Langkah Awal dalam Bertaubat


Dalam menjalankan roda kehidupan di dunia, kita selaku manusia tidak boleh semena-mena bertindak sesuai dengan keinginan. Tentu saja memiliki aturan yang telah di tetapkan Allah swt. Secara umum aturan yang telah Allah tetapkan diantaranya ada yang berupa perintah, baik itu perintah wajib dan perintah sunah seperti shalat lima waktu, puasa, zakat, shalat sunnah, puasa sunah dan lain sebagainya. Ada juga aturan yang berupa larangan, seperti mabuk, berjudi, berzina dan lain sebagainya.

Terhadap aturan yang berupa perintah, di wajibkan bagi seorang hamba untuk merealisasikan dan menjalankan perintah Allah swt.

Adapun aturan yang berupa larangan, diwajibkan bagi seorang hamba untuk merealisasikannya dengan cara meninggalkan apa saja yang telah dilarang oleh Allah.

Selaku manusia, tentu saja tidak luput dari kata sempurna. Diluar sana terdapat diantara mereka yang tidak sanggup menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah secara kaffah (sempurna). Ada Pula kelompok yang beriman kepada Allah, namun sama sekali tidak pernah menjalankan perintah-Nya. Bahkan ada diantara mereka yang bermaksiat, berzina, mencuri dan hal-hal lain yang mengundang murka Allah, sedangkan mereka tau bahwa perbuatan tersebut dilarang-Nya. 

Kondisi demikian adalah kesalahan besar yang mereka lakukan yang dapat menimbulkan marah Allah. Sehingga mereka akan mendapatkan hukuman dari Allah swt. apabila tidak mendapat ampunan dari-Nya. 

Nah, apa kaitannya dengan ampunan Allah? Kenapa seorang hamba yang tidak mendapatkan ampunan akan dihukum oleh Allah swt? Apa saja yang harus dilakukan oleh pendosa yang ingin mendapatkan ampunan Allah swt?


Sangat jelas bahwa langkah awal yang harus dilakukan oleh pendosa agar mendapatkan ampunan Allah adalah bertaubat, Yakni menyesal terhadap dosa yang telah dikerjakan dan bertekad untuk tidak mengulanginya. 


Untuk melanggengkan taubat kita kepada Allah swt, kita perlu menempuh beberapa langkah sebagaimana yang diajarkan oleh Imam al-Ghazali, diantaranya:

  1. Mengingat akan hinanya dosa yang dikerjakan. 
  2. Mengingat terhadap beratnya hukuman Allah Yang Maha Esa dan rasa sakit murka serta marah-Nya yang tidak mampu kita tanggung. 
  3. Mengingat terhadap kelemahan dan ketidakberdayaan kita terhadap beratnya hukuman Allah. 


Logikanya sederhana, yakni bila seseorang tidak sanggup menanggung teriknya matahari, tidak sanggup menanggung pukulan tentara dan tidak sanggup menanggung gigitan semut, sungguh ia tidak mampu menanggung pedihnya siksa neraka. 



Reff: Siraj al-Thalibin, cet: Haramain, hal 151.


Posting Komentar

0 Komentar