Bayi Baru Lahir Meninggal, Wajibkah Memandikan dan Menyalatinya?

Deskripsi Masalah:

Terkadang dalam kehidupan sehari-hari atau di Rumah sakit sering kita jumpai bayi yang baru lahir, meninggal dunia namun namun pihak keluarga kadang kala tidak memandikan dan menyalatkan.

Pertanyaan:

Bagaimanakah status hukum bayi yang baru lahir meninggal dunia tidak dimandikan dan  dishalatkan?

Jawaban:

Kalau ia sempat hidup maka fardhu kifayah melakukannya layaknya mukmin dewasa yg lain.

Uraian :

Dua orang yang matinya tidak dimandikan dan dishalati : Orang mati syahid dan bayi lahir keguguran yang tidak bersuara (menjerit). Sedangkan bayi yang lahir keguguran terbagi kepada:

1. Saat ia lahir dengan mengeluarkan suara, menangis, atau tidak mengeluarkan suara tetapi ia minum air susu atau melihat, atau bergerak-gerak layaknya pergerakan orang dewasa yang menunjukkan adanya kehidupan pada dirinya, kemudian ia meninggal dunia maka ia dimandikan dan dishalatkan hal ini sesuai kesepakatan ulama karena diyakini adanya kehidupan pada dirinya dan dalam sebuah hadits “Bayi yang lahir mengeluarkan suara maka berhak harta warisan dan dishalatkan”

2. Tidak diyakini adanya kehidupan pada dirinya seperti saat kelahiran tidak bersuara, tidak melihat, tidak menetek, maka perihalnya ditinjau terlebih dahulu sebagai berikut :

Bila tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti bergerak dan sejenisnya dan kegugurannya belum sampai pada batas tertiupnya ruh pada dirinya (dalam kandungan usia 4 bulan keatas) maka ulama sepakat ia tidak dishalati, dan tidak dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab dikalangan syafi’iyyah karena hukum memandikan lebih ringan ketimbang menshalatkan karenanya orang mati kafir dzimmi dimandikan tapi tidak boleh dishalatkan.

Bila ia telah berusia 4 bulan keatas maka :

a. Menurut pendapat yang paling azhhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab.

b. Bila ia bergerak maka dishalatkan menurut pendapat yang paling azhar ia tidak boleh dishalatkan, tetapi boleh dimandikan menurut pendapat yang dijadikan madzhab.


 واثنان لا يغسلان ولا يصلى عليهما الشهيد في معركة الكفار والسقط الذي لم يستهل..

وأما السقط حالتان

الأولى أن يستهل أي يرفع صوته بالبكاء أو لم يستهل ولكن شرب اللبن أو نظر أو تحرك حركة كبيرة تدل على الحياة ثم مات فإنه يغسل ويصلى عليه بلا خلاف لأنا تيقنا حياته وفي الحديث ( إذا استهل الصبي ورث وصلي عليه )…

الحالة الثانية أن لا يتيقن حياته بأن لا يستهل ولا ينظر ولا يمتص ونحوه فينظر إن عرى عن إمارة الحياة كالاختلاج ونحوه فينظر أيضا إن لم يبلغ حدا ينفخ فيه الروح وهو أربعة أشهر فصاعدا لم يصل عليه بلا خلاف في الروضة ولا يغسل على المذهب لأن الغسل أخف من الصلاة ولهذا يغسل الذمي ولا يصلى عليه وإن بلغ أربعة أشهر فقولان الأظهر أنه أيضا لا يصلى عليه لكن يغسل على المذهب وأما إذا اختلج أو تحرك فيصلى عليه على الأظهر ويغسل على المذهب.


-Kifaayah al-Akhyaar Juz I Hal 160-161

Simak Pesan Abu MUDI di Makam Abuya Muda Wali Al Khalidy


Post a Comment

0 Comments