Bagaimana Status Shalat Tunai Dengan Niat Qadha? Simak Penjelasan Berikut!

Shalat lima waktu adalah salah satu kewajiban yang Allah bebankan bagi setiap umat muslim baik laki-laki maupun perempuan. Setiap umat muslim memiliki kewajiban menjalankan ibadah shalat lima waktu dalam satu hari yakni Shalat Subuh, Shalat Zuhur, Shalat Ashar, Shalat Magrib, dan Shalat Isya. Maka Apabila seorang muslim meninggalkan shalatnya,  maka ia dituntut untuk mengqadha shalatnya karena shalat merupakan kewajiban dan tanggungan setiap umat muslim secara personal. Tentunya ketentuan niat melakukan shalat tunai dengan shalat qadha memiliki perbedaan. Lantas bagaimanakah jika pada keadaan tertentu seseorang yang haknya ia shalat masih dalam waktu misalkan keadaan mendung atau hal-hal lain menyebabkan ia berniat shalat tunainya dengan niat qadha?

Jawaban:

Al-Qaadi Abu al-Tayyib, penulis kitab al-Shamil dan lain-lain berkata: Jika dia mengira waktu shalat telah berakhir, Maka ia shalat dengan niat untuk mengqadha, dan ternyata shalatnya masih tetap dalam waktu maka shalatnya itu dapat diterima tanpa perselisihan. Imam al-Syafi'i menyatakan bahwa jika ia shalat pada waktu hari mendung dengan niat tunai sedangkan kenyataannya waktu shalatnya telah habis, maka jelaslah bahwa shalat itu terjadi di luar waktu tunai maka memadailah shalat yang ia lakukan. Para fuqaha menggunakan pendapat Imam Syafi’i ini sebagai bukti bahwa niat untuk mengqadha bukanlah suatu syarat. Dan Imam al-Rafi'i berkata: Lebih benar pendapat adalah bahwa tidak disyaratkan niat qadha dan tunai tetapi sah shalat tunai dengan niat qadha dan sebalik hal demikian.

Hal yang sama juga telah diungkapkan oleh salah seorang fuqahak Syafiah yaitu Imam Khatib asy-syarbini dalam kitab iqnak yang beliau kutip langsung dalam kitab majmuk syarah al-Muhazzab.

قال القاضي أبو الطيب وصاحب الشامل وغيرهما : لو ظن أن وقت الصلاة قد خرج؛ فصلاها بنية القضاء، فبان أنه باق أجزأه بلاخلاف، وقد نص الشافعي على أنه لو صلى يوم الغيم بنية الأداء وهو يظن بقاء الوقت فبان وقوع الصلاة خارج الوقت أجزأته، واستدلوا به على أن نية القضاء ليست بشرط ، هذا كلام الأصحاب في المسألة : وقال الرافعي : الأصح أنه لا يشترط نية القضاء والأداء؛ بل يصح الأداء بنية القضاء وعكسه ، هذا كلامهم .

 

وتصح نية الأداء بنية القضاء وعكسه عند جهل الوقت لغيم أو نحوه كأن ظن خروج الوقت فصلاها قضاء فبان وقته، أو ظن بقاء الوقت فصلاها أداء فبان خروجه لاستعمال كل بمعنى الآخر تقول: قضيت الدين وأديته بمعنى واحد. قال تعالى: (فإذا قضيتم مناسككم) [البقرة: 200] أي أديتم، أما إذا فعل ذلك عالما فلا تصح صلاته لتلاعبه كما نقله في المجموع عن تصريحهم.

Referensi:

Imam Nawawi, Majmu’ Syarah Muhazzab, Jilid 4, Cet. DKI, Hal. 259

Khatib AsySyirbini, al -Iqna’ fi Halli al-fazhi Abi Syuja, jilid 2,Cet.DKI, Hal. 136-137

Posting Komentar

0 Komentar