Ibnu Athaillah al- Sakandari sosok ulama sufi pengarang matan kitab Hikam menyebutkan dalam narasinya perihal kekuasaan Allah yang sangat mudah dan tiada mustahil menjemput hambanya kembali dari jurang kemaksiatan dan diberi hidayah sehingga menjadi manusia pilihan. Disampaikan bahwa seseorang yang menganggap jauh dan tidak mungkin Allah taala melepaskan dan mengeluarkan dirinya dari kejahatan syahwat dan kelalaian maka seseorang tersebut telah menganggap lemahnya kekuasaan ilahiah padahal Allah taala penuh kuasa dalam melepaskan seseorang dari perbudakan syahwat dan kelalaian. Sebagai bukti banyak riwayat dikalangan para Shalihin yang pada awal mulanya sebelum bertaubat mereka berada dalam kesalahan dan kemaksiatan namun menjelang akhir kehidupan mereka mendapatkan kasih sayang dan kemenangan daripada Allah dengan diberikan kemuliaan, sehingga Allah memperbaiki amal mereka, membersihkan keadaan mereka, menggantikan keadaan mereka dari keburukan menjadi kebaikan dan mengangkat derajat mereka dari derajat paling bawah dan hina menjadi derajat tertinggi dan mulia hanya dalam waktu yang relatif sangat singkat, sungguh seperti suatu keajaiban yang terjadi.
Diantaranya ada Fudhail bin Iyad yang awal mulanya terkenal sebagai jagoan preman kelas kakap, seorang perampok yang aksinya menghadang orang orang yang lewat dijalanan, ketika orang- orang mendengar namanya tubuh mereka bergetar karena saking ketakutan, namun tiada yang menyangka Fudhail bin Iyad bisa berubah drastis ketika tak sengaja mendengar lantunan al-quran dari seseorang yang membacanya, ayat tersebut adalah:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, tunduk hati mereka untuk mengingat Allah" ( baca al- Hadid: 16)
Setelah mendengarnya ia terkesima dan terpana. Ayat-ayat al-Qur'an itu menghentak kesadaran dirinya, ia menjadi tak berdaya, matanya mengembang air mata dan hatinya bergetar, sejak saat itu dia bertaubat, ia tekun mempelajari agama di Mekah dan pada akhirnya menjadi seorang sufi master.
Kisah lain datang dari Bishar bin hafi yang ketika mudanya merupakan seorang pemuda berandal dan pemabuk berat, kerjaannya berfoya- foya dan mabuk-mabukan, yang akhirnya menjadi waliyullah yang berjiwa sosial tinggi hanya karena memuliakan kata-kata " بسم الله الرحمن الرحيم " yang ia dapati kemudian kertas bertuliskan basmalah tersebut dipercikkan wangian minyak mawar dan ia menyimpannya ditempat yang mulia dirumahnya, dengan sebab itulah ia mendapatkankan hidayah melalui mimpi seseorang yang suci.
Dikatakan dalam mimpi seseorang tersebut Allah memerintahkannya untuk menyampaikan kepada Bisyar bahwa Allah telah memuliakan, mensucikan dan mengharumkan Bisyar didunia dan di akhirat disebabkan ia telah memuliakan, mensucikan dan mengharumkan namaku. pada suatu keasempatan ia pun menyampaikan pesan dari Allah tersebut kepada bisyar yang sedang berpesta minum minuman anggur disuatu tempat Kemudian Bisyar berkata kepada teman-temannya setelah mendengarkan pesan dari seorang tersebut "Sahabat-sahabat, aku dipanggil, oleh karena itu aku harus meninggalkan tempat ini. Selamat tinggal! Kalian tidak akan pernah melihat diriku lagi dalam keadaan yang seperti ini" sejak saat itu tingkah laku Bisyar berubah sedemikian salehnya. Sedemikian asyiknya ia menghadap Allah sehingga mulai saat itu ia tak pernah lagi memakai alas kaki. Inilah sebabnya mengapa Bisyar dijuluki al-Hafi.
kisah lain yang lebih menakjubkan yang mungkin sulit dipercaya oleh akal sehat, yaitu bahwa pernah diceritakan dari Wahab bin Munabbih tentang seorang lelaki yang telah membunuh seseorang pada masanya, kemudian ia sadar serta ingin bertaubat dan ia menemui seorang pemuka agama ketika itu seraya mengadu kepadanya, lantas pemuka agama tersebut mengambil sebuah tandan pohon yang sudah putih dan meletakkan dihadapan lelaki tersebut seraya berkata " jika tandan yang sudah putih dan tua ini bisa berubah menjadi hijau dan kembali sebagaimana pada awalnya maka Allah taala menerima taubat engkau, dengan ucapannya tersebut ia berencana menjadikan lelaki tersebut putus asa dari bertaubat karena besarnya dosa yang telah diperbuatnya kemudian lelaki tersebut mengambil tandan tersebut dengan penuh harapan dan tekad supaya diterimakan taubatnya, iapun bertaubat dan menjadi manusia yang beribadah kepada Allah pada zamannya itu sehingga tiba-tiba tandan yang sudah putih dan tua itupan berubah menjadi hijau dengan sebab izin dan kekuasaan Allah, ini menandakan Allah benar benar telah menerima taubat lelaki pembunuh tersebut.
Beberapa kisah diatas hanyalah segelintir dari pada banyaknya kisah yang tidak disebutkan, dibalik itu masih banyak lagi riwayat lainnya yang menceritakan betapa besarnya keampunan Allah kepada hambanya yang ingin bertaubat dengan sungguh sungguh, tidak ada yang tak mungkin jika memang Allah ingin memuliakan dan mengangkat derajat hambanya maka seribu carapun terbuka dan tidak ada yang menegahnya, maka dari itu tetaplah kita selalu semangat dan bertekad menjadi manusia yang terbaik walaupun ratusan kali kita telah terjatuh dalam jurang kemaksiatan dan bergelimang dosa, hati kita sudah sangat rapuh, hancur dan hilang arah, tetap bangunlah kembali untuk berdoa dan berjuang karena Ibnu Athaillah menyampaikan "jika Allah menggerakkan lisan kita untuk berdoa maka Ia berkehendak untuk memberi" walaupun diiringi dengan rasa malu dan melelahkan, buanglah rasa tidak pantas bahwa Allah akan merima kita kembali dan singkirkanlah persepsi "buat apa kita bertaubat dosa kita sangat besar pasti Allah tidak mengampuninya dan nantipun kita bermaksiat lagi" karena pikiran tersebut akan membuka ruang iblis dan rasa putus asa dari rahmat Allah sehingga akan terus menghalangi kita untuk bertaubat , padahal bermaksiat lagi kedepannya adalah suatu hal yang tidak pasti sementara Allah menerima taubat nasuha seorang hamba adalah perkara yang pasti. Maka yakinkanlah bahwa Allah merindukan kita kembali kepadanya untuk menjemput ampunannya yang maha luas.
Referensi:
Matan dan Syarah al-Hikam jld 2, hal, 33-34 cet: al- Haramain.
(من استغرب أن ينقذه الله من شهوته وأن يخرجه من وجود غفلته فقد استعجز القدرة الإلهية وكان الله على كل شيء مقتدرا) من استرقته الشهوة واستولت عليه الغفلة فلا ينبغي له أن يستغرب أن ينقذه الله من أسر شهوته وأن يخرجه من وجود غفلته لما يشاهد من استحكام ذلك فيه فإن في ذلك نسبة العجز الله القدرة الإلهية
هذا المعنى بالحكايات التي تروى عن الصالحين الذين تقدمت لهم في بدايتهم الزلات ووقعت منهم قبل توبتهم الهفوات فتداركهم . الله تعالى بلطفه واستنقذهم بجوده و عطفه فاصلح أعمالهم وصفى أحوالهم وأبدل سياتهم حسنات ورفعهم من أسفل سافلين إلى أعلى الدرجات كل ذلك في أقرب زمان وأقصر مدة وأوان والحكايات في هذا المعنى عن الشيوخ مثل سيدى الفضيل بن عياض.
ومن أغرب ما رأيته في هذا المعنى ما رواه عبد الصمد بن مغفل عن عمه وهب بن منبه رضى الله عنهما أن رجلا قتل نفسا فجاء إلى سائح من سا ئحى بني إسرائيل فسأله عن ذلك قال فرفع له السائح من الأرض عرجونا أبيض قديما حائلا ثم قال له إذا اخضر هذا العرجون قبلت توبتك وأراد السائح بذلك أن يؤيسه من التوبة لعظم دنيه فأخذ الرجل العرجون وهم يطمع في في التوبة ويعزم فتاب وجعل يعبد الله تعالى زمانا ويدعو حتى اخضر ذلك العرجون بإذن الله تعالى و قدرته.
0 Komentar