Pemutarbalikan Fakta Oleh Penulis Buku "Hadiah Pahala Amalan Rekayasa” terhadap Kitab Tafsir Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Manan

Rekayasa Bapak Aliwari terhadap Nash Kitab Tafsir Sa`dyKami akan kembali menampilkan kesalahan-kesalahan fatal yang di lakukan oleh Bapak Aliwari dalam bukunya Hadiah Pahala Amalan Rekayasa. hal ini kami tampilkan hanya untuk memperlihatkan kepada kalangan yang terpedaya dengan buku tersebut bahwa sang penulis buku tersebut banyak melakukan manipulasi dan pemotongan-pemotongan terhadap nash-nash kitab para ulama demi mendukung pendapatnya. Walau sebenarnya untuk kalangan ilmuan yang bersikap adil ketika membaca buku tersebut akan menemukan keganjilan-keganjilan. Namun karena ada kalangan yang terpengaruh dengan isi buku tersebut dan begitu yakinnya akan kekuatan argument-argumennya maka hal ini perlu kami terangkan lebih lanjut walaupun sebenarnya sudah cukup dengan dua tulisan sebelumnya.

Adanya pihak yang yakin dengan kebenaran buku tersebut terlihat dari salah seorang dosen di Banda Aceh yang memberikan buku tersebut kepada salah satu guru LPI MUDI mesra yang kuliah di sana, ia begitu yakin memberikan buku tersebut dengan anjuran supaya kalangan pesantren membaca-baca buku tersebut. Mungkin ia juga awam terhadap isi buku tersebut, tidak memeriksa kebenarannya dan hanya taqlid buta kepada sang penulisnya, Bapak Aliwari.

Kali ini yang akan kami kaji adalah isi buku tersebut pada halaman 119, di mana Bapak Aliwari membawakan nash kitab Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Manan karangan Mufassir Abdur Rahman bin Nashir as-Sa`di (1307-1376 H), Bapak Aliwari mengutip penjelasan Imam Sa`di ketika menafsirkan ayat 39 surat an-Najmu: (1)

وقد استدل بقوله تعالى: {وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى} من يرى أن القرب لا يفيد إهداؤها للأحياء ولا للأموات قالوا لأن الله قال: {وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ مَا سَعَى} فوصول سعي غيره إليه مناف لذلك،

Namun sangat di sayangkan, Bapak Aliwari hanya mengutip setengahnya dan menutup mata dari nash selanjutnya yang merupakan pendapat Imam Sa`di yang membantah pendapat bahwa ayat ini sebagai dalil bahwa tidak adanya manfaat pahala dari amalan orang lain.

Imam Sa`di melanjutkan:(2)

وفي هذا الاستدلال نظر، فإن الآية إنما تدل على أنه ليس للإنسان إلا ما سعى بنفسه، وهذا حق لا خلاف فيه، وليس فيها ما يدل على أنه لا ينتفع بسعي غيره، إذا أهداه ذلك الغير له، كما أنه ليس للإنسان من المال إلا ما هو في ملكه وتحت يده، ولا يلزم من ذلك، أن لا يملك ما وهبه له الغير من ماله الذي يملكه.

Pengambilan dalil ini perlu di tinjau kembali, karena ayat ini hanya menunjuki bahwa tiada bagi manusia kecuali hasil usahanya, ini merupakan kebenaran yang tidak di perselisihkan, dan tidak ada dalam ayat tersebut yang menunjuki bahwa manusia tidak bisa mengambil manfaat dari amalan orang lain apabila telah di hadiahkan baginya, sebagaimana tidak akan ada bagi manusia harta kecuali harta yang ada dalam milik dan kekuasaannya dan hal ini tidaklah melazimi bahwa ia tidak akan memiliki harta milik orang lain yang di hadiahkan untuknya.

ini adalah gambar isi buku Hadiah Pahala Amalan Rekayasa pada halaman 119:

Jawaban atas Buku Hadiah Pahala Amalan Rekayasa

dan ini adalah scan nash Kitab Tafsir Sa`dy yang selengkapnya :

Hadiah Pahala Amalan Rekayasa

Bapak Aliwari hanya mengambil setengah dari penjelasan Imam Sa`dy, padahal dalam penjelasan yang di kutip Bapak Aliwari, Imam Sa`di bermaksud mengatakan bahwa ada pihak-pihak yang menjadikan ayat ini sebagai dalil tidak adanya hadiah pahala kemudian dalam nash selanjutnya Imam Sa`di membantah pendapat ini. Namun bantahan dari Imam Sa`dy tersebut tidak di kutip oleh Bapak Aliwari. Maka sebenarnya nash Tafsir Imam Sa`dy sendiri menolak mentah-mentah pandangan Bapak Aliwari, namun yang amat di sayangkan Bapak Aliwari berani mengambil setengah nash Tafsir Imam Sa`dy untuk di jadikan penguat pandangannya tentang tidak adanya hadiah pahala.

Satu hal yang membuatkan kami heran, mengapa Bapak Aliwari berani melakukan hal yang demikian, apakah beliau memang tidak melihat nash Imam Sa`dy selanjutnya atau memang sengaja ingin melakukan penipuan terhadap publik demi membenarkan keyakinannya. Wallahu A`lam bish Shawab

Namun ada baiknya juga karena beliau masih hidup, ada pihak yang menanyakan hal ini langsung kepada beliau.
  1. Abdur Rahman bin Nashir as-Sa`di, Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Manan, jilid 7 hal 1738 Cet. Dar ibnu Jauzy th 1422 H
  2. Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Manan, jilid 7 hal 1738

Post a Comment

0 Comments