Memahami Hakikat Kebahagiaan dalam Pandangan Islam

Kebahagiaan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia yang mencerminkan kesejahteraan dan kepuasan. Namun, definisi kebahagiaan yang hakiki dapat bervariasi di antara individu. Dalam konteks ini, kita akan menjelajahi makna kebahagiaan yang sesuai dengan hakiki bagi manusia, mencakup dimensi psikologis,sosial, dan spiritual.

Kebahagiaan yang hakiki tidak hanya terbatas pada kepuasan materi, tetapi juga melibatkan keseimbangan emosional, hubungan yang bermakna, dan pemenuhan tujuan hidup. Dalam perjalanan pencarian kebahagiaan, manusia sering menemukan bahwa arti sejati terletak pada pengembangan diri, pemberian kepada orang lain, dan konektivitas dengan lingkungan sekitar.

Pentingnya melihat kebahagiaan sebagai suatu perjalanan dari pada tujuan akhir memungkinkan manusia untuk tumbuh dan berkembang secara holistik. Oleh karena itu, pemahaman terhadap kebahagiaan yang hakiki melibatkan kesadaran akan nilai-nilai internal, kedamaian batin, dan rasa syukur atas momen-momen kecil dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, penelusuran makna kebahagiaan menjadi suatu eksplorasi yang mendalam dan penuh makna bagi kehidupan manusia.

Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa kebahagiaan sejati adalah mengenal Tuhan, beliau menjelaskan bahwa kebahagiaan segala sesuatu adalah sesuai dengan tabiatnya, oleh karena itu mata manusia akan cenderung bahagia bila melihat benda yang bagus dan indah dan telinga akan senang mendengar suara yang sopan dan begitu pula segala anggota badan manusia akan bahagia dengan sifat yang aslinya, dan hati akan sangat bahagia bila ia mengenal Allah SWT karena memang hati diciptakan untuk mengenal Allah SWT. Setiap hal yang baru diketahui oleh manusia cenderung mereka akan merasa sangat bahagia seperti mengenal permainan catur misalnya, apabila mereka mengenalnya maka akan terus bermain karena bahagia. Begitu pula mengenal Allah SWT bila seseorang sudah mengenal Allah maka mereka akan terus bahagia. karena apabila pengenalan mereka lebih dekat maka kebahagiaan akan bertambah, seperti halnya seseorang mengenal menteri dan raja maka rasa bahagia mengenal  raja lebih besar daripada mengenal menteri.

Dan tidaklah segala sesuatu lebih mulia daripada Allah SWT karena segala sesuatu atas ciptaannya. Maka tidak ada pengenalan yang lebih agung selain mengenalnya, tidak ada penglihatan yang lebih bahagia selain memandangnya. Adapun syahwat dunia itu tergantung dengan nafsu dan nafsu ini akan tiada bila datang kematian, sedangkan kelezatan dan kebahagiaan mengenal Allah itu dari hati dan hati tidak akan binasa dengan datang kematian bahkan kebahagiaan yang timbul dari hati lebih besar dan bercahaya karena mengeluarkan ia dari kegelapan kepada cahaya.

Referensi: al-Ghazali, Kimiyaus Sa’adah,  (Beirut: DKI, 1988), h.  139-140.

فصل ما هي أعظم اللذات؟

إن اللذة والسعادة لابن آدم معرفة الله. اعلم أن سعادة كل شيء ولذته وراحته تكون بمقتضى طبعه، وطبع كل شيء ما خلق له؛ فلذة العين في الصور الحسنة، ولذة الأذن في الأصوات الطيبة، وكذلك سائر الجوارح بهذه الصفة. ولذة القلب خاصة بمعرفة الجوارح بهذه الصفة. ولذة القلب خاصة بمعرفة الله  لأنه مخلوق لها. وكل ما لم يعرفه ابن آدم إذا عرفه فرح به، مثل لعبة الشطرنج، إذا عرفها فرح بها، ولو نهى عنها لم يتركها ولا يبقى له عنها صبر. وكذلك إذا وقع في معرفة الله وفرح بها، ولم يصبر عن المشاهدة؛ لأن لذة القلب المعرفة.

وكلما كانت المعرفة أكبر كانت اللذة أكبر. ولذلك فإن الإنسان إذا عرف الوزير فرح، ولو عرف الملك لكان أعظم فرحًا.

وليس موجودا أشرف من الله ﷾؛ لأن شرف كل موجود به ومنه، وكل عجائب العالم آثار صنعته؛ فلا معرفة أعز من معرفته، ولا لذة أعظم من لذة معرفته، وليس منظر أحسن من منظر حضرته. وكل لذات شهوات الدنيا متعلقة بالنفس، وهي تبطل بالموت. ولذة معرفة الربوبية متعلقة بالقلب، فلا تبطل بالموت؛ لأن القلب لا يهلك بالموت، بل تكون لذته أكثر، وضوؤه أكبر؛ لأنه خرج من الظلمة إلى الضوء.

أبو حامد الغزالي (ت ٥٠٥)


Post a Comment

0 Comments