Shalat merupakan salah satu ibadah pokok dalam agama Islam yang memiliki banyak hikmah dan manfaat, baik dari segi spritual, sosial, maupun psikologis. Salah satu aspek yang sangat penting dalam pelaksanaan shalat adalah menghadap qiblat. Allah telah menjadikan Ka’bah baitullah sebagai qiblatnya ibadah shalat ummat Islam di seluruh dunia setelah sebelumnya ummat islam pernah menghadap ke arah Baitul Maqdis di Yarusalem, lalu setelah turun perintah Allah surat Al-Baqarah ayat 144, ummat islam resmi berpindah qiblat ibadah mereka ke arah Ka’bah. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya hikmah dan manfaat yang terkandung dalam pensyariatan menghadap qiblat tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk menghidupkan syariat Nabi Ibrahim dan anaknya yaitu Nabi Ismail alaihima al-salam. Karena dengan sebab keduanya Ka’bah yang mulia didirikan, serta agar tidak hilang jejak sejarah tentang mereka berdua dalam ingatan orang-orang islam.
2. Sesungguhnya dengan sebab memfokuskan wajah sepenuhnya ke satu arah yang sama, ummat islam akan fokus dan tidak akan terkecoh ke arah samping dalam shalat-shalat mereka. Sehingga hati lebih khusyuk dalam menghadap Tuhan dan akan terhindar dari rasa was-was serta berpaling dari rahmat Allah.
3. Di saat ummat islam belahan Timur dan Barat menghadap qiblat yg sama dalam shalat, maka itu merupakan salah satu kebahagian yang besar untuk mereka di dunia dan akhirat. Karena dengan itulah mereka mengetahui bahwa sejatinya diri mereka bersaudara dan bersatunya hati mereka karna tertuju fokus hanya kepada satu hal, yakni Ka’bah, padahal mereka berada di tempat yang jauh dan berbeda satu sama lain. Ini merupakan nikmat Allah yang besar untuk hamba-Nya.
4. Seorang muslim yang di panggil dengan panggilan shalat, yakni حي على الصلاة حي على الفلاح, kemudian dia mempercepat shalat dengan menghadap qiblat, maka dia telah membuktikan keta’atan kepada Allah dan Rasulnya, juga menghadapkan wajahnya ke arah yang paling mulia di bumi, yakni tempat tanah air Baginda Nabi Muhammad Saw.
5. Mengingatkan kasih sayang dan cinta Allah kepada Nabinya. Nabi Muhammad beranggapan bahwa menghadap Ka’bah lebih baik dari pada ke arah Baitul Maqdis, dan beliau sering memandang ke arah langit seraya menunggu izin Tuhannya untuk mengubah kiblat, lalu Allah mengabulkan keinginan Nabi sebagai bukti cinta dan kasih sayang dengan menurunkan firman-Nya:
قد نرى تقلب وجهك في السماء فلنولينك قبلة ترضاها
“Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai “
( Q.S. Al-Baqarah ayat 144 )
Semoga dengan memahami hikmah ini, kita bisa menjalankan ibadah shalat dengan khusyuk dan penuh kesadaran. آمين يا رب العالمين
Ref. حكمة التشريع وفلسفته \ ص. ١٠٧
0 Komentar