Kunci Ketaqwaan

 


Menjadi hamba bertaqwa adalah dambaan bagi seluruh umat muslim. Karena Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang bertaqwa berupa kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.


Sikap taqwa dapat menjadikan seseorang lebih tulus dan ikhlas dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Taqwa juga mencakup kesadaran akan tanggung jawab sosial, menjaga hak-hak sesama manusia, dan berkontribusi positif dalam bermasyarakat.


Tentunya bukan hal yang mudah untuk mecapai derajat ketaqwaan yang sesungguhnya, oleh karena itu, untuk menggapai kebahagiaan dan kemenangan, dibutuhkan usaha yang kompeten untuk mewujudkannya.


Dalam hal ini, penulis akan memberikan tips yang paling ampuh untuk menjadi hamba yang yang benar-benar bertaqwa. Semoga tulisan ini dapat membantu kita semua dalam meraih derajat taqwa dan mendapat ridha dari Allah swt.  Aamiin.


Sebelum masuk terlalu dalam, kita harus terlebih dulu mengerahui hakikat dari taqwa. Karena, kita tidak akan bisa memahami ciri-ciri hamba yang taqwa, tanpa memahami apa esensi taqwa itu sendiri.  Di dalam kitabnya, para Ulama mendefinisikan taqwa sebagai: 

إمتثال الأوامر واجتناب النواهي

“Menjalankan segala perintah Allah swt. dan menjauhi segala larangannya.”


Dari definisi taqwa di atas, dapat dipahami bahwa hamba yang bertaqwa adalah mereka yang menjalankan segala perintah Allah swt. dan menjauhi semua larangan-Nya. Maka, tidak dikategorikan seseorang bertaqwa jika hamba tersebut tidak memenuhi apa yang diperintahkan oleh Allah swt. dan tidak mengindahkan segala larangan-Nya.


Untuk menjalankan perintah Allah, tentu tidak boleh dilakukan dengan sembarangan harus ada pengetahuan (Ilmu) demi diterimanya perintah tersebut. Karena, segala perkara yang diperintahkan, memiliki tata cara tersendiri untuk melaksanakannya. Jika kita tidak memahami tata cara dalam pelaksanaannya, lantas bagaimana seluruh perintah tersebut dapat terlaksana sebagaimana mestinya.

Seperti contoh shalat, seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang tata cara shalat, baik itu rukun, syarat atau hal yang membatalkan shalat, maka tentu shalat itu tidak akan sah dan konsekuensinya adalah kita semakin jauh dari tingkatan ketaqwaan yang didamba-dambakan. Begitu juga dengan amal ibadah lainnya, seperti puasa, zakat, umrah dan haji.


Lalu apa akibatnya seorang hamba jika melakukan ibadah tanpa didasari dengan ilmu ? 

Syaikh Ibnu Ruslan mengatakan di dalam kitabnya matnu Al-Zubad, amalan tersebut ditolak dan tidak diterima oleh Allah swt. Berikut redaksinya:

كل من بغير علم يعمل   *    أعماله مردودة لاتقبل

“Siapa saja yang melakukan amalan ibadah tanpa didasari dengan ilmu agama, maka ibadahnya ditolak dan tidak diterima oleh Allah swt.”


Oleh karena itu, sangat disayangkan bagi seorang hamba yang sangat rutin beribadah, siang dan malam tak pernah berhenti, namun tidak dibekali dengan ilmu agama. Semua amalannya sia-sia, dianggap tidak sah, dan ditolak oleh Allah swt. 


Hal ini dapat kita analogikan seperti  seorang raja memerintahkan prajuritnya untuk melakukan sesuatu. Jika prajurit tersebut tidak dibekali pengetahuan tata caranya, tentu sesuatu tersebut tidak akan pernah terselesaikan sesuai dengan perintah raja. Dapat dipahami, bahwa seseorang yang dianggap telah menjalankan perintah Allah, bila perintah yang dilaksanakan sesuai dengan aturan dan ketentuannya, maka hanya soal waktu rasa taqwa tersebut akan tumbuh dan mengakar kuat. Tentunya sebagai jembatan itu semua adalah ilmu agama.


Dari uraian di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa kunci yang paling utama untuk menjadi hamba yang bertaqwa adalah memiliki ilmu agama. Taqwa adalah menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya tidak akan terlaksana tanpa ilmu agama. Maka taqwa juga tidak akan terealisasi tanpa ilmu pengetahuan agama.




Ref: Matn al-Zubad

Posting Komentar

0 Komentar