Keutamaan Tawadhu' dalam Perspektif Sufi: Pelajaran dari Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani


Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, seorang tokoh sufi besar, memberikan pelajaran berharga tentang sikap tawadhu' (rendah hati) dan cara pandang terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam salah satu ungkapannya yang sarat makna, beliau mengajarkan bagaimana seorang hamba Allah seharusnya memandang orang lain dengan penuh penghormatan, sambil selalu mengintrospeksi diri. Berikut adalah pemaparan dari ajaran beliau yang dapat menjadi pelajaran bagi kita semua:


A. Memuliakan Orang Lain

Syeikh Abdul Qadir menyatakan bahwa setiap kali kita bertemu dengan seseorang, kita harus melihat bahwa orang tersebut memiliki kelebihan dibandingkan diri kita. Sikap ini melibatkan pengakuan bahwa Allah mungkin telah memberikan kedudukan yang lebih tinggi atau kebaikan yang lebih besar kepada orang tersebut. Dengan cara ini, hati kita dilatih untuk selalu menghormati dan memuliakan orang lain tanpa memandang status, usia, atau pengetahuan mereka.


B. Menilai Berdasarkan Usia dan Keadaan

  1. Jika yang ditemui adalah anak kecil: Sheikh Abdul Qadir mengajarkan bahwa kita harus berkata dalam hati, "Anak ini belum pernah bermaksiat kepada Allah, sedangkan aku telah banyak bermaksiat. Tidak diragukan lagi, anak ini lebih baik dariku."
  2. Jika yang ditemui adalah orang tua: Kita dianjurkan untuk berpikir, "Orang tua ini telah beribadah kepada Allah jauh sebelum aku melakukannya. Maka, dia pasti lebih mulia di sisi Allah."
  3. Jika yang ditemui adalah orang alim: Kita hendaknya berkata, "Orang ini telah diberi ilmu yang belum aku capai. Dia mengetahui hal-hal yang belum aku ketahui dan mungkin dia juga mengamalkan ilmunya."
  4. Jika yang ditemui adalah orang jahil: Sheikh Abdul Qadir menyarankan agar kita merenungkan, "Orang ini bermaksiat karena kebodohannya, sedangkan aku bermaksiat dengan penuh pengetahuan. Maka, dia lebih layak untuk mendapat ampunan dibandingkan aku. Aku pun tidak tahu bagaimana akhir hidupku atau akhir hidupnya."
  5. Jika yang ditemui adalah orang kafir: Bahkan terhadap orang kafir, kita diminta untuk tetap berprasangka baik. Beliau mengajarkan, "Aku tidak tahu, bisa jadi dia akan memeluk Islam dan mengakhiri hidupnya dengan amal yang baik, sementara aku justru tergelincir dalam kekufuran dan mengakhiri hidupku dengan amal yang buruk."


C. Sikap Tawadhu' di Hadapan Manusia

Syeikh Abdul Qadir juga menasihati agar kita menjadi seperti "seorang manusia di antara manusia," tidak merasa lebih istimewa atau lebih unggul dari orang lain. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah tidak menyukai hamba-Nya yang merasa dirinya lebih tinggi atau lebih mulia dari orang lain.


D. Doa Kerendahan Hati

Beliau juga mengutip doa yang sering dipanjatkan oleh orang-orang saleh:

"Ya Allah, jadikanlah aku seorang yang sabar. Jadikanlah aku seorang yang selalu bersyukur. Jadikanlah aku kecil di mataku sendiri, namun besar di mata orang lain."

Ajaran Sheikh Abdul Qadir Al-Jailani tentang tawadhu' memberikan panduan yang sangat relevan untuk membangun sikap rendah hati dan menghormati orang lain. Dengan mengamalkan nasihat ini, kita tidak hanya memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah. Sikap tawadhu' adalah salah satu bentuk ibadah hati yang paling mulia dan menjadi jalan menuju keselamatan di dunia dan akhirat. Semoga kita semua dapat meneladani ajaran beliau dan menjadikan tawadhu' sebagai bagian dari kepribadian kita sehari-hari.


المقالة الحادية والعشرون عن على رضى الله عنه وكرم وجهه كن عند الله خير الناس وكن عند النفس في شر الناس وذلك كما قال سيدى الشيخ عبد القادر الجيلاني قدس سره: اذا لقيت أحدا من الناس رأيت الفضل له عليك وتقول عسى أن يكون عند الله خيرا منى وأرفع درجة فان كان صغيرا قلت هذا لم يعص الله وأنا قد عصيت فلا شك أنه خير منى وان كان كبيرا قلت هذا قد عبد الله قبلي، وان كان عالما قلت هذا أعطى ما لم أبلغ ونال ما لم أنل وعلم ما جهلت وهو يعمل بعلمه، وان كان جاهلا قلت هذا عصى الله بجهل وأنا عصيته بعلم ولا أدرى بم يختم لي أو بما يختم له، وان كان كافرا قلت لا أدرى عسى أن يسلم فيختم له بخير العمل وعسى أن أكفر فيختم لي بسوء العمل. وكن عند الناس رجلا من الناس فان الله يكره أن يرى عبده متميزا عن غيره كما في الحديث. وكان بعضهم يدعو بهذا الدعاء: اللهم اجعلنى صبورا واجعلني شكورا واجعلنى في عينى صغيرا وفي أعين الناس كبيرا


Posting Komentar

0 Komentar