Hukum Menggantikan Huruf ض dengan Huruf ظ pada Kalimat ولاالضالين dalam Surat Al-Fatihah


Setiap perbuatan yang telah ditaklifkan kepada manusia yang muslim tidak terlepas dari aturannya masing-masing, baik berupa syarat, rukun dll, semunya harus dilaksanakan agar ibadah yang dikerjakan dapat dilebel dengan sah, begitu pula halnya pada bacaan surat Al-fatihah.


Membaca surat Al-fatihah merupakan salah satu rukun shalat yang harus dilakukan dengan benar dan sempurna, karena bila tidak akan berefek kepada tidak sahnya shalat seseorang. Diantara hal yang harus dijaga dalam membacaan surat al-Fatihah adalah :

1. Membaca basmalah pada awal

2. Memelihara tasydid

3. Memelihara huruf agar tidak tertinggal dan terganti

4. Membaca setiap kalimat secara muawallat (berturut-turut tanpa ada pemisaha)

Salah satu hal yang sering terjadi kesalahan dalam pembacaan surat Al-fatihah adalah pada huruf ض pada kalimat ولا الضالين dengan mengantikan huruf ض dengan ظ, hal ini mungkin dilatarbelakangi oleh kedekatan makraj dua huruf tersebut.


Pertanyaan :

Bagaimana hukum menggantikan huruf ض dengan huruf ظ pada kalimat ولا الضالين ?


Jawaban :

Menurut pendapat yang kuat, hukum menggantikan huruf ض dengan huruf ظ pada kalimat ولا الضالين tidak boleh dan dapat berefek kepada tidak sahnya bacaan surat Al-fatihah, karena disaat seseorang mengantikan huruf maka ia sudah meninggalkan salah satu syarat yang harus dijaga dalam pembacaan surat Al-fatihah yaitu memelihara huruf.

Sedangkan menurt pendapat muqabil ashah, mengantikan huruf ض dengan ظ tidak dapat mengakibatkan rusaknya bacaan surat Al-fatihah karena sulit membedakan dua huruf tersebut yang disebabkan dekat makraj.

Khilaf pendapat ulama diatas berlaku pada orang yang sanggup mengucapkan huruf ض namun secara tidak sengaja mengantikan dengan huruf ظ, atau orang yang tidak mampu mengucapkan huruf ض yang mungkin untuk belajar namun ia meninggalkan belajar, maka bila meninggalkan belajar yang dilatar belakangi oleh ketidak mampuan maka bacaannya dianggap sah, namun bila tidak belajar dengan segaja tanpa dilatarbelangki oleh faktor apapun maka hukum bacaannya dianggap tidak sah.

Namun jika huruf ض digantikan dengan huruf salain ظ maka sepakat para ulama hukumnya tidak sah bacaan surat Al-fatihahnya.


Referensi :

1. Jalaluddin al-Mahalli, al-Mahalli, (Dar Kutub Ilmiyyah, 1971), Jilid. 1, hal. 218.

(ولو أبدل ضادا) منها أي أتى بدلها (بظاء لم تصح) قراءته لتلك الكلمة (في الأصح) لتغييره النظم. والثاني تصح لعسر التمييز بين الحرفين على كثير من الناس.


2. Ibnu Hajar al-Haitami, Tufah al-Muhtaj, (Dar Kutub Ilmiyyah, 1971), Jilid. 2, Hal. 206.

لَوْ أَبْدَلَ (ضَادًا) مِنْهَا أَيْ أَتَى بَدَلَهَا (بِظَاءٍ) وَزَعَمَ أَنَّ الْبَاءَ مَعَ الْإِبْدَالِ إنَّمَا تَدْخُلُ عَلَى الْمَتْرُوكِ مَرْدُودٌ كَمَا مَرَّ مَعَ تَحْرِيرِهِ فِي الْخُطْبَةِ (لَمْ تَصِحَّ) قِرَاءَتُهُ لِتِلْكَ الْكَلِمَةِ (فِي الْأَصَحِّ) لِتَغْيِيرِهِ النَّظْمَ وَالْمَعْنَى إذْ ضَلَّ بِمَعْنَى غَابَ وَظَلَّ يَفْعَلُ كَذَا بِمَعْنَى فَعَلَهُ نَهَارًا وَلَا نَظَرَ لِعُسْرِ التَّمْيِيزِ وَقُرْبِ الْمَخْرَجِ لِأَنَّ الْكَلَامَ كَمَا تَقَرَّرَ فِيمَنْ يُمْكِنُهُ النُّطْقُ بِهَا وَمِنْ ثَمَّ صَرَّحُوا بِأَنَّ الْخِلَافَ فِي قَادِرٍ لَمْ يَتَعَمَّدْ وَعَاجِزٍ أَمْكَنَهُ التَّعَلُّمَ فَتَرَكَ إمَّا عَاجِزٌ عَنْهُ فَيُجْزِئُهُ قَطْعًا وَقَادِرٌ عَلَيْهِ مُتَعَمِّدٌ لَهُ فَلَا يُجْزِئُهُ قَطْعًا بَلْ تَبْطُلُ صَلَاتُهُ إنْ عَلِمَ وَلَوْ أَتَى بِذَالِ الَّذِينَ مُهْمَلَةً بَطَلَتْ قِيلَ عَلَى الْخِلَافِ، وَقِيلَ قَطْعًا فَزَعْمُ عَدَمِ الْبُطْلَانِ فِيهَا مُطْلَقًا لِأَنَّهُ لَا يُغَيِّرُ الْمَعْنَى ضَعِيفٌ


3. Zainuddin al-Malibari, Fathul Mu’in, (Dar al-Kutub Ilmiyyah, 1971), Jilid. 1, Hal. 238.

(و) مع (رعاية حروف) فيها، وهي على قراءة ملك - بلا ألف - مائة وواحد وأربعون حرفا، وهي مع تشديداتها مائة وخمسة وخمسون من أمكنه التعلم - حرفا بآخر، ولو ضادا بظاء

(قوله: ولو ضادا بظاء) الغاية للرد على من قال بصحة ذلك لعسر التمييز بين الحرفين على كثير من الناس لقرب المخرج.


4. Sulaiman, Hasyiah al-Bujairimi, (Dar Kutub Ilmiyyah. 1971), Jilid. 1, Hal. 258

بِخِلَافِ مَا لَوْ أَبْدَلَ الضَّادَ بِغَيْرِ الظَّاءِ فَإِنَّ قِرَاءَتَهُ لَمْ تَصِحَّ قَطْعًا وَالْمُصَنِّفُ لَمْ يُرَاعِ هَذَا الْمَعْنَى لَكِنْ كَانَ عَلَيْهِ حِينَئِذٍ أَنْ يَقُولَ: وَلَوْ ضَادًا بِظَاءٍ كَعَادَتِهِ فِي الرَّدِّ عَلَى الْخِلَافِ اهـ بِرْمَاوِيٌّ.


Posting Komentar

0 Komentar