Perkembangan zaman adalah keniscayaan bagi segenap manusia. Semua ingin berkembang, tak dapat dipungkiri keinginan itu. Namun kendati demikian, perkembangan zaman sering kali dimaknai sebagai perubahan di segala aspek kehidupan, bahkan dalam metode mencari ilmu agama. Hal tersebut lah yang terkadang menimbulkan boom waktu kehancuran.
Kemudahan akses informasi, termasuk ilmu agama, hanya sekadar klik sana-klik sini seseorang dapat mengetahui pelbagai hukum yang dikehendakinya. Akhir cerita, orang-orang pada zaman sekarang beranggapan bahwa seperti google, youtube, chat gpt, dan berbagai Artificial intelligent lainnya dapat menggantikan peran guru dalam persolaan agama.
Padahal, dalam persolaan ilmu Agama, sejauh manapun perubahan dan perkembangan zaman, peran guru dan pendidik bagi seseorang tidak dapat tergantikan. Jika dibandingkan dengan ilmu yang lain, seperti kedokteran, jelaslah seseorang tidak dapat dikatakan ia belajar mengenai kedokteran jika tidak berguru langsung dengan pakarnya. Apalagi sekadar belajar dari youtube dan menanyakan diagnosa dari AI, oh, sungguh lebih-lebih tidak mungkin. Tetapi lucunya mengapa logika ini tidak terpakaikan pada kasus belajar ilmu agama.
Syekh Awwamah dalam kitabnya Ma'alim Irsyadiah mengatakan bahwa:
إنّ أخذ العلم عن الشيوخ : هو مفتاح العلم الصحيح ... و لا خير في علم مَن لم يَتلقَّ العلمَ من العلماء المتقين .
"Mempelajari ilmu dari guru adalah kunci bagi ilmu yang sahih ... dan tidak ditemukan kebaikan apapun pada orang yang ilmunya diperoleh bukan dari belajar langsung dari pada guru-guru yang muttaqin ... ".
Ini mengisyaratkan bahwa peranan sosok guru tidak bisa digantikan oleh kemajuan teknologi apapun, karena pemahaman ilmu yang sempurna baru tersampaikan di saat disampaikan langsung oleh pakarnya secara talaqqi (tatap muka).
Ref: Ma'lim Irsyadiah, hal 159.
0 Komentar