Di antara sekian banyak kitab fiqh mukhtashar, kitab Minhaj merupakan kitab yang mukhtashar yang paling banyak di syarah oleh para ulama. Di antara syarah kitab Minhaj yang paling populer adalah kitab Tuhfatul Muhtaj karangan Syeikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami. Tuhfah menjadi kitab fiqh karangan ulama mutaakhirin yang paling populer bersama dengan Nihayatul Muhtaj karangan Imam Jamal Ramli.
Kitab tuhfah merupakan kitab fiqh aliyah yang hanya dipelajari oleh para pelajar yang telah mempelajari kitab-kitab fiqh lain yang lebih kecil. Maka majlis pengajian Tuhfah merupakan majlis para ulama. Maka untuk zaman ini memang jarang para pelajar yang belajar sampai kitab Tuhfah kecuali hanya menelaahnya sendiri saja. KH. Sirajuddin Abbas menceritakan bahwa majlis kitab Tuhfah di Padang yang di asuh oleh KH. Sa’ad Munka di hadiri oleh para ulama-ulama besar Padang seperti Syeikh Abbas Lawas Bukit Tinggi, Syeikh Abdul Wahed Tabek Gadang, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli, Syeikh Yahya al-Khalidi Magek Bukit Tinggi dll.
Kitab Tuhfah ini tergolong unik. Beberapa hal yang unik yang perlu kita ketahui dari kita Tuhfahtul Muhtaj antara lain;
- 1. Selesai dikarang dalam waktu yang relatif singkat.
- 2. Ibaratnya yang sulit
Karena masa penulisan yang sangat cepat, maka ibarat kitab Tuhfah tergolong sangat sulit. Bila kita membandingkan itab Tuhfatul Muhtaj dengan dua syarah Minhaj yang setingkat dengannya, Nihayatul Muhtaj dan Mughnil Muhtaj, maka kita akan dapati perbedaan yang sangat jauh. Di mana ibarat kitab Tuhfah sangat sulit dan rumit. Murid Ibnu Hajar sendiri, Saiyid Umar menyatakan bahwa guru beliau Ibnu Hajar berupaya menulis Tuhfah dengan bahasa yang ringkas karena mengharap mudah di ambil faedah oleh para pelajar, namun ternyata bahasa Ibnu Hajar di anggap terlalu ringkas sehingga baru mudah dipahami setelah menguasai pendapat-pendapat manqul dari ulama mutakaddimin dan kritikan-kritikan ulama mutaakhirin dan istilah-istilah mereka. Karena itu, beberapa para ulama berusaha menuliskan kitab khusus yang membuka tabir istilah-istilah Syeikh Ibnu Hajar dalam kitab Tuhfah. Beberapa kitab yang menjelaskan istilah kitab Tuhfah adalah ‘Uqud ad-Durar fi mushthalahat Tuhfah Ibn Hajar karangan Syeikh Sulaiman Kurdi, Fawaid al-Madaniyahfi man Yufta bi qaulihi min aimmah asy-Syafi’iyah yang kemudian di ringkas oleh ulama asal Malabar, India, Syeikh Ahmad Kuya Ali asy-Syaliyati dengan nama ‘Awaid Diniyah fi Talkhish al-Fawaid Madaniyah juga karagan Syeikh Sulaiman Kurdi, Tazkiratul Ikhwan fi Mushthalah Tuhfah karangan murid Syeikh Sulaiman Kurdi yaitu Syeikh Muhammad bin Ibrahim ‘Aliji al-Qulhani (di cetak oleh penerbit Dar Shalih Mesir, tahun 2017), ulama asal Dangestan, Syarah Khutbah Tuhfah karangan al-Allamah Jarhazi, dan Risalah fi Mushthalahat at-Tuhfah karangan Imam Jarhazi. ini belum termasuk kitab-kitab yang dikarang setelahnya yang umumnya merupakan kutipan dari kitab Syeikh Sulaiman Kurdi dan Tazkirah Ikhwan karya murid beliau, Syeikh Muhammad Ibrahim ‘Alijy.
- 3. Menjadi rujukan utama ulama mutaakhirin.
Kitab Tuhfah bersama Nihayatul Muhtaj karangan Imam Jamal Ramli merupakan rujukan utama dalam bidang bidang fiqh Mazhab Syafii. Kedua isi kitab ini menghiasai hampir semua kitab-kitab fiqh mazhab Syafii yang dikarang setelahnya. Bahkan sebagian ulama melarang berfatwa menyalahi kedua kitab ini.
Para ulama sepakat bahwa hukum yang di sepakati oleh Imam Ibnu Hajar al-Haitami dan Imam Ramli merupakan hukum yang paling kuat. Namun para ulama berbeda pendapat tentang siapa yang lebih di dahulukan bila terjadi perbedaan pendapat antara Imam Ibnu Hajar al-Haitami dengan Imam Ramli.
Ulama Negri Hadharamaut, Syam, Akrad, Daghistan, kebanyakan ulama Yaman dan beberapa negri lainnya lebih mendahulukan Imam Ibnu Hajar al-Haitami. Sedangkan ulama Negri Mesir atau mayoritas ulama Mesir dan sebagian ulama Yaman lebih mendahulukan pendapat Imam Ramli bahkan masyhur berita bahwa para ulama Mesir telah berjanji tidak akan berfatwa dengan menyalahi pendapat Imam Ramli. Dalam beberapa hal yang berbeda pendapat dengan Imam Ibnu Hajar al-Haitami, Imam Ramli mengikuti pendapat bapak beliau, Imam Syihab Ramli.
Imam Sya`rani ketika menceritakan riwayat Imam Syihab Ramli menerangkan “Allah ta`ala menjadikan para fuqaha` tetap pada pendapat beliau (Syihab Ramli) baik di timur dan barat, di Mesir, Syam dan Hijaz, mereka tidak menyalahi pendapat Imam Syihab Ramli.
Imam Sulaiman Kurdi menyebutkan “mudah-mudahan hal ini terjadi sebelum muncul Imam Ibnu Hajar al-Haitami, manakala muncul Imam Ibnu Hajar al-Haitami, para ulama Nengri Syam dan Hijaz tidak menyalahi pendapat Imam Ibnu Hajar”.
Namun ada juga beberapa ulama Mesir yang lebih mendahulukan Imam Ibnu Hajar, bahkan Syeikh Ali Syabramallisi, ulama Mesir yang memberi hasyiah pada kitab Nihayah Muhtaj karangan Imam Ramli, pada mulanya lebih menekuni kitab Tuhfah Imam Ibnu Hajar al-Haitami. Hingga pada satu malam beliau bermimpi bertemu dengan Imam Ramli, beliau berkata “hidupkanlah kalamku ya Ali, Allah akan menghidupkan hatimu” maka semenjak saat itu Imam Ali Syibramalisi menekuni kitab Nihayah Muhtaj sehingga beliau menulis hasyiah atas kitab Nihayah Muhtaj yang terkenal sampai saat ini. Imam Qalyubi yang juga ulama Mesir (yang memberi hasyiah terhadap kitab Syarh al-Mahalli `ala Minhaj Thalibin) pada beberapa tempat juga lebih mengunggulkan pendapat Imam Ibnu Hajar al-Haitami.
Sedangkan ulama Haramain (Makkah dan Madinah) pada mulanya lebih mengunggulkan pendapat Imam Ibnu Hajar al-Haitami. Kemudian datanglah para ulama Negri Mesir ke Haramain. Mereka menerangkan dan mentaqrirkan pendapat mu`tamad imam Ramli dalam majlis pengajaran mereka sehingga mu`tamad Imam Ramli juga masyhur di Makkah dan Madinah, hingga akhirnya para ulama yang menguasai dan memahami kedua pendapat Imam Ibnu Hajar al-Haitami dan Imam Ramli menerima keduanya tanpa mengunggulkan salah satunya.
Kesepakatan Imam Ibnu Hajar dan Imam Ramli memiliki kedudukan yang kuat dalam Mazhab Syafii, bahkan syeikh Sa`id Sunbul al-Makki mengatakan “tidak boleh bagi seorang mufti berfatwa dengan pendapat yang menyalahi pendapat Imam Ibnu Hajar dan Imam Ramli terutama kitab Tuhfah dan Nihayah walaupun sesuai dengan pendapat keduanya dalam kitab yang lain. Beliau mengatakan “sebagian para ulama dari daerah Zamazimah telah memeriksa kalam kitab Tuhfah dan Nihayah, maka beliau mendapati kedua kitab tersebut merupakan sandaran dan pilihan mazhab Syafii”.
Kitab Nihayatul Muhtaj, setelah selesai dikarang, telah dibacakan dihadapan muallifnya sendiri dari awal hingga khatam dengan di hadiri oleh 400 ulama yang mengkritisi dan mentashhih kitab beliau tersebut sehingga kesahihannya mencapai tingkat tawatur. Sedangkan kitab Tuhfah Ibnu Hajar al-Haitami telah dibacakan dihadapan muallifnya sendiri oleh para ulama para muhaqqiq yang jumlahnya sudah tidak terhitung lagi.
Secara umum pada masalah-masalah yang terjadi perbedaan pendapat antara Imam Ibnu Hajar al-Haitami dengan Imam Ramli, pendapat Imam Ramli lebih ringan dari pada pendapat mu`tamad Imam Ibnu Hajar. Beberapa ulama melakukan pengkajian khusus tentang perbedaan antara Imam Ibnu Hajar al-Haitami dengan Imam Ramli dan membukukannya dalam kitab khusus, antara lain kitab Busyra Karim karangan Syikh Sa’id Muhammad Ba’ashan, kitab Fathul ‘Ali bi Jam’i Bi Jam’i Khilaf Baina Ibn Hajar wa Ramli karangan Syeikh Umar bin Habib Ahmad Bafaraj Ba’alawi (dicetak oleh Dar Minhaj dengan tahqiqan dan ta’liq dari DR. Syifa Hasan Hitu, putri Syeikh Hasan Hitu, pendiri STAI Imam Syafii Cianjur).
- 4. Banyaknya para ulama yang memberikan hasyiah
Tidak semua kitab-kitab yang besar mendapat perhatian para ulama dengan memberikan hasyiah. Namun kitab Tuhfahtul Muhtaj termasuk kitab yang menarik perhatian para ulama untuk memberi hasyiahnya. Hasyiah-hasyiah tersebut berisi penjelasan terhadap kalam Ibnu Hajar bahkan juga ada kritikan-kritikan terhadap Tuhfah sendiri atau jawaban terhadap kritikan orang terhadap ibadat Tuhfah. Ibnu Hajar sendiri juga memberikan hasyiah terhadap kitab beliau tersebut, dengan nama Thurfatul Faqir bi Tuhfatil Qadir, namun tidak sampai selesai. DR. Saiyid Musthafa bin Hamid Smith dalam mukaddimah munkhtashar Tuhfah karya beliau, mencatat ada sekitar 34 hasyiah terhadap kitab Tuhfatul Muhtaj. Itu tidak termasuk beberapa hasyiah dan ta’liqat ulama Negri Dangestan yang disebutkan oleh Syeikh Muhammad Ghudubiry dalam mukaddimah beliau terhadap tahqiq kitab Tazkiratul Ikhwan karangan Ibnu ‘Alijy yang tidak sempat di catat oleh DR. Mushtafa Smith.
0 Komentar