Mengapa Ibadah tidak Diseragamkan? Hikmah Variasi dalam Ibadah



Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 34:  

"Jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya."


Ayat ini bukan sekadar pengingat, melainkan juga tamparan lembut bagi jiwa yang sering lalai. Betapa banyak nikmat yang kita rasakan setiap hari, dari yang paling nyata hingga yang paling halus, dari fisik hingga spiritual. Sering kali, kita menikmati nikmat tanpa pernah benar-benar sadar bahwa itu adalah karunia.


Nikmat Allah tak terbatas. Pendengaran, penglihatan, kesehatan, keselamatan, bahkan nikmat mengenal Allah dan berada dalam naungan iman, semuanya adalah anugerah besar. Maka wajar jika ibadah sebagai wujud syukur pun tak dibatasi pada satu bentuk saja. Ada shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, sedekah, berzikir, dan lainnya. Setiap bentuk ibadah adalah cerminan dari keragaman nikmat itu sendiri.


Di sinilah letak hikmah mengapa ibadah tidak diseragamkan. Allah tidak membatasi kita dengan satu cara untuk bersyukur, karena nikmatnya pun datang dalam berjuta rupa. Kita diberi tubuh, diberi waktu, diberi akal, diberi hati, maka semua itu diajak serta dalam ibadah. Ada ibadah fisik, ada yang lisan, ada yang batin. Bahkan dalam salat saja, ada waktu-waktu yang berbeda dan gerakan yang beragam. Semua ini memperkaya rohani kita dalam bersyukur.


Namun, perlu disadari: sebanyak apapun bentuk ibadah yang kita lakukan, itu tetap tidak sebanding dengan besarnya nikmat yang telah kita terima. Ibadah selama seratus tahun penuh pun belum tentu cukup untuk membayar satu helaan nafas atau detak jantung yang terus berdenyut tanpa henti sejak lahir.


Maka jangan merasa cukup. Jangan pernah berpikir bahwa amal kita sudah cukup menjadi tanda syukur. Justru kesadaran bahwa kita tak akan pernah mampu membalas semua nikmat Allah itulah yang menjadikan hati kita terus tunduk dan rendah.


Akhir kata, Variasi ibadah adalah bentuk rahmat dan keindahan dalam Islam. Ia bukan beban, melainkan cara Allah memudahkan kita untuk selalu ingat, selalu bersyukur, dan selalu dekat kepadanyaa dalam setiap keadaan dan setiap nikmat yang kita rasa.

WAALLAHU ’A’LAM


حكمة تنوع العبادات

قال الله تعالى: *{وإن تعدوا نعمة الله لا تحصوها}*. نعم، إذا اتخذنا مياه البحار مداداً وأغصان الأشجار أقلاماً، وأديم السماء صحيفة لما أحصينا نعم الله التي أنعم بها على عباده، ولما كانت العبادة متضمنة شكر الله تعالى على هذه النعم المتنوعة، فكذلك كانت متنوّعة، فإذا عرفت أن الله تعالى أنعم عليك بنعمة السمع والبصر والصحة، وأنعم عليك بأعظم نعمة وهي معرفته جلّ شأنه، فاعلم أيضاً أن تنوع العبادات من صوم وصلاة وزكاة وحج وغيرها قد فرضها الله على هذه الكيفية ليكون الشكر متنوعاً كما أن النعم متنوّعة.


ولا يقال إن الشكر قد قام بحق النعم، لأن النعم لا تحصى، وأما العبادات فإنها محدودة محصورة، ومن هنا نعلم أننا إذا صمنا النهار، وقمنا الليل، وأدّينا العبادات على أكمل وجه وأتمّ نظام فلا نقوم بواجب الشكر لله تعالى مهما طال العمر واتّصلت الأيام.


REF: HIKMATUT TASYRI’ WA FALSAFATUHU, Hal 78, Cetakan DKI

Posting Komentar

0 Komentar