Sudah kita maklumi bersama bahwa ada empat perkara yang bisa menggantikan posisi fa’il, yaitu: maf’ul bih, dharaf, jar majrur dan mashdar.
Namun dalam kitab Kawakib Ad-Durriyyah Syech Muhammad Bin Ahmad Al-Ahdal menambahkan satu lagi perkara yang bisa menggantikan fa’il serta menambahkan kriteria tersendiri untuk setiap perkara yang berfungsi sebagai naib fa’il.
1. Maf’ul bih
Maf’ul bih merupakan kalimat utama yang berposisi sebagai pengganti fa’il, sehingga semua ketentuan yang dasarnya berlaku pada fa’il, semua juga berlaku pada maf’ul bih yang menggantikan posisinya, seperti i’rabnya berubah jadi marfu’, menjadi ‘umdah (bagian penting) dalam kalam, dan fi’il nya juga berlaku sebagaimana pada masalah fa’il yaitu ditambah tanda ta’nis jika naib fa’ilnya muannas dan tidak ditambah tanda tasniah dan jama’ ketika naib fa’ilnya tasniah atau pun jama’, dan ini rasanya sudah familiar dan banyak kita pelajari.
Contoh yang melengkapi syarat : ضرب عمرو
2. Dharaf
Semua dharaf bisa menjadi naib fa’il baik dharaf zaman (keterangan waktu) maupun dharaf makan (keterangan tempat), tetapi harus memenuhi dua kriteria, pertama: harus mutasarrif (berubah) maksudnya tidak hanya dipakai dalam bentuk dharaf seperti kata : إذا، عند، هنا، ثم sedangkan dharaf yang tidak mutasharrif tidak bisa dijadikan naib fa’il, kedua: harus mukhtash (terkhusus) maksudnya memiliki makna yang terperinci seperti kata : يوم، ليلة، يمين maka dharaf yang tidak memiliki makna yang terperinci tidak bisa dijadikan naib fa’il seperti : وقت، حين، ناحية، جانب
Contoh yang melengkapi syarat : جلس أمامك
3. Jar dan Majrur
Jar majrur juga harus melengkapi dua syarat agar bisa dijadikan sebagai naib fa’il, yaitu : tidak berfaidah ta’lil dan tidak hanya digunakan pada kalimat tertentu seperti مذ yang digunakan hanya pada waktu dan رب yang digunakan hanya pada isim nakirah.
Contoh yang melengkapi syarat : سقط في أيديهم
4. Mashdar
Yang dimaksud dengan mashdar ialah maf’ul muthlaq, karena itulah nama lain dari mashdar, dan untuk menjadi naib fa’il mashdar harus melengkapi dua syarat, yaitu: harus mutasharrif (berubah) maksudnya tidak selalu dipakai sebgai maf’ul muthlaq, maka kalimat mashdar seperti معاذ الله، dan سبحان الله tidak bisa dijadikan naib fa’il karena selalu dipakai dalam keadaan mansub sebagai maf’ul muthlaq.
Syarat kedua :harus memiliki faidah yang melebihi faidah dasar ‘amilnya baik dengan menentukan jumlah, seperti : ضرب ضربتان menentukan model kejadian seperti : ضرب ضرب الأمير dan lain sebagainya.
Contoh yang melengkapi syarat : فإذا نفخ في الصور نفخة واحدة
5. Jumlah
Ini merupakan salah satu tambahan penting dari syech muhammad bin ahmad al-ahdal, yaitu menurut pendap[at kuat jumlah bisa menggantikan fa’il meski ia tidak bisa menjadi fa’il berdasarkan pendapat sahih, tetapi hanya terbatas pada jumlah yang berasal dari bab قول atau maqul qaul, dan tidak bisa dari kalimat lain yang serupa dengan nya seperti وحي dan إلهام meskipun keduanya memiliki maf’ul yang hampir sama dengan قال yaitu maqul qaul tetapi jumlah yang berasal dari keduanya tidak bisa menjadi naib fa’il.
Contoh yang melengkapi syarat : وقيل للذين اتقو ماذا أنزل ربكم
Ini semua dikutip dari Kitab Kawakib al-Durriyyah Hal 75-76 Cet : Haramain redaksinya :
(وَاحِدٌ مِنْ أَرْبَعَةٍ) أمور بل خمسة الأربعة المذكورة والخامس الجملة لأن الأصح أنها تنوب عن الفاعل وإن كانت لا تقع فاعلا على الصحيح إلا أن نيابة الجملة مختصة بباب القول دون ما رادفه كالوحى والإلهام وذلك نحو وقيل للذين اتقوا ماذا أنزل ربكم فجملة ماذا في محل رفع نائب الفاعل ونحو قيل يا نوح اهبط الآية فجملة يا نوح اهبط إلى آخره في محل رفع نائب الفاعل لأنه مقول القول ولعل المصنف لم ينبه عليه لأنه في معنى المفعول فدخل تحت قوله المفعول به
(الظرف) زمانيا كان أو مكانيا بشرط أن يكون كل منهما متصرفا أي يستعمل ظرفا تارة وغير ظرف أخرى فخرج نحو إذا وعند وهنا وثم وكل ملازم النصب على الظرفية فلا يجوز نيابته وأن يكون مختصا أى دالا على معين فخرج المبهم نحو وقت وحين وناحية وجانب فلا يجوز نيابته
(الجارُ وَالْمَجْرُوْرُ) بشرط أن لا يكون الحرف الجار للتعليل وأن لا يلزم وجها واحدا في الاستعمال كمد فإنها تختص بالزمان ورب فإنها تختص بالنكرة فمجرورهما - لا يصلح للنيابة عن الفاعل
(الْمَصْدَرُ) أي المفعول المطلق فإنه يسمى بذلك وشرط جواز نيابته أن يكون متصرفا أي غیر ملازم للنصب على المصدرية فلا يجوز نيابة نحو معاذ الله وسبحان الله مختصاً أي مفيدا زيادة عامله إما بتحديد كضرب ضربتان أو بإضافة كضرب ضرب الأمير أو بأل كسير السير أو بوصف ظاهر
0 Komentar