Di antara disiplin ilmu yang harus di kuasai oleh para santri adalah ilmu Nahwu dan Sharaf. Ilmu Nahwu adalah disiplin ilmu yang membahas prinsip-prinsip untuk mengetahui ahwal (kondisi) dari sebuah kalimat dalam bahasa arab, apakah kalimat tersebut ketika disusun atau diucapkan berupa di i’rab ataupun bina, atau apakah kalimat tersebut rafa’, nashab, jar, dan jazam. Semua ini dapat diketahui dengan memahami semua kaedah-kaedah yang ada di dalam disiplin ilmu Nahwu. Sedangkan ilmu Sharaf adalah disiplin ilmu yang membahas prinsip-prinsip untuk mengetahui sighat-sighat dalam kalimat bahasa arab, yaitu apakah kalimat tersebut di tashrif, i’lal, ibdal ataupun lainnya.
Salah satu pembahasan dalam disiplin ilmu nahwu
adalah tentang ‘athaf. Secara bahasa ‘athaf adalah kembali
kepada sesuatu setelah berpaling darinya. Sedangkan dalam mendefenisikan ‘athaf
menurut terminologi harus terlebih dahulu mengklasifikasikannya dalam dua
macam, yaitu ‘athaf bayan dan ‘athaf nasaq. ‘Athaf bayan
ialah tabi’ (sebuah kalimat yang mengikut kalimat sebelumnya dalam hal i’rab)
yang serupa dengan na’at dalam hal menjelaskan matbu’ nya
(kalimat sebelumnya) bila berbentuk ma’rifah dan memeperkecil ruang
lingkupnya bila berbentuk nakirah. Namun ‘athaf bayan berbeda
dengan na’at adalah ‘athaf bayan haruslah kalimat yang jamid
dan bukan kalimat yang ditakwil kepada musytaq. Adapun ‘athaf
nasaq adalah tabi’ yang di antaranya dan matbu’ nya
diselangi oleh huruf ‘athaf dan salah satunya ialah kalimat Bal ( (بل
Berikut beberapa makna dan ketentuan-ketentuan
kalimat بل:
1. Idhrab
Kalimat بل
bermakna idhrab bila terletak setelah kalimat afirmatif dan ma’thuf (konjungsi)
nya tunggal, berbentuk kabar atau perintah dan maknanya adalah menafikan hukum
awal sebelum huruf idhrab (بل)
sehingga seolah-olah di diamkan saja (tidak berkomentar apapun) serta
menjadikan hukum itu pada kalimat setelah huruf idhrab (بل). Contoh
sebagai berikut:
جاء سليم بل خالد ونحو ليقم علي بل سعيد
2. Istidrak
Bila kalimat بل terletak setelah nafi
atau larangan dan kunjungsinya tunggal, maka بل
bermakna istidrak dengan pengertian menetapkan nafi atau larangan
pada kalimat sebelum huruf idhrab (بل)
dan menetapkan hukum antonimnya pada kalimat setelah huruf idhrab tersebut.
Contoh sebagai berikut:
ما قام سعيد بل خليل ونحو لا يذهب سعيد بل خليل
3. Idhrab Ibthaliy
Idhrab Ibthaliy adalah
menafikan hukum awal yang berada sebelum huruf idhrab serta menetapkan
hukum tersebut pada kalimat setelahnya. Hal ini bila بل بل terletak
setelah jumlah dan i’rab kalimat setelah بل
adalah ibtida’. Contohnya sebagai berikut:
وَقالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمنُ وَلَدًا سُبْحانَهُ بَلْ عِبادٌ مُكْرَمُونَ
4. Idhrab Intiqaliy
Idhrab Intiqaliy ialah
mengalihkan suatu hukum kepada hukum baru tanpa membatalkan hukum pertama. Hal
ini juga bila Hal ini bila بل terletak
setelah jumlah dan i’rab kalimat setelah بل
adalah ibtida’. Contohnya sebagai berikut:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (١٤) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (١٥(بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَياةَ
الدُّنْيا (١٦(
Sumber: Mustafa
al-Ghalayini, Jami al-Durus al-‘Arabiyyah, Cet. Ke-2 (Kairo: Dar
al-Salam, 2013), h. 658.
بل تكون للإضراب والعدول عن شيء إلى آخر، إن وقعت بعد كلام مثبت خبرا كان أو أمرا
وللاستدراك بمنزلة ( لكن( إن وقعت بعد نفي أو نهي.ولا يعطف بها إلا بشرط أن يكون معطوفها مفردًا غير جملة.وهي، إن وقعت بعد الإيجاب أو
الأمر، كان معناها سلب الحكم عما قبلها، حتى كانه مسكوت عنه، وجعله لما بعدها نحو:
( قام سليم، بل خالد، ونحو: ليقم علي، بل سعيد.وإن وقعت بعد النفي أو النهي كان معناها إثبات النفي او
النهي لما قبلها وجعل ضده لما بعدها نحو: ( ما قام سعيد بل خليل ، ونحو: « لا يذهب
سعيد بل خليل ». فإن تلاها جملة لم تكن للعطف، بل تكون حرف ابتداء مفيدا للإضراب
الإبطالي أو الإضراب الانتقالي
يراد بالإضراب الإبطالي: العدول عن موضوع إلى موضوع مع إبطال حكم الموضوع
الأول، ويراد بالإضراب الانتقالي:الانتقال من موضوع إلى آخر بلا إبطال الحكم الأول
( المؤلف(
0 Komentar