yang pertama
Tujuan nabi Muhammad SAW diutus adalah untuk
mengajari dan memberi penjelasan kepada ummat manusia, Allah berfirman dalam al
Quran surah An-Nahl ayat 44 :
وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ
لِلنَّاسِ مَا نُزِلَ إِلَيْهِمْ
Artinya:
“
Dan kami turunkan alquran kepadamu supaya kamu terangkan kepada manusia apa
yang ada di dalamnya “.
Di dalam ayat yang lainpun Allah menjelaskan
bahwa seorang nabi diutus kepada suatu kaum dengan bahasa mereka supaya ia
dapat memberi penjelasan kepada kaum tersebut.
Sesuai dengan firman Allah diatas. Maka, nabi Muhammad
ditugaskan untuk memberi penjelasan kepada manusia termasuk memjelaskan maksud
dari ayat mutsyabbihat dan beliaupun diharuskan memberikan pemahaman
sesuai dengan kapasitas fikiran orang yang mendengarnya supaya bisa dipahami.
Oleh karenanya, gaya bahasa nabi ketika
berbicara dengan Abu bakar, Umar, Ali , Aisyah dan yang selevelnya tidaklah
sama seperti ketika beliau memberi penjelasan kepada orang-orang dibawah level
mereka. Karena, sedikit yang bisa memahami kalam dalam bentuk hakikat sehingga
kepada mereka perlu dijelaskan dalam bentuk majaz baik dalam bentuk isti’arah atau
tamsil atau bahkan dengan qias.
Perhatikanlah pada firman Allah surah At-Thariq
ayat 1:
وَالسَّمَاءِ
وَالطَّارِقِ
Artinya:
“ Demi
langit dan yang datang pada malam hari ”
Nabi Muhammad dan sahabat yang diberi
pemahaman oleh Allah memaknai lafaz الطَّارِقِ sebagai bintang dengan perantara qarinah kalam dan
lazemnya bintang pada langit di malam hari. Akan tetapi, Allah merencana untuk
memberi pemahaman bagi ummat nabi yang tidak bisa memahami secara langsung
sehingga Allah menjelaskannya dalam ayat 2 dan 3 surah At-Thariq :
وَمَا
أَدْرَنَكَ مَا الطَّارِقُ * النَّجْمُ الثَّاقِبُ
“ Dan
apakah kamu ketahui apakah yang datang itu * yaitu bintang yang cahayanya
menembus (kegelapan malam) “
Sehingga mereka pun bisa memahaminya dengan
melihat pada ayat selanjutnya
Hikmah yang kedua
Supaya orang yang berusaha memahami ayat
mutsyabihat naik ke martabat selanjutnya sehingga ia pun sampai kepada
tingkatan ilmu yang tinggi.
Hikmah yang ketiga
Supaya ada yang mengajar dan belajar tentang
ayat mutasyabbihat tersebut. Karena, jika seandainya semua ayat ditulis dengan
jelas maka tidak ada yang mengkaji al quran dengan cara berguru disebabkan
kejelasan maknanya.
Hikmah yang keempat
Supaya orang yang mengerahkan segenap kemampuan
dan usahanya untuk memahami maknanya mendapat ganjaran pahala yang berlimpah
dari Allah SWT.
Hikmah yang kelima
Sebagai petunjuk dan kesesatan bagi siapa yang
dikehendaki Allah sebagaimana dalam surah Al Baqarah ayat 26 :
يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَيْرًا
Artinya:
“ Allah
meyesatkan dengannya banyak manusia dan memberi petunjuk kepada banyak manusia
(yang lain) ”
Pada
ketika Allah menurunkan taurat dan injil dengan bahasa yang jelas menyebabkan
ahli kitab masa itu mengingkari perkara takwil sehingga mereka tersesat ketika
meyakini 3 ketuhanan karena salah dalam memahami kalimat “ayah” dan “anak” di
dalam Alkitab secara dhahirnya padahal yang dimaksud dengan “ayah” adalah
rahmat dan pada “anak” adalah kebaikan dengan cara mentakwil makna keduanya,
Bukan menyatakan bahwa ada Tuhan ayah dan Tuhan anak, begitu pula ketika Isa
Almasih AS berkata kepada air “ini ayahku” dan kepada roti “ini ibuku” bukanlah
maksudnya bahwa ada Tuhan ibu sehingga lengkaplah 3 Tuhan seperti yang diyakini
oleh ahli kitab. Akan tetapi yang beliau maksudkan adalah air dan roti seperti
ayah dan ibu karena dapat menguatkan tubuh dan menyelamatkan jiwa dengan
memakan dan meminum keduanya, makna ini juga didapat dengan cara takwil.
Sumber: Najm al-Muhtadi wa rahmat al-Mu’tadi ,
cet: dar at-taqwa syam, hal: 390.
1 Komentar
Assalammualaikum wrwb Aby tolong Abi tulis edisi hukum mendatangi dukun /paranormal lengkap dalil dan referensi ,
BalasHapus