Tiga Sikap di Pagi Hari yang Menentukan Kualitas Diri



 

Disebutkan didalam Kitab Nasaihul Ibad: Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa respons kita di pagi hari dapat menjadi cerminan dari keadaan iman kita. Tiga hal ini merupakan tolak ukur yang penting:

1. من اصبح وهو يشكو ضيق المعاش فكأنما يشكو ربه

“Siapa yang masuk waktu subuh kemudian ia mengeluh akan sempitnya kehidupan, maka seolah-olah ia mengeluh kepada Tuhannya.”

Mengeluh kepada manusia tentang kesulitan rezeki atau hidup adalah tanda ketidakridhoan kita terhadap takdir Allah. Mengadu kepada selain Allah seakan kita tidak percaya bahwa Allah adalah satu-satunya penolong. Nabi Musa AS mengajarkan sebuah doa yang indah saat menghadapi kesulitan, yang menunjukkan bahwa segala puji, keluhan, dan permohonan pertolongan hanya layak ditujukan kepada Allah SWT.

Doa tersebut adalah:

 اللهم لك الحمد، وإليك المشتكى، وأنت المستعان، ولا حول ولا قوة إلا بالله. اللعلي العظيم

“Ya Allah, segala puji hanya untuk-Mu, hanya kepada-Mu kami mengadu, hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”

Dengan memohon hanya kepada-Nya, kita mengakui bahwa pertolongan sejati hanya datang dari Allah, bahkan untuk hal-hal yang di luar nalar kita. Kemudian berkata Al-A'masy semenjak ia mendengarkan kata ini dr kakeknya Al-Asad yg mana kalimat itu dinukil dari Abdullah r.a, kemudian ia berkata lagi, ada orang mendatangiku didalam mimpiku, ia berkata : Wahai Sulaiman / Al-Amsyah

Lebihkan olehmu akan kalimat itu dengan:

نستعينك على فساد فينا ونسالك صلاح أمرنا كله

“Kami minta tolong atas keburukan pada diri ini, dan kami minta tolong atas segala keburukan yang ada”

 

 2. من أصبح لامور الدنيا حزينا فقد أصبح ساخطا على الله

 Siapa yang masuk waktu subuh dalam keadaan sedih karena urusan dunia, maka berarti ia marah kepada Allah SWT.”

 Perasaan sedih yang berlarut-larut karena urusan dunia adalah tanda ketidakpuasan terhadap ketetapan Allah. Setiap takdir, baik yang kita anggap baik maupun buruk, adalah bagian dari rencana-Nya. Bersabar dan beriman pada takdir adalah kunci untuk mendapatkan ketenangan hati. Ketika kita bersedih atas hal duniawi, kita seakan tidak menerima apa yang telah Allah berikan.

 

3. من تواضع لغني لغناه فقد ذهب ثلثا دينه

“Siapa yang merendahkan diri terhadap orang kaya karena kekayaan yang ia miliki, sungguh telah hilang sepertiga agamanya.”

Dalam Islam, kehormatan seseorang tidak diukur dari harta, melainkan dari kebaikan dan ilmunya. Merendahkan diri di hadapan orang kaya karena kekayaan mereka menunjukkan bahwa kita lebih mengagungkan harta daripada ilmu dan amal shaleh. Jika kita memuliakan harta, kita akan meremehkan ilmu dan kebaikan.

 

 "Kesimpulan"

Secara keseluruhan, nasihat ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga hati di setiap keadaan. Ada tiga prinsip penting yang harus dipegang teguh oleh seorang mukmin, sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani:

 * Patuhi perintah Allah: Laksanakan semua perintah-Nya dengan sepenuh hati.

 * Jauhi larangan Allah: Tinggalkan segala larangan-Nya tanpa ragu.

 * Terima takdir Allah dengan ridha: Ikhlas dan bersabarlah atas setiap ketetapan-Nya, baik suka maupun duka.

Dengan mempraktikkan tiga hal ini, kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari, tidak mudah terpengaruh oleh kesulitan duniawi, dan selalu meletakkan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam setiap langkah. Inilah jalan untuk meraih kedamaian dan kebahagiaan sejati.

 

Referensi : Kitab Nasaihul Ibad Cet, DKI 18

Posting Komentar

0 Komentar