MUQADDIMAH
Penulis Wazifah Abuya |
Abuya Muda Wali |
Lahirnya wazifah Abuya yang sangat mulia ini kedalam sebuah bentuk yang berasal dari permintaan adinda Prof. DR. H. Muhibbuddin Waly (anak abuya sendiri), Alhamdulillah saya terima permintaannya dengan menulis wazifah-wazifah Abuya yang dimaksud, sepanjang yang saya ketahui dan yang saya lihat selama saya mendampingi Abuya di Darussalam Labuhan Haji
Saya menyadari bahwa wazifah Abuya yang saya uraikan ini hanyalah sebagiannya saja, sedangkan wazifah lathifah yang lengkap dan sempurna yang ada pada diri pribadi Abuya yang mulia tidak mungkin dapat diliputi keseluruhannya oleh sebuah pena yang pendek lagi kecil dan tintanya yang sedikit serta waktunya yang terbatas pula.
Semoga dengan adanya tulisan tentang wazifah Abuya ini dapat kiranya dimanfaatkan oleh murid murid Abuya pada umumnya dan oleh anak cucu Abuya pada khususnya, apalagi anak cucu yang tidak pernah bermuwajjahah (bertatap muka) denagn Abuya.
Jika uraian ini sejalan dengan apa yang dimaksud, maka saya ucapkan Alhamdulillah dan jika tidak, saya ucapkan Asta`firullah.
Akhirnya saya menghimbau marilah kita semua mengikuti jejak langkah sesuai dengan kemampuan yang ada pada kita masing – masing Insya Allah.
Medan, 25 November 1997
Wassalam bil ma`arif
H.Syihabuddin Syah (TGK.Keumala)
WAZHIFAH ABUYA
HARI AHAD
Setelah fajar terbit, Abuya sudah berada di dalam Mushallanya yang terletak dalam Baitul Taklif untuk mempersiapkan diri menghadapi Shalat Shubuh. Setelah masuk waktu beliau melaksanakan Shalat berjama`ah dengan murid–murid laki-laki dan perempuan yang memang sudah menunggu sebelumnya .
Seusai Shalat Shubuh dan Wirid yang biasanya dilakukan dan do`anya, jama`ah yang mengikuti Abuya meninggalkan mushalla menuju kepada kegiatannya masing-masing. Sedangkan Abuya masih tetap duduk di mushallanya menghadap kiblat.
Wirid Abuya
Disinilah Abuya mulai berwirid khusus yang mengandung do`a dan munajat, tasbih, dan taqdis, tahmid, tahlil dan takbir. Selain itu dirangkai pula dengan bermacam–macam bentuk bacaan Shalawat kepada baginda Rasulullah SAW. Dalam wirid ini juga, Abuya merangkaikan pula dengan berbagai Hizbul Auliya antara lain Hizbun nashar, Hizbul bahar (Asy Syazili) Hizbun Nawawy, Hizbul al-ustad Al Bayyuni, Al Jaljalud dan Hizbun lainnya.
Abuya mengucap zikir, doa, dan munujat ini dengan suara sirriyah dan jahriyah yang memilukan hati bagi barang mukmin yang mendengarkanya. Abuya mengucapkan semua zikir ini diikuti oleh seluruh anggota tubuhnya ikut bergerak seirama dengan suaranya dan sesuai dengan makna dan maksud munajat yang diucapkan, yang menyangkut dengan kasih sayang serta rahmat Allah dan yang menyangkut dengan amarah serta siksa Allah kepada orang kafir dan maksiat kepadaNYa. Menurut kebiasaan yang kami perhatikan, setiap harinya Abuya mengakhiri wiridnya dengan doa pada jam 10.00 siang .
BUSTANUL MUHAQQIQIN
Setelah selesai berwirid Abuya mempersiapkan diri dengan sarapan pagi dan mengenakan pakaian sebagai guru besar untuk menuju ruangan Bustan (ruangan Abuya mengajar) yang diiringi oleh beberapa orang khadam. Sesampai Abuya di pintu ruangan, semua murid yang telah menungggu di ruangan berdiri pada tempatnya masing–masing sehingga Abuya duduk diatas kursinya. lalu satu demi satu murid menjabat tangan Abuya dan kembali ketempatnya. Perlu diketahui bahwa kitab– kitab pelajaran yang akan diajarkan sudah tersedia diatas meja Abuya, yang terdiri dari:
- Kitab Tuhfatul Muhtaj (Al Fiqh)
- Kitab Jam`ul jawami`( ushul Fiqh)
- Kitab Syuruh Talkhis(Al Ma`ani)
- Kitab Asy Syamsiyah (Mantiq)
- Kitab Hikam Ibn `Athaillah (At Tauhid Wat Tashawuf)
Ruangan Bustan berukuran ± 8×9 m, di dalamnya paling depan terletak sebuah meja besar 1,5x1 m dan kursi pusing khusus untuk Abuya, dan didepan meja Abuya terletak beberapa meja kecil dan kursi yang tersedia untuk murid- murid.
Abuya mulai mengajar
Abuya mengajar dengan 2 metode;
- Abuya membaca dan menjelaskan seperlunya, kemudian Abuya meminta kepada murid–muridnya untuk mempersoalkan (i`tiradh) atas masalah yang sedang dibicarakan.
- Murid yang membacakan serta menjelaskan, kemudian diminta kepada murid–murid yang lain untuk mengi`tiradhkannya atas masalah yang sedang dibacakannya itu termasuk Abuya sendiri.
Akhir i`tiradh semua masalah tersebut, Abuya sendiri yang mengatakan cukup. Cara Abuya mengajar demikian, khusus pada kitab Tuhfatul Muhtaj, sedangkan kitab- kitab yang lain Abuya baca sendiri dan memberi penjelasan yang cukup.
Demikianlah majlis ta`lim yang dipimpin Abuya mulai jam 10.00 -1.00 siang. Bustan ditutup Abuya diantarkan kembali ke Baitul Ta`lif untuk melaksanakan Shalat Dhuhur berjama`ah.
Abuya Istirahat
Abon Abdul Aziz Shaleh |
Menjelang waktu Shalat Ashar Abuya bangun dari istirahatnya mengasuh diri untuk melaksanakan Shalat Ashar di Baitul Ta`lif. Usai Shalat Ashar serta wirid dan doanya, Abuya keluar ke Raudhah Riyahin, sebuah kebun bunga yang terletak tidak jauh dari Baitut Ta`lif, sebelah selatan dari menara dan menara ini berdiri di sebelah selatan Abu Syik Salim (Ayah Abuya sendiri).
Raudhah yang dimaksud 3x4 m persegi yang ditanami sekelilingnya bunga–bunga laping, para tamu yang ingin bertemu dengan Abuya dapat langsung menemui beliau di Raudhah ini (waktu bertamu siang hari). Beberapa saat kemudian Abuya bangun untuk meninjau Darun yang ditentukan seraya diringi oleh beberapa orang khadam, panglima dan tamu-tamu. Dalam peninjauan ini Abuya memberikan petunjuk kepada penghuni Darun yang beliau tinjau tentang ketertiban, kebersihan, keamanan dan perbaikan lainnya. Akhirnya Abuya dan pengikutnya kembali ke Raudhah. seterusnya di Raudhah ini Abuya mengajar kitab-kitab kecil kepada murid-murid kelas satu atau kelas dua untuk mendapatkan barakah melalui Abuya, sambil menantikan waktu Shalat Maghrib beliau berdialog dengan para tamu tentang masalah– masalah agama.
SHALAT MAGHRIB (MALAM SENIN)
Seusai shalat maghrib berjamah beserta doanya, jamaah kembali ke tempatnya masing masing dan Abuya meneruskan wiridnya sebagaimana biasanya sampai waktu shalat isya, dan seterusnya selesai Shalat isya Abuya duduk di Baitut Ta`lif yang biasanya sudah ada jamaah tamu yang dekat maupun yang jauh untuk menanyakan masalah–masalah agama, terutama sekali mengenai amal Thariqah, yang demikian itu berakhir sampai jam 12.00 WIB malam. Selanjutnya meninggalkan Baitut Ta`lif menuju ke rumah ummi yang telah ditentukan bahagiannya. Demikianlah Wazifah Abuya sampai kepada waktu Shalat Shubuh hari senin (Wazifah Abuya 1x24 jam ).
HARI SENIN
Wazifah Abuya dimulai dengan Shalat Shubuh berjamaah kemudian berwirid sampai jam 09,00. Selanjutnya beliau mengasuh, kemudian Abuya bersiap-siap untuk menuju ruangan Bustanul Muhaqqiqin. Abuya mengajar sebagaimana biasa sampai dengan jam 01.00 siang. Kemudian beliau kembali ke Baitut Ta`lif untuk melaksanakan Shalat Dhuhur berjamaah. Pada saat inilah Abuya mengasuh dan istirahat sampai masuk waktu Shalat Ashar. Setelah selesai upacara Shalat Ashar beliau meninjau Darun sebagaimana biasa bila dianggap perlu dan berakhir di Raudhah. Disinilah Abuya istirahat dengan menjawab pertanyaan yang diajukan kepada beliau, dibarengi soal jawab tentang agama dan mengajar anak–anak yang sebelumnya telah menunggu Abuya. Keadaan demikian berlalu sampai menjelang shalat Maghrib.
SHALAT MAGHRIB (MALAM SELASA )
Selesai Shalat maghrib dan wirid- wiridnya, Abuya istirahat beberapa saat selanjutnya beliau memberi ijazah Thariqah Naqsyabandi kepada murid laki-laki baik yang tinggal di Darus Salam maupun yang datang dari luar Darus Salam, hal ini berjalan sampai waktu Shalat isya. Seusai Shalat isya Abuya langsung memberikan ceramah yang menyangkut soal Thariqah dan tawajjuh serta dikaitkan dengan amalan suluk. Ada juga yang memberikan cermah dari khalifah–khalifah yang telah abuya tentukan termasuk penulis sendiri (Abu Keumala). Selama acara ini juga diadakan soal jawab yang menyangkut dengan soal Thariqah dan lain lain, yang demikian berlalu sekurang kurangnya sampai jam 12.00 malam, dan selanjutnya Abuya meninggalkan majlis menuju kerumah ummi yang telah ditetapkan untuk beristirahat sampai menjelang waktu Shalat Shubuh.
SHALAT SHUBUH (HARI SELASA )
Wafizah Abuya pada pagi hari selasa sampai menjelang waktu maghrib berjalan sebagaimana wazifah pada hari senin meskipun disana sini terdapat perbedaan yang tidak diperhitungkan .
SHALAT MAGHRIB (MALAM RABU)
Wazifah Abuya pada malam rabu juga tidak berbeda dengan wazifah dengan wazifah Abuya pada malam selasa kecuali pada pemberian ijazah Thariqah kepada murid-murid perempuan, baik yang tinggal di Darussalam maupun yang diluar. Selesai acara tersebut Abuya meninggalkan ruangan menuju kerumah ummi yang telah ditentukan untuk beristirahat.
SHALAT SHUBUH (HARI RABU )
Wafizah Abuya pada pagi hari rabu sejak pagi hari sampai menjelang shubuh hari kamis bersamaan dengan wazifah hari selasa kecuali pemberian ijazah yang dikhususkan pada malam selasa dan malam rabu.
SHALAT SHUBUH (HARIKAMIS)
Wazifah Abuya pada hari kamis sejak selesai shalat shubuh sampai selesai mengajar di Bustanul Muhaqqiqin dan Shalat Shubuh berjamaah sama gengan wazifah Abuya sebelumnya. Selesai Shalat Dhuhur Beliau istirahat dan bersiap-siap meninggalkan Darus Salam untuk menuju Kampung pauh, Labuhan Haji, tempat letaknya rumah kediaman Ummi Pauh (Ibunda Tgk. Amran Waly). Keberangkatan Abuya ini dari Darussalam menuju Kampung Pauh diantarkan oleh beberapa orang pengasuh dan panglima. Kiranya perlu diketahui jarak antara Darussalam dengan Kampung Pauh ±3km. Abuya tiba di Kampung Pauh menjelang Shalat `Ashar dan beliau Shalat `Ashar berjama`ah.
SHALAT `ASHAR (HARI KAMIS)
Seusai Shalat `Ashar biasanya Abuya memberi ceramah kepada murid-muridnya yang telah hadir menunggu Abuya sebelumnya. Ceramah dan petunjuk-petunjuk ini beliau sampaikan sampai menjelang Shalat maghrib.
SHALAT MAGHRIB (MALAM JUM`AT)
Setelah Shalat maghrib dan wirid seperlunya Abuya istirahat sampai menjelang Shalat Isya. Selanjutnya seusai Shalat Isya Abuya memberikan penjelsan tentang ilmu Thariqah dan memberikan jawaban kepada murid-murid yang bertanya. Waktu soal–jawab ini berjalan penuh khidmat dan merasa kepuasan semua pihak, sehingga berakhir pada jam 11.00 atau lebih. Selanjutnya Abuya istirahat .
SHALAT SHUBUH (HARI JUM`AT)
Sebagaimana biasanya Abuya melaksanakan Shalat Shubuh dan wirid-wiridnya, berakhir sampai dengan jam 10.00 siang. Lalu Abuya mengasuh diri dan bersiap siap untuk menghadiri upacara Shalat Jum`at di Masjid Kampung Pauh. Setibanya Abuya bersama rombongan di masjid dan muezzin mulai azan pertama. Setelah azan dan jamaah melaksanakan dua rakaat Shalat sunat qabliyah.
ABUYA BERKHUTBAH
Setelah Abuya naika mimbar dan memberi salam lalu beliau duduk, kemudian azan kedua dimulai dan setelah azan kedua selesai Abuya bangun menyampaijan khutbahnya
Kaifiat khutbahnya; Mula-mula Abuya menyampaikan serangkaian nasehat dan petunjuk agama pada masalah yang dihadapi oleh masyaradat muslimin dengan bahasa Indonesia. Kemudian baru Abuya memulai membaca khutbah yang pertama dalam bahasa arab penuh, tanpa campuran dengan bahasa Indonesia. Lalu Abuya duduk antara dua khutbah dan selanjutnya beliau bangun untuk membaca khutbah yang kedua hingga selesai .
SHALAT JUM`AT
Abuya mengimami shalat jum`at sebagaimana yang ma`ruf dilakukan oleh kaum Ahlus sunnah Wal Jama`ah. Selesai Shalat jum`at, Abuya dan rombongan kembali ke rumah kediamannya di Kampung Pauh dan makan siang.
Kami rasa perlu dicatat kaifiat Abuya makan. Setelah selesai hidangan makanan dihidangkan, penulis melihat piring makanan yang disediakan dihadapan Abuya lebih besar dari pada piring makanan yang lain dan di atas makanan itu telah dibubuhi lauk pauknya. Lalu para hadirin dipersilahkan untuk memulainya.
Penulis memperhatikan dengan sungguh-sungguh kaifiyat Abuya makan. Ia memulai dengan Basmalah lalu memegang makanan yang tersedia dihadapannya, sesuap Abuya memulai makan, berceritalah ia tentang keramat para Shahabat dan rahmat tuhan kepad para aulia–auliaNya sambil beliau menyuapkan makanan ke mulutnya dengan suapan kecil. Demikianlah santapan makanan berjalan, jama`ah mendengarkan cerita Abuya sambil menyuapkan makanan seperluanya. Sedang Abuya asyik bercerita dan tidak pernah menghadap ke piring makanan yang ada dihadapannya, seakan akan kita melihat makanan yang ia makan itu bukan untuk kenyang akan tetapi sekedar hilang lapar saja.
Pada saat Abuya meliahat jama`ah sekelilingnya sudah merasa puas dengan makanan dihapannya lalu Abuya membasuh tangannya dan diikuti oleh para jama`ah sekaligus cerita Abuya di akhiri. Selanjutnya penulis memperhatikan makanan yang masih banyak tersisa dihadapan Abuya diangkat dan seterusnya panitia membagi-bagikan sebagia mengambil berkah dari makanan tersebut. Demikianlah penulis memperhatikan kaifiat makan Abuya, bukan saja pada tempat ini tetapi juga pada tempat yang lain juga demikian, bukan satu kali tetapi puluhan kali selama penulis mengikuti rombongan Abuya. Maka dapat dikatakan bahwa rohaniyah Abuya sudah cukup kenyang, oleh karena itu kenyang jasmaninya tidak diperhitungkan, sehingga dapat kita lihat Abuya tidak begitu serius menghadapi makanan. Setelah upacara makan bersama berakhir, abuya beristirahat dan para jama`ah bubar menuju ketempatnya masing – masing.
SHALAT `ASHAR (HARI JUM`AT)
Setelah Shalat `Ashar berjam`ah dilaksanakanserta wirid-wirid dan doanya, Abuya duduk istirahat bersama jam`ah seraya memberikan ceramah ringan. Dalam kempatan ini pula Abuya menerima tamu-tamunya yang berkunjung untuk menemuinya. Acara ini sampai menjelang waktu shalat maghrib.
SHALAT MAGHRIB (MALAM SABTU)
Seusai Shalat maghrib dan doanya, Abuya istirahat sampai waktu shalat isya. Selanjutnya wazifah Abuya setelah shalat Isya sampai jam istirahat hampir bersamaan dengan wazifahnya pada malam jum`at.
SHALAT SHUBUH (HARI SABTU)
Seusai Shalat Shubuh berjama`ah bersamaan dengan wirid dan doanya, jamaah meninggalkan mushalla. Abuya melanjutkan wiridnya sebagaimana biasanya sampai ± jam 10.00 siang. Disinilah Abuya istirahat dan mengasuh untuk mengisikan waktu selanjutnya, kemudian Abuya bersama pengikut menuju ke sebuah Madrasah Tarbiyah yang terletak di kedai Labuahan Haji yang jauhnya ±1/2km, untuk memberi ceramah tauhid khusus dalam bidang nafi dan istbat, yang mana sebelumnya telah berkumpul murid-murid yang dekat maupun yang jauh untuk mengikuti ceramah tersebut. Lalu Abuya memulai kuliahnya dengan membaca sebaris dua kitab yang menyangkut dengan masalah tauhid yang akan dibahaskan. Majlis ini dibebaskan soal jawab dan masing masing para hadirin juga dibenarkan mengeluarkan pendapatnya, sehingga sewaktu-waktu majlis ta`lim ini menjadi forum diskusi yang hangat. Majlis ini berlalu sampai jam 01.00 siang. Setelah majlis ini ditutup dengan doa, Abuya dan pengikutnya menuju ke Masjid Kampung pauh untuk melaksanakan Shalat Dhuhur berjamaah dan seusai Shalat Dhuhur beserta wiridnya abuya menuju kerumah kediamannya kembali untuk makan siang bersama. Selanjutnya Abuya bersiap siap untuk kembali ke Darussalam. Dan Abuya berangkat bersama pengikutnya menuju Darussalam, Abuya tiba diDarussalam menjelang ashar.
SHALAT `ASHAR (HARI SABTU)
Seuasai Shalat `ashar bersama dengan wirid-wiridnya, Abuya memasuki rumah ummi yang telah ditentukan untuk beristirahat sampai menjelang Shalat maghrib. Kemudian selanjutnya setelah shalat maghrib Abuya berwirid, biasanya sampai waktu shalat isya.
SHALAT ISYA
Setelah Shalat isya beserta wiridnya, di sinilah Abuya menerima tamu-tamunya yang datang dari yang jauh maupun yang dekat, yang telah menunggu Abuya selama dua malam sebelumnya (selama Abuya di Kampung Pauh). Acara ramah tamah ini diisikan dengan bermacam-macam persoalan agama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tamu yang hadir. Acara ini berlalau biasanya sampai jam 11.00 malam, dan Abuya beristirahat di rumah kediaman ummi yang telah ditentukan sampai menjelang waktu shubuh.
Demikianlah sebagian wazifah Abuya yang dapat saya (Tgk. Keumala) ikuti untuk waktu 7x24 jam, sedangkan wazifah yang lathifah lainnya tidak mungkin diliputi oleh sebuah pena yang amat kecil dan tintanya yang amat terbatas pula. Wazifah yang mulia sudah menjadi suatu tabiat yang melekat pada pribadi Abuya. Buktinya saya telah melihat sendiri keadaan yang demikian selama bertahun-tahun. Untuk kebenaran catatan wazifah Abuya ini, ratusan murid Darussalam dan ribuan manusia yang telah mengenal Abuya secara dekat, telah menyaksikannya sendiri secara musyahadah.
Perlu diketahui bahwa wazifah Abuya ini kadangkala terjadi pergeseran pelaksanaannya justru mengingat waktu dan tempat, situasi dan kondisi.
Atas semua kekurangan liputan saya ini, Allah menyediakan ampunanNya kepada Tgk. Keumala. InnAllaha Ghafurur Rahim
Selanjutnya Kejadian–kejadian yang dapat menunjuki kelebihan Abuya Muda Wali al-Khalidi
0 Komentar