Meluruskan Pemahaman Teguran Allah Kepada Nabi Muhammad


Pernah suatu ketika Rasulullah SAW tengah sibuk berdialog dengan Al-Walid bin Al-Mughirah seorang pemuka Quraisy, tiba-tiba datang seorang sahabat nabi yang buta yaitu Ibnu Ummi Maktum dan meminta kepada nabi agar beliau membacakan Al-Qur'an kepadanya, namun karena tengah disibukkan dengan berdialog Al-Walid dan mengharap Al-Walid masuk islam, Nabi pun  memberi isyarat kepada Ibnu Ummi Maktum agar ia tidak mengganggu pembicaraan Nabi, namun Ibnu Ummi Maktum tetap tidak mengerti maksud Nabi dan kembali meminta Nabi agar membacakan Al-Qur'an kepadanya, sehingga membuat nabi kurang senang dan meninggalkan Ibnu Ummi Maktum sambil bermuka masam, 

Namun kejadian tersebut langsung membuat Nabi mendapatkan teguran dari Allah, sebagaimana dalam surah 'Abasa, yaitu : 80. QS. 'Abasa (Bermuka Masam) ayat 1-14.

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

عَبَسَ وَتَوَلَّى (1) أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى (2) وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (3) أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (4) أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (5) فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (6) وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّى (7) وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (8) وَهُوَ يَخْشَى (9) فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (10) كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ (11) فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ (12) فِي صُحُفٍ مُكَرَّمَةٍ (13) مَرْفُوعَةٍ مُطَهَّرَةٍ (14)

"1. Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling 2. karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum) 3. Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa) 4. atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya? 5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy) 6. maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya 7. padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman) 8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) 9. sedang dia takut (kepada Allah) 10. engkau (Muhammad) malah mengabaikannya 11. Sekali-kali jangan (begitu)! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan 12. maka barangsiapa menghendaki, tentulah dia akan memperhatikannya 13. di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (di sisi Allah) 14. yang ditinggikan (dan) disucikan"

Dari cerita diatas, tentunya menimbulkan asumsi bahwa Nabi juga pernah melakukan kesalahan, sehingga mendapat teguran dari Allah dan jika demikian berarti Nabi tidak baik akhlaknya.

Nah, untuk menolak asumsi tersebut imam Ar-Razi  memberikan beberapa jawaban tentang kewajaran sikap nabi dalam tafsir Ar-Razi, yaitu :

1. Ibnu Ummi Maktum meskipun buta, beliau tahu bahwa nabi sedang berdialog dengan Al-Walid lewat pendengarannya, jadi sepantasnya untuk tidak mengganggu percakapan mereka karena itu termasuk kurang adab dan itu selaras dengan celaan Allah terhadap mereka yang memanggil Nabi sebelum waktunya tiba, sebagaimana tertera dalam Al-Qur'an surah Al-Hujurat ayat 4.

2. Sikap rasul tidak mendahulukan Ibnu Ummi Maktum juga benar, karena beliau mendahulukan yang lebih penting, yaitu islamnya Al-Walid karena beliau merupakan seorang pemuka Quraisy tentunya dengan islamnya beliau bisa membuat banyak pengikutnya juga memeluk agama islam, manfaat ini tentu lebih besar dari pada memberikan nasehat/ilmu kepada orang yang sudah memeluk islam. 

Namun dari jawaban diatas tentunya masih menyisakan pertanyaan, "jika Nabi tidak salah, lantas mengapa Allah menegurnya?

Untuk menjawab Imam Ar-Razi memberikan penegasan bahwa : sikap Nabi perlu ditegur oleh Allah supaya masyarakat tidak salah memahami sikap nabi yang tidak melayani Ibnu Ummi Maktum, terlebih lagi Ibnu Ummi Maktum ini juga merupakan seorang fakir, sehingga bisa menimbulkan asumsi buruk terhadap Nabi Muhammad, yaitu nabi lebih mendahulukan kalangan elit daripada mereka yang miskin.

Dan adakalanya kita harus mengalah meskipun berada pada posisi yang benar, demikian jawaban yang bisa kami simpulkan untuk menolak gagal faham atas sikap nabi tidak melayani Ibnu Ummi Maktum, semoga bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga seluruh masyarakat umumnya.


Dikutip dari 

Kitab Sirah An-Nabawiyyah hal : 144 cet. DKI dan tafsir Ar-Razi pada surah 'Abasa


Lihat juga :

Tgk Bunaiya Muhammadon

Esensi Birrul Walidain di Era Millenial



Posting Komentar

0 Komentar