Sebagaimana
telah kita ketahui bahwa Rasul wajib
terpelihara daripada noda dosa atau disebut dengan ma’sum, baik dosa
besar maupun dosa kecil. Namun bagaimana
dengan kasus yang menjerat Nabi Adam AS yang nyata-nyatanya melanggar perintah Allah yaitu memakan buah khuldi, Allah
melarang adam untuk menjauh dari pohon kayu tersebut, namun karena godaan
iblis dan dorongan hawa nafsu Nabi Adam
AS memakan buah khuldi, secara nyata Nabi Adam AS telah melanggar perintah Allah untuk menjauh dari pohon khuldi
tersebut. Yang menjadi tanda tanya bagi kita adalah bagaimana status kema’suman Nabi Adam AS apakah sudah
hilang dan berdosa gara-gara memakan buah tersebut?.
Jawabannya
adalah tidak berdosa dan dengan kejadian tersebut tidak dapat menghilangkan
status kema’suman Nabi Adam AS, perbuatan tersebut tidak tergolong kedalam
perbuatan maksiat dan dosa. Pada dasarnya perlu kita ketahui bahwa peristiwa
itu terjadi atas dasar skenario Allah Swt untuk menurunkan Nabi Adam AS dari
Syurga, karena sebelum peristiwa itu tejadi Allah Swt berfirman untuk
menjadikan Nabi Adam AS sebagai khalifah(pemimpin) dimuka bumi.
Sebagaimana keterangan yang terdapat dalam kitab Sirâj al-Thâlibîn Karya Syeikh
Ihsân Dahlân Al-Jampes hal.174.cet.Haramain
ذكره الشبراملسي لم يذنب
آدم عليه السلام إلا ذنبا واحدا وهو أكله من الشجرة التي نهى عن الأكل منها
، وهذا الذنب فى الظاهر بالنظر لما فى علم الناس ، وفي نفس الأمر : أمره الله تعالى بالأكل
منها لاقتضاء الحكمة الإلهية كونه عليه السلام خليفة في الأرض ، فأكله منها
في الحقيقة امتثال للأمر الباطنى
Dari
penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa, dosa yang dikerjakan oleh Nabi Adam
AS hanya nampak secara zahir yang dilihat oleh manusia saja, namun secara batin
adalah perintah Allah Swt kepada Nabi Adam AS untuk memakan buah khuldi
tersebut hanya sebagai skenario Allah
Swt untuk menjalankan program yaitu
menjadikan Nabi Adam AS sebagai Khalifah dipermukaan dunia. Oleh karena
demikian Nabi Adam AS mamakan buah
khuldi sebagai bentuk menjunjung tinggi perintah batin.
Penjelasan
yang lain juga terdapat dalam kitab kitab Tafsir Shawi juz 1 hal:22
انه اجتهد فأخطأ فسمى الله
خطأه معصية فلم يقع منه صغيرة ولا كبيرة انما هو من باب حسنات الابرار سيئات
المقربين
“Bahwa
sesungguhnya Adam berijtihad lalu salah ijtihadnya, maka Allah memberi nama
kesalahannya itu dengan ma’siat padahal tak pernah terjadi daripadanya dosa
kecil maupun dosa besar. Sesungguhnya ini termasuk dalam bab “hasanatul abrar
sayyiatul muqarrabin”(kebaikan orang yang level abrar adalah kejahatan
orang yang level muqarrabin)”.
Sebagai
kesimpulan dari beberapa keterangan diatas adalah Nabi Adam AS tidak berdosa
karena memakan buah khuldi tersebut, hanya saja secara zahir yang nampak pada
manusia adalah sebuah dosa karena telah mengerjakan sebuah larangan. Namun
sebenarnya apa yang dilakukan Nabi Adam AS adalah bentuk mematuhi perintah
Allah.
1 Komentar
شكرا أستاذ آمل أن تكون معرفة إضافية لي وبركة في طلب معرفة الله
BalasHapus