Pengenalan Thariq I’tibary Dalam Istilah المذهب Imam Nawawi


Diantara kode Imam Nawawi dalam kitab Minhajnya adalah المذهب. Sederhananya, pengertian المذهب adalah pendapat kuat baik itu qaul (pendapat imam) atau wajh (pendapat ashab) yang berasal dari dua thariq (jalur) atau lebih.

Sedangkan Pengertian Thariq sendiri adalah disaat terjadi perbedaan ashab dalam meriwayat pendapat imam atau ashab seniornya. Misalkan sebagian ashab mengatakan dalam permasalahan ini ada satu pendapat dari imam (thariq qatha’), sedangkan sebagian ashab lainnya menceritakan dalam kasus tersebut didapati dua pendapat imam (thariq khilaf). Kemudian pendapat kuat yang berasal dari dua hikayah diatas oleh imam nawawi membuat kode dengan al-mazhab. Adakalanya yang kuat adalah thariq yang pertama/thariq qatha’ ataupun yang kuat adalah thariq kedua/thariq khilaf.

Uraian diatas bukanlah uraian sepenuhnya tentang kode al mazhab tapi hanya pengenalan dasar untuk kode tersebut. Karena hikayah thariq para ashab tidak hanya terbatas pada dua thariq tapi ada juga tiga thariq bahkan lebih dan ada juga kombinasi hikayah antara pendapat imam dan ashab dalam satu kasus. Seperti sebagian ashab menghikayah satu pendapat imam/ashab senior, sebagian ashab lain menghikayah dua pendapat imam/ashab senior (1 pendapat sebelumnya dan 1 pendapat lain) dan sebagian ashab lainnya lagi menghikayah satu pendapat yang berbeda dengan pendapat dari dua thariq sebelumnya.

Jadi penekanan disini adalah tentang satu hikayah thariq pendapat yang berbeda (التغاير) dengan thariq sebelumnya baik dalam wadah dua thariq, tiga thariq atau lebih.

Perbedaan (التغاير) disini terbagi 2:

1. Perbedaan Hakiki. ( التغاير الحقيقي )

Artinya perbedaan pendapat tersebut dengan pendapat-pendapat sebelumnya memang bersifat mutlak dan murni tanpa rincian apapun. Ini sering kita dapati dalam beberapa permasalahan yang di tandai dengan al mazhab. Menghikayah pendapat ashab dimana sebelumnya terdapat penghikayahan pendapat imam juga tergolong kedalam perbedaan Hakiki( التغاير الحقيقي ) karena sudah jelas wujud perbedaan antara pendapat imam dan pendapat ashab.

 2. Perbedaan i’tibary ( التغاير الإعتباري )

Artinya adanya perbedaan pendapat tersebut dengan pendapat pendapat sebelumnya hanya jikalau kita melihat perinciannya saja sedangkan pada hakikatnya, tidak terdapat perbedaan sama sekali.

Misalnya pada kasus penunaian zakat unta saat sudah mencapai 200. Secara teoritisnya, jika unta sudah mencapai 200 maka unta yang dikeluarkan boleh unta bintu labun dan juga unta hiqqah. Counting/perhitungan bintu labun pada saat setiap 40 unta wajib dikeluarkan 1 bintu labun, maka dari 200 unta wajib kita mengeluarkan zakat 5 unta bintu labun. Sedangkan perhitungan hiqqah pada saat setiap 50 unta wajib dikeluarkan 1 hiqqah, maka dari 200 unta wajib kita mengeluarkan zakat 4 unta hiqqah.

Nah, pada kasus semacam ini, pendapat yang dikode dengan al mazhab adalah thariq khilaf yaitu:

• pendapat pertama adalah unta yang dikeluarkan tidak harus unta hiqqah, ini pendapat yang bersifat mutlak

• Pendapat kedua adalah unta yang dikeluarkan harus unta hiqqah, ini juga bersifat mutlak.

Ini thariq yang pertama (thariq khilaf)

Thariq kedua adalah thariq qatha’ yang menyatakan bahwa tidak terdapat khilaf pendapat pada kasus zakat unta ini. Karena menurut thariq ini, pendapat yang menyatakan tidak harus unta hiqqah yang dikeluarkan itu ditujukan jika seandainya pada tempat tersebut terdapat unta hiqqah dan bintu labun. Sedangkan pendapat yang menerangkan harus unta hiqqah yang dikeluarkan itu maksudnya adalah jika pada tempat tersebut tidak didapati selain unta hiqqah.

Nah, thariq qatha’ ini secara rinciannya berbeda dengan thariq khilaf yang pertama, karena thariq pertama bersifat mutlak/tanpa rincian sedangkan thariq kedua ada rinciannya sehingga pada kasus zakat unta ini tidak terdapat khilaf pendapat.

Contoh ini termasuk dalam hikayah 2 thariq, pertama thariq khilaf yang berstatus mutlak dan kedua thariq qatha’ yang bersifat i’tibary atau ada perinciannya.

 Referensi:

1. Tashwir al-Mathlab Fii at-Ta’bir bil Mazhab, Abdul Bashir Sulaiman as-Saqafi al-Malaibari, Hal. 26

السابعة ان يحكي بعضهم قولين مطلقين ويقطع بعضهم بقول واحد مغاير لهما بإعتبار التفصيل كما في مسألة زكاة الابل وهي ما اذا اتفق فرضان فيها كمائتي بعير فرضها بحساب بنات اللبون وهو ان في كل اربعين بنت لبون خمس بنات لبون وبحساب الحقاق وهو ان في كل خمسين حقة اربع حقاق. فالمذهب انه لا يتعين الحقاق وهذا قول جديد والقول الثاني وهو قديم يتعين الحقاق فهذان قولان مطلقان مجموعهما طريق خلاف ظاهرها حكاية قولين في المسألة.

والطريق الثاني قاطعة تنفي وجود قولين فيها وتفصل ان القول بتعين الحقاق فيما اذا لم يوجد الا الحقاق. والقول بعدم تعينها فيما اذا وجد النوعان في الابل …

فهذه الطريق القاطعة المفصلة مغايرة لكل من القولين حسب هذا التفصيل مع انه لا تغاير بين الطريقين حسب الاطلاق فان القول بالتعين وعدمه موجود في كلتا الطريقين الا ان الاولى اطلقت القولين فأفادت الخلاف والثانية فصلت بينهما فنفته وقطعت بكل من القولين فى حالتي المسألة

 

2. Tashwir al-Mathlab Fii at-Ta’bir bil Mazhab, Abdul Bashir Sulaiman as-Saqafi al-Malaibari, hal. 53

ثم ان التغاير قد يكون مطلقا اي لا بالنظر الى اعتبار بان يكون تغايرا حقيقيا…

والتغاير الحقيقي قد يكون بإيراد قول ثالث مثلا يغاير القولين المحكيين في الطريق الحاكية كما رايت في الامثلة السابقة. وقد يكون بايراد وجه مقطوع به في مقابلة حكاية قولين او اقوال

 

3. Tashwir al-Mathlab Fii at-Ta’bir bil Mazhab, Abdul Bashir Sulaiman as-Saqafi al-Malaibari, hal. 54

وقد يكون التغاير باعتبار للتفصيل كما تدل عليه عبارة المجموع السابقة: "او يقول احدهما: في المسألة تفصيل" ويقول الاخر: "وفيها خلاف مطلق"

Posting Komentar

0 Komentar