Imam syafi’i dilahirkan di Ghaza pada tahun 150 H. Pada usia dua tahun dibawa ke Mekkah dan menghabiskan usia kanak-kanak disana sampai berangkat ke Madinah untuk belajar bersama Imam Malik. Beliau menghafal qur’an pada usia 7 tahun dan menghafal kitab Muwatha’ Imam Malik ketika berumur 10 tahun. Beliau pertama sekali belajar ilmu fiqh di Mekkah pada Imam Muslim bin Khalid az-Zanzi. Pada usia 15 tahun diizinkan untuk memberi fatwa hukum. Beliau tumbuh dalam keadaan yatim bersama ibundanya dengan kondisi ekonomi yang sempit dan kehidupan yang melarat. Pada masa kanak-kanak, beliau sering menghabiskan waktu untuk duduk bersama ulama dan menulis apapun ilmu yang didengar dari mereka. Kemudian berangkat ke Madinah untuk belajar pada Imam Malik, pembangun mazhab maliki. Setelah menetap beberapa waktu, lalu beliau berangkat ke Baghdad pada tahun 195 H dan belajar disana selama 2 tahun. Selama di Baghdad, beliau banyak berkumpul dan berdiskusi dengan ulama setempat sehingga banyak dari mereka yang ruju’ dan meralat pendapat sebelumnya setelah mendengar penjelasan dari Imam Syafi’i. di Baghdad inilah Imam Syafi’i menyusun Qaul Qadim. Lalu beliau pulang ke Mekkah dan menetap disana beberapa waktu, kembali lagi ke Baghdan dan terakhir menetap di Mesir sampai wafat pada tahun 204 H.
Rahasia Sukses Imam Syafi’i
1. Imam Syafi’i membagi malam menjadi tiga. Pertama untuk belajar, kedua untuk shalat dan terakhir untuk beristirahat.
2. Meng-khatam-kan al-Qur’an sekali sehari
3. Meng-khatam-kan al-Qur’an 60 kali dibulan Ramadhan dan semua itu dikerjakan dalam shalat.
4. Tidak pernah makan sampai kenyang sejak usia 10 tahun. Karena makan sampai kenyang dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh dan ibadah. Diantaranya, memberatkan badan untuk melakukan kebaikan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, penyebab sering tidur dan membuat stamina untuk beribadah menjadi berkurang.
5. Tidak pernah bersumpah dengan lafadh Allah selama hidupnya walaupun untuk perkataan yang jujur.
6. Tidak menjawab pertanyaan sampai mengetahui yang baik antara menjawab atau diam.
7. Beliau adalah mujabud da’wah (orang yang dikabulkan doa).
8. Tidak pernah ditemukan riwayat pernah melakukan dosa, baik kecil maupun besar.
Sya’ir Imam Syafi’i
Imam Syafi'i tidak banyak menulis sya'ir-sya'ir, akan tetapi sya'ir-sya'ir beliau sederhana, mudah dipahami dan mengandung makna yang sangat dalam. Diantara sya'ir-sya'ir beliau ;
أمَتُّ مَطَامِعي فأرحْتُ نَفْسي ** فإنَّ النَّفسَ ما طَمعَتْ تهونُ
Aku bunuh sifat tamak yang ada pada diriku, maka akupun menenangkan diriku
Karena jiwa, kapan saja ia tamak maka rendahlah jiwa tersebut
وَأَحْيَيْتُ القُنُوع وَكَانَ مَيْتاً ** ففي إحيائهِ عرضٌ مصونُ
Dan aku hidupkan sifat qana'ah pada diriku yang tadinya telah mati
Maka dengan menghidupkannya harga dirikupun terjaga
إذا طمعٌ يحلُ بقلبِ عبدٍ ** عَلَتْهُ مَهَانَةٌ وَعَلاَهُ هُونُ
Jika sifat tamak telah menetap di hati seorang hamba
maka ia akan didominasi oleh kehinaan dan dikuasai kerendahan
Beliau berkata :
نَعِيبُ زمانَنا والعيبُ فِيْنا * وَما لِزَمانِنا عَيْبٌ سِوانا
Kita mencela zaman kita, padahal celaan itu ada pada diri kita sendiri
Dan zaman kita tidaklah memiliki aib/celaan kecuali kita sendiri
Beliau berkata :
لَمَّا عَفَوْتُ وَلَمْ أحْقِدْ عَلَى أحَدٍ ** أَرَحْتُ نَفْسِي مِنْ هَمَّ الْعَدَاوَاتِ
Tatkala aku memaafkan maka akupun tidak membenci seorangpun
Akupun merilekskan diriku dari kesedihan dan kegelisahan (yang timbul akibat) permusuhan
إنِّي أُحَيِّي عَدُوِّي عنْدَ رُؤْيَتِهِ ** لِأَدْفَعَ الشَّرَّ عَنِّي بِالتَّحِيَّاتِ
Aku memberi salam kepada musuhku tatkala bertemu dengannya
untuk menolak keburukan dariku dengan memberi salam
وأُظْهِرُ الْبِشْرَ لِلإِنْسَانِ أُبْغِضهُ ** كَمَا إنْ قدْ حَشَى قَلْبي مَحَبَّاتِ
Aku menampakkan senyum kepada orang yang aku benci
Sebagaimana hatiku yang telah dipenuhi dengan kecintaan
النَّاسُ داءٌ وَدَاءُ النَّاسِ قُرْبُهُمُ ** وَفِي اعْتِزَالِهِمُ قَطْعُ الْمَوَدَّاتِ
Orang-orang adalah penyakit, obat mereka adalah dengan mendekati mereka
dan sikap menjauhi mereka adalah memutuskan tali cinta kasih
Beliau berkata :
بقَدْرِ الكدِّ تُكتَسَبُ المَعَــالي ....ومَنْ طَلبَ العُلا سَهِـرَ اللّيالي
Ketinggian diraih berdasarkan ukuran kerja keras…
Barang siapa yang ingin meraih puncak maka dia akan begadang
ومَنْ رامَ العُلى مِن ْغَيرِ كَـدٍّ .....أضَاعَ العُمرَ في طَـلَبِ المُحَالِ
Barang siapa yang mengharapkan ketinggian/kemuliaan tanpa rasa letih
Maka sesungguhnya ia hanya menghabiskan usianya untuk meraih sesuatu yang mustahil
تَرُومُ العِزَّ ثم تَنامُ لَيـلاً .....يَغُوصُ البَحْرَ مَن طَلَبَ اللآلي
Engkau mengharapkan kejayaan lantas di malam hari hanya tidur aja??
Orang yang yang mencari mutiara harus menyelam di lautan
Beliau berkata :
إِذَا أَصْبَحْتُ عِنْدِي قُوْتُ يَوْمٍ ... فَخَلِّ الْهَمَّ عَنِّي يَا سَعِيْدُ
Jika di pagi hari dan aku telah memiliki makanan untuk hari ini
Maka hilangkanlah kegelisahan dariku wahai yang berbahagia
وَلاَ هُتَخْطُرْ مُوْمُ غَدٍ بِبَالِي ... فَإِنَّ غَدًا لَهُ رِزْقٌ جَدِيْدُ
Dan tidaklah keresahan esok hari terbetik di benakku
Karena sesungguhnya esok hari ada rizki baru yang lain
أُسَلِّمُ إِنْ أَرَادَ اللهُ أَمْراً ... فَأَتْرُكُ مَا أُرِيْدُ لِمَا يُرِيْدُ
Aku pasrah jika Allah menghendaki suatu perkara
Maka aku biarkan kehendakku menuju kehendak-Nya
Masalah Jatuh Cinta, Simak Penjelasan Abu MUDI