Pandangan ‘Ulama Ahlus sunnah Terhadap Peringatan dan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi Muhammad SAWPerayaan maulid Nabi SAW, adalah suatu acara yang telah dilaksanakan oleh umat Islam semenjak dahulu dan diakui oleh para ulama-ulama besar dari dahulu hingga sekarang. Namun orang-orang yang anti maulid sangat kelewatan sehingga menuduh perayaan maulid sebagai sebuah bid`ah dan mengikuti kaum Nasrany. Seharusnya kalaupun mereka tidak mengakui bahwa perayaan maulid sebagai satu amalan yang baik, seharusnya mereka bersikaf inshaf dan menghargai perbedaan pendapat, karena para ulama dari golongan selain mereka membolehkannya dan menganggapnya sebagai satu kebaikan. Sedangkan kemungkaran hanya boleh diingkari dan dicegah apabila maksiat tersebut termasuk kemaksiatan yang disepakati.

Berikut ini beberapa komentar para ulama dari masa dahulu hingga masa sekarang tentang parayaan maulid.

Diantara komentar para ulama tersebut kami kutip dari kitab para ulama sesudah mereka yang menghikayah kalam mereka, dan sebagian yang lain kami kutip langsung dari kitab karangan mereka.

1. Imam Hasan Al-Bashri (21 H/642 M – 110 H/728 M) rahimahullah :

ูˆุฏุฏุช ู„ูˆ ูƒุงู† ู„ูŠ ู…ุซู„ ุฌุจู„ ุฃุญุฏ ุฐู‡ุจุง ู„ุฃู†ูู‚ุชู‡ ุนู„ู‰ ู‚ุฑุงุกุฉ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ุฑุณูˆู„

“Seandainya aku memiliki emas seumpama Gunung Uhud, niscaya aku akan menafkahkannya kepada orang yang membacakan maulidir-Rasul”. [1]

2. Imam Al-Junaid Al-Baghdadi rahimahulllah :

ู…ู† ุญุถุฑ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ุฑุณูˆู„ ูˆุนุธู… ู‚ุฏุฑู‡ ูู‚ุฏ ูุงุฒ ุจุงู„ุฅูŠู…ุงู†

“Siapa saja yang menghadiri maulidir-Rasul dan mengagungkan Rasul saw, maka ia adalah orang yang memperoleh kemenangan dengan iman”. [2]

3. Imam Syamsuddin Muhammad bin ‘Abdullah Al-Jaziri rahimahullah :

ู‚ุฏ ุฑุคูŠ ุฃุจูˆ ู„ู‡ุจ ุจุนุฏ ู…ูˆุชู‡ ููŠ ุงู„ู†ูˆู… ูู‚ูŠู„ ู„ู‡ ู…ุง ุญุงู„ูƒ ؟ ูู‚ุงู„ : ููŠ ุงู„ู†ุงุฑ ุฅู„ุง ุฃู†ู‡ ูŠุฎูู ุนู†ูŠ ูƒู„ ู„ูŠู„ุฉ ุงุซู†ูŠู† ูˆุฃู…ุต ู…ู† ุจูŠู† ุฃุตุจุนูŠ ู…ุงุก ุจู‚ุฏุฑ ู‡ุฐุง ูˆุฃุดุงุฑ ู„ุฑุฃุณ ุฃุตุจุนู‡ ูˆุฅู† ุฐู„ูƒ ุจุงุนุชุงู‚ูŠ ู„ุซูˆูŠุจุฉ ุนู†ุฏ ู…ุง ุจุดุฑุชู†ูŠ ุจูˆู„ุงุฏุฉ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ّู… ูˆุจุฅุฑุถุงุนู‡ุง ู„ู‡ ، ูุฅุฐุง ูƒุงู† ุฃุจูˆ ู„ู‡ุจ ุงู„ูƒุงูุฑ ุงู„ุฐูŠ ู†ุฒู„ ุงู„ู‚ุฑุขู† ุจุฐู…ุฉ ุฌูˆุฒูŠ ููŠ ุงู„ู†ุงุฑ ุจูุฑุญู‡ ู„ูŠู„ุฉ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ّู… ุจู‡ ูู…ุง ุญุงู„ ุงู„ู…ุณู„ู… ุงู„ู…ูˆุญุฏ ู…ู† ุฃู…ุฉ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ّู… ูŠุณุฑ ุจู…ูˆู„ุฏู‡ ูˆูŠุจุฐู„ ู…ุง ุชุตู„ ุฅู„ูŠู‡ ู‚ุฏุฑุชู‡ ููŠ ู…ุญุจุชู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ّู… ؟ ู„ุนู…ุฑูŠ ุฅู†ู…ุง ูŠูƒูˆู† ุฌุฒุงุคู‡ ู…ู† ุงู„ู„ู‡ ุงู„ูƒุฑูŠู… ุฃู† ูŠุฏุฎู„ู‡ ุจูุถู„ู‡ ุฌู†ุงุช ุงู„ู†ุนูŠู…

“Sungguh telah diperlihatkan di dalam tidur (mimpi) bahwa sesungguhnya Abu Lahab setelah kematiannya, ditanyakan kepadanya :”Bagaimana keadaanmu?”. Maka Abu Lahab menjawab :”(Aku berada) di dalam neraka, hanya saja siksaan yang diringankan dariku adalah pada hari Senin dan aku bisa menghisap air sekedarnya dari sela-sela jari -lalu Abu Lahab member isyarah dengan ujung jarinya- dan sungguh semua itu karena aku telah memerdekakan Tsuwaibah ketika ia menyampaikan kabar gembira dengan lahirnya Nabi saw serta disebabkan ia juga menyusui Nabi saw”. Maka jika Abu Lahab yang kafir yang telah diturunkan ayat Alqur-an untuk mencelanya diberi ganjaran kebaikan di dalam neraka karena bergembira pada malam maulid Nabi Muhammad saw, lalu bagaimanakah dengan seorang Muslim yang mengesakan Allah SWT yang termasuk ummat Nabi Muhammad saw, menampakkan kesenangan dengan kelahiran Beliau dan mengeluarkan apa saja yang dia mampu demi kecintaannya kepada nabi saw?”. Demi umurku, sesunggguhnya yang pantas bagi mereka dari Allah Yang Maha Pemurah adalah memasukkan mereka dengan keutamaannya ke dalam surga yang penuh kenikmatan”. [3]

4. Imam Abu Syamah (w. 665 H) Rahimahulllah :
Abu Qasim Syihab ad-Din Abdur Rahman bin Ismail bin Ibrahim ad-Maqdisy ad-Dimsyiqy yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Syamah (w. 665 H) yang merupakan guru Imam Nawawi memuji pelaksanaan maulid dalam kitab beliau Al-Bahits `ala Inkar al-Bida`i wa al-Hawadits, kitab yang beliau karang untuk menerangkan masalah bid`ah, tetapi beliau memasukkan merayakan maulid dalam bid`ah hasanah yang terpuji. Beliau mengatakan dalam kitab tersebut:

ูˆู…ู† ุฃุญุณู† ู…ุง ุงุจุชุฏุน ููŠ ุฒู…ุงู†ู†ุง ู…ุง ูŠูุนู„ ูƒู„ ุนุงู… ููŠ ุงู„ูŠูˆู… ุงู„ู…ูˆุงูู‚ ู„ูŠูˆู… ู…ูˆู„ุฏู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู…ู† ุงู„ุตุฏู‚ุงุช ูˆุงู„ู…ุนุฑูˆู ูˆุฅุธู‡ุงุฑ ุงู„ุฒูŠู†ุฉ ูˆุงู„ุณุฑูˆุฑ ูุฅู† ุฐู„ูƒ ู…ุน ู…ุง ููŠู‡ ู…ู† ุงู„ุฅุญุณุงู† ู„ู„ูู‚ุฑุงุก ู…ุดุนุฑ ุจู…ุญุจุฉ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูˆุชุนุธูŠู…ู‡ ููŠ ู‚ู„ุจ ูุงุนู„ ุฐู„ูƒ ูˆุดูƒุฑ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุนู„ู‰ ู…ุง ู…ู† ุจู‡ ู…ู† ุฅูŠุฌุงุฏ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุงู„ุฐูŠ ุฃุฑุณู„ู‡ ุฑุญู…ุฉ ู„ู„ุนุงู„ู…ูŠู†

“Termasuk hal yang paling bagus adalah apa yang disebut bid’ah pada zaman kita yaitu apa yang dikerjakan setiap tahun di hari kelahiran Nabi Muhammad saw terdiri dari bershadaqah, mengerjakan yang ma’ruf dan menampakkan rasa gembira. Maka sesungguhnya yang demikian itu yang di dalamnya terdapat kebaikan hingga para faqir adalah membaca sya’ir dengan rasa cinta kepada Nabi Muhammad saw, mengagungkan beliau dalam hati dan bersyukur kepada Allah SWT atas perkara dimana dengan kelahiran Nabi Muhammad saw tersebut menjadi penyebab adanya kerasulan dirinya yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam”. [4]

5. Ibnu al-Hajj (w. 737 H)
Imam Abu Abdullah Muhamad bin Muhammad bin Muhammad al-`Abdary al-Fasy al-Maliky yang lebih dikenal dengan Ibnu al-Hajj (w. 737 H) dalam sebuah kitab beliau al-Madkhal, sebuah kitab yang mengupas masalah bid`ah dalam agama. Dalam kitab tersebut pada fashal Maulid Nabi, beliau menerangkan bahwa umat islam mesti memerbanyak amal kebaikan dalam bulan kelahiran Nabi SAW sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas rahmatNya yang besar yaitu kelahiran Nabi Musthafa SAW. Beliau hanya mengecam beberapa kemaksiatan yang terjadi saat acara maulid. Beliau berkata:

ููƒุงู† ูŠุฌุจ ุฃู† ูŠุฒุงุฏ ููŠู‡ ู…ู† ุงู„ุนุจุงุฏุงุช ูˆุงู„ุฎูŠุฑ ุดูƒุฑุง ู„ู„ู…ูˆู„ู‰ ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ ุนู„ู‰ ู…ุง ุฃูˆู„ุงู†ุง ู…ู† ู‡ุฐู‡ ุงู„ู†ุนู… ุงู„ุนุธูŠู…ุฉ ูˆุฅู† ูƒุงู† ุงู„ู†ุจูŠ - ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… - ู„ู… ูŠุฒุฏ ููŠู‡ ุนู„ู‰ ุบูŠุฑู‡ ู…ู† ุงู„ุดู‡ูˆุฑ ุดูŠุฆุง ู…ู† ุงู„ุนุจุงุฏุงุช ูˆู…ุง ุฐุงูƒ ุฅู„ุง ู„ุฑุญู…ุชู‡ - ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… - ุจุฃู…ุชู‡ ูˆุฑูู‚ู‡ ุจู‡ู… ู„ุฃู†ู‡ - ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… - ูƒุงู† ูŠุชุฑูƒ ุงู„ุนู…ู„ ุฎุดูŠุฉ ุฃู† ูŠูุฑุถ ุนู„ู‰ ุฃู…ุชู‡ ุฑุญู…ุฉ ู…ู†ู‡ ุจู‡ู… ูƒู…ุง ูˆุตูู‡ ุงู„ู…ูˆู„ู‰ ุณุจุญุงู†ู‡ ูˆุชุนุงู„ู‰ ููŠ ูƒุชุงุจู‡ ุญูŠุซ ู‚ุงู„ {ุจุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ุฑุกูˆู ุฑุญูŠู…} [ุงู„ุชูˆุจุฉ: 128] . ู„ูƒู† ุฃุดุงุฑ - ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… -ุฅู„ู‰ ูุถูŠู„ุฉ ู‡ุฐุง ุงู„ุดู‡ุฑ ุงู„ุนุธูŠู… «ุจู‚ูˆู„ู‡ - ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… - ู„ู„ุณุงุฆู„ ุงู„ุฐูŠ ุณุฃู„ู‡ ุนู† ุตูˆู… ูŠูˆู… ุงู„ุงุซู†ูŠู† ูู‚ุงู„ ู„ู‡ - ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… - ุฐู„ูƒ ูŠูˆู… ูˆู„ุฏุช ููŠู‡» ูุชุดุฑูŠู ู‡ุฐุง ุงู„ูŠูˆู… ู…ุชุถู…ู† ู„ุชุดุฑูŠู ู‡ุฐุง ุงู„ุดู‡ุฑ ุงู„ุฐูŠ ูˆู„ุฏ ููŠู‡. ููŠู†ุจุบูŠ ุฃู† ู†ุญุชุฑู…ู‡ ุญู‚ ุงู„ุงุญุชุฑุงู… ูˆู†ูุถู„ู‡ ุจู…ุง ูุถู„ ุงู„ู„ู‡ ุจู‡ ุงู„ุฃุดู‡ุฑ ุงู„ูุงุถู„ุฉ

Maka semestinya dilebihkan pada prosesi maulid dari ‘ibadat dan kebaikan akan syukur bagi Allah SWT di atas apa saja yang telah diberikan Allah SWT kepada kita daripada segala nikmat sekalipun Nabi Muhammad saw tidak melebihkan sesuatu ‘ibadat apapun pada hari kelahirannya di atas bulan-bulan lainnya. Hal demikianlah hanyalah karena rahmatnya Nabi saw kepada ummatnya dan kasih sayangnya kepada ummat karena Nabi saw meninggalkan ‘amalan tersebut karena takut mewajibkan kepada ummatnya sekaligus sebagai rahmat kepada ummatnya sebagaimana Allah SWT telah mendeskripsikannya dalam Alqur-an pada ayat (dengan sekalian orang-orang beriman, (Muhammad) bijaksana dan penyayang). Akan tetapi Nabi saw telah mengisyarahkan kelebihan bulan kelahirannya yang agung dengan sabdanya bagi orang yang menanyakannya perihal puasa hari Senin. Maka Nabi saw menjawab “Demikian itu (puasa hari senin) adalah hari dimana aku dilahirkan. Maka memuliakan hari kelahirannya itu dikandung bagi memuliakan bulan kelahirannya. Maka sepatutlah kita hormati hari dan bulan kelahirannya dengan hak-hak kehormatannya dan kita lebihi dengan apa saja yang telah dilebihkan oleh Allah SWT terhadap bulan yang mempunyai kelebihan.[5]

6. Imam Isma’il bin ‘Umar bin Katsir rahimahullah (774 H)
Imam Ibnu Katsir memuji Raja al-Mudhaffar yang menyelenggarakan maulid secara besar-besaran. Beliau mengatakan :

ุงู„ู…ู„ูƒ ุงู„ู…ุธูุฑ ุฃุจูˆ ุณุนูŠุฏ ูƒูˆูƒุจุฑูŠ ุงุจู† ุฒูŠู† ุงู„ุฏูŠู† ุนู„ูŠ ุจู† ุชุจูƒุชูƒูŠู† ุฃุญุฏ ุงู„ุงุฌูˆุงุฏ ูˆุงู„ุณุงุฏุงุช ุงู„ูƒุจุฑุงุก ูˆุงู„ู…ู„ูˆูƒ ุงู„ุงู…ุฌุงุฏ ู„ู‡ ุขุซุงุฑ ุญุณู†ุฉ

“Raja Al-Muzhaffar Abu Sa’id Al-Kaukabari ibn Zainuddin `Ali bin Tabaktakin adalah seorang dermawan, pemimpin yang besar, serta raja yang mulia yang memiliki peninggalan yang baik.”

Kemudian Imam Ibnu Katsir melanjutkan:

ูˆูƒุงู† ูŠุนู…ู„ ุงู„ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ุดุฑูŠู ููŠ ุฑุจูŠุน ุงู„ุงูˆู„ ูˆูŠุญุชูู„ ุจู‡ ุงุญุชูุงู„ุง ู‡ุงุฆู„ุง ูˆูƒุงู† ู…ุน ุฐู„ูƒ ุดู‡ู…ุง ุดุฌุงุนุง ูุงุชูƒุง ุจุทู„ุง ุนุงู‚ู„ุง ุนุงู„ู…ุง ุนุงุฏู„ุง ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ูˆุฃูƒุฑู… ู…ุซูˆุงู‡

Dan dia menyelenggarakan maulid yang mulia di bulan Rabi’ul-Awwal secara besar-besaran. Ia juga seorang raja yang berotak cemerlang, pemberani, ksatria, pandai dan ‘adil –semoga Allah SWT mengasihinya dan menempatkannya di tempat yang paling baik”.

Kemudian Imam Ibnu Katsir rahimahullah melanjutkan komentar beliau:
ูˆูƒุงู† ูŠุตุฑู ุนู„ู‰ ุงู„ู…ูˆู„ุฏ ููŠ ูƒู„ ุณู†ุฉ ุซู„ุงุซู…ุงุฆุฉ ุฃู„ู ุฏูŠู†ุงุฑ

“Ia (Raja Al-Muzhaffar) membelanjakan hartanya sebesar 3000 dinar emas untuk perayaan maulid Nabi saw setiap tahunnya”. [6]

Kalau memang menyelenggarakan maulid merupakan satu perbuatan bid`ah yang tercela, tentu saja Imam Ibnu Katsir tidak akan memuji beliau, dengan seorang yang alim, adil, tetapi tentu saja Imam Ibnu Katsir akan mengatakan bahwa beliau adalah salah satu ahli bid`ah.

Sedikit catatan : Pengingkar Maulid Nabi saw juga tidak segan‐segan memutarbalikkan fakta (berbohong) atas nama Imam Ibnu Katsir rahimahullah. Kalangan ini mengatakan bahwa Imam Ibnu Katsir rahimahullah menuliskan dalam Kitabnya tersebut (Bidayah Wa An-Nihayah) bahwa yang pertama merayakan Maulid Nabi saw adalah Daulah Fathimiyah yang dibangun oleh seorang budak yang bernasab kepada kaum Yahudi.

Mufti Negri Arab Saudi, Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz dalam kitab Fatwanya, Hal Nahtafil, ia mengatakan bahwa :

ูˆุฐูƒุฑ ุงู„ุญุงูุธ ุงุจู† ูƒุซูŠุฑ ูู‰ ุงู„ุจุฏุงูŠุฉ ูˆุงู„ู†ู‡ุงูŠุฉ (11/172) ุงู† ุงู„ุฏูˆู„ุฉ ุงู„ูุงุทู…ูŠุฉ - ุงู„ุนุจูŠุฏูŠุฉ ุงู„ู…ู†ุชุณุจุฉ ุงู„ู‰ ุนุจูŠุฏ ุงู„ู„ู‡ ุจู† ู…ูŠู…ูˆู† ุงู„ู‚ุฏุงุญ ุงู„ูŠู‡ูˆุฏูŠ- ูˆุงู„ุชู‰ ุญูƒู…ุช ู…ุตุฑ ู…ู† (357ู‡ู€ - 567 ู‡ู€) ุงุญุฏุซูˆุง ุงุญุชูุงู„ุงุช ุจุงูŠุงู… ูƒุซูŠุฑุฉ ูˆู…ู†ู‡ุง ุงู„ุงุญุชูุงู„ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…


"Imam Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah wa Nihayah (11/172) bahwa Daulah Fathimiyah-al-`Ubaidiyyah, nisbah kepada `Ubaid bin Maimun al-Qaddah al-Yahudi- yang berkuasa di Mesir dari tahun 357-567 H, mereka menciptakan beberapa perayaan, diantaranya perayaan Maulid Nabi SAW” [7]

Ini adalah tuduhan dan tipuan atas nama Imam Ibnu Katsir. Bila kita membuka kitab al-Bidayah Ibn Katsir tersebut tidak kita temukan seperti yang mereka tuduhkan, malah Ibnu Ibnu Katsir memuji Raja al-Muzaffar yang selalu mengadakan perayaan maulid Nabi. [8

Kitab Imam Ibnu Katsir tersebut, Al-Bidayah wan Nihayah dapat didonwload di website resmi Maktabah Syamilah, klik saja  shamela ws kitab tersebut dalam format box, format kitab dalam maktabah syamilah, sehingga dengan mudah bisa dilakukan pencarian kata. Silahkan tuliskan kata-kata yang dituduhkan kepada Imam Ibnu Katsir dan tekan opsi pencarian.

7. Imam Syamsuddin bin Nashiruddin Ad-Damasyqi rahimahullah
Beliau melantunkan sya’ir tentang Abu Lahab yang diringankan siksaan neraka pada hari Senin dikarenakan telah memerdekakan Tsuwaibah dan bergembira dengan kelahiran Nabi saw :

ุฅุฐุง ูƒุงู† ู‡ุฐุง ูƒุงูุฑุง ุฌุงุก ุฐู…ู‡ ูˆุชุจุช ูŠุฏุงู‡ ููŠ ุงู„ุฌุญูŠู… ู…ุฎู„ุฏุง ุฃุชู‰ ุฃู†ู‡ ููŠ ูŠูˆู… ุงู„ุฅุซู†ูŠู† ุฏุงุฆู…ุง ูŠุฎูู ุนู†ู‡ ู„ู„ุณุฑูˆุฑ ุจุฃุญู…ุฏ ูู…ุง ุงู„ุธู† ุจุงู„ุนุจุฏ ุงู„ุฐูŠ ูƒุงู† ุนู…ุฑู‡ ุจุฃุญู…ุฏ ู…ุณุฑูˆุฑุง ูˆู…ุงุช ู…ูˆุญุฏุง

“Jika orang kafir yang telah datang (tertera) celaan baginya -“dan celakalah kedua tangannya di dalam neraka Jahannam kekal di dalamnya”-, telah tiba pada (setiap) hari Senin untuk selamanya, diringankan (siksa) darinya karena bergembira dengan kelahiran Ahmad, maka bagaimanakah dugaan kita terhadap seorang hamba yang sepanjang usia, (karena) kelahiran Ahmad, lantas ia selalu bergembira dan tauhid menyertai kematiannya?!”. [9]

8. Imam Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Al-‘Asqalani (w. 852 H) rahimahullah

ุฃุตู„ ุนู…ู„ ุงู„ู…ูˆู„ุฏ ุจุฏุนุฉ ู„ู… ุชู†ู‚ู„ ุนู† ุฃุญุฏ ู…ู† ุงู„ุณู„ู ุงู„ุตุงู„ุญ ู…ู† ุงู„ู‚ุฑูˆู† ุงู„ุซู„ุงุซุฉ، ูˆู„ูƒู†ู‡ุง ู…ุน ุฐู„ูƒ ู‚ุฏ ุงุดุชู…ู„ุช ุนู„ู‰ ู…ุญุงุณู† ูˆุถุฏู‡ุง، ูู…ู† ุชุญุฑู‰ ููŠ ุนู…ู„ู‡ุง ุงู„ู…ุญุงุณู† ูˆุชุฌู†ุจ ุถุฏู‡ุง ูƒุงู† ุจุฏุนุฉ ุญุณู†ุฉ، ูˆุฅู„ุงูู„ุง ูˆู‚ุฏ ุธู‡ุฑ ู„ูŠ ุชุฎุฑูŠุฌู‡ุง ุนู„ู‰ ุฃุตู„ ุซุงุจุช، ูˆู‡ูˆ ู…ุง ุซุจุช ููŠ ุงู„ุตุญูŠุญูŠู† ู…ู† ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚ุฏู… ุงู„ู…ุฏูŠู†ุฉ ููˆุฌุฏ ุงู„ูŠู‡ูˆุฏ ูŠุตูˆู…ูˆู† ูŠูˆู… ุนุงุดูˆุฑุงุก ูุณุฃู„ู‡ู…؟ ูู‚ุงู„ูˆุง: ูˆ ูŠูˆู… ุฃุบุฑู‚ ู„ู„ู‡ ููŠู‡ ูุฑุนูˆู† ูˆู†ุฌู‰ ู…ูˆุณู‰ ูู†ุญู† ู†ุตูˆู…ู‡ ุดูƒุฑุง ู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰، ููŠุณุชูุงุฏ ู…ู†ู‡ ูุนู„ ุงู„ุดูƒุฑ ู„ู„ู‡ ุนู„ู‰ ู…ุง ู…َู†َّ ุจู‡ ููŠ ูŠูˆู… ู…ุนูŠู† ู…ู† ุฅุณุฏุงุก ู†ุนู…ุฉ ุฃูˆ ุฏูุน ู†ู‚ู…ุฉ، ูˆูŠุนุงุฏ ุฐู„ูƒ ููŠ ู†ุธูŠุฑ ุฐู„ูƒ ุงู„ูŠูˆู… ู…ู† ูƒู„ ุณู†ุฉ، ูˆุงู„ุดูƒุฑู„ู„ู‡ ูŠุญุตู„ ุจุฃู†ูˆุงุน ุงู„ุนุจุงุฏุฉ ูƒุงู„ุณุฌูˆุฏ ูˆุงู„ุตูŠุงู… ูˆุงู„ุตุฏู‚ุฉ ูˆุงู„ุชู„ุงูˆุฉ، ูˆุฃูŠ ู†ุนู…ุฉ ุฃุนุธู… ู…ู† ุงู„ู†ุนู…ุฉ ุจุจุฑูˆุฒู‡ุฐุง ุงู„ู†ุจูŠ ู†ุจูŠ ุงู„ุฑุญู…ุฉ ููŠ ุฐู„ูƒ ุงู„ูŠูˆู…

“Dasar ‘amal maulid adalah bid’ah yang tidak dinukilkan dari seorang pun ‘Ulama Salafush-Shalih dari kurun ke tiga. Akan tetapi, sungguh ‘amal maulid itu memuat kebajikan dan sebaliknya. Oleh karena itu siapa saja yang memperhatikan kebajikan dan menjauhi keburukan dalam pelaksanaan maulid, maka ‘amal maulidnya adalah bid’ah hasanah. Jika tidak demikian, maka sebaliknya. Dan sungguh telah jelas bagiku bahwa apa yang dikeluarkan atas dasar penetapan (hukum maulid), adalah riwayat yang tersebut di dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw datang ke Madinah, maka beliau menemukan orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura. Rasulullah saw bertanya kepada mereka (tentang puasa tersebut)? Maka mereka menjawab :”Pada hari tersebut adalah hari dimana Allah telah menenggelamkan Fir’aun dan menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa kepada Allah Yang Maha Tinggi (atas semua itu)”. Maka faedah yang bisa diambil dari hal tersebut adalah bersyukur kepada Allah SWT atas sesuatu yang terjadi, baik karena menerima suatu kenikmatan yang besar atau terhindar dari bahaya dan mengulang-ngulang syukuran tersebut pada hari yang sama setiap tahun. Adapun syukur kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan berbagai macam ‘ibadah, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah dan membaca Alqur-an. Dan adakah nikmat yang paling besar dari berbagai nikmat selain kelahiran Nabi Muhammad saw, dimana beliau adalah seorang Nabi yang penyayang, pada hari tersebut?!”.

ูˆุฃู…ุง ู…ุง ูŠุนู…ู„ ููŠู‡ ููŠู†ุจุบูŠ ุฃู† ูŠู‚ุชุตุฑ ููŠู‡ ุนู„ู‰ ู…ุง ูŠูู‡ู… ุงู„ุดูƒุฑ ู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ู…ู† ู†ุญูˆ ู…ุง ุชู‚ุฏู… ุฐูƒุฑู‡ ู…ู† ุงู„ุชู„ุงูˆุฉ ูˆุงู„ุฅุทุนุงู… ูˆุงู„ุตุฏู‚ุฉ ูˆุฅู†ุดุงุฏ ุดูŠุก ู…ู† ุงู„ู…ุฏุงุฆุญ ุงู„ู†ุจูˆูŠุฉ ูˆุงู„ุฒู‡ุฏูŠุฉ ุงู„ู…ุญุฑูƒุฉ ู„ู„ู‚ู„ูˆุจ ุฅู„ู‰ ูุนู„ ุงู„ุฎูŠุฑ ูˆุงู„ุนู…ู„ ู„ู„ุขุฎุฑุฉ ، ูˆุฃู…ุง ู…ุง ูŠุชุจุน ุฐู„ูƒ ู…ู† ุงู„ุณู…ุงุน ูˆุงู„ู„ู‡ูˆ ูˆุบูŠุฑ ุฐู„ูƒ ููŠู†ุจุบูŠ ุฃู† ูŠู‚ุงู„ ู…ุง ูƒุงู† ู…ู† ุฐู„ูƒ ู…ุจุงุญุงً ุจุญูŠุซ ูŠู‚ุชุถูŠ ุงู„ุณุฑูˆุฑ ุจุฐู„ูƒ ุงู„ูŠูˆู… ู„ุง ุจุฃุณ ุจุฅู„ุญุงู‚ู‡ ุจู‡ ، ูˆู…ุง ูƒุงู† ุญุฑุงู…ุงً ุฃูˆ ู…ูƒุฑูˆู‡ุงً ููŠู…ู†ุน ، ูˆูƒุฐุง ู…ุง ูƒุงู† ุฎู„ุงู ุงู„ุฃูˆู„ู‰


“Dan format acara yang diselenggarakan dalam maulid Nabi saw hendaknya dicukupkan dengan menyiratkan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT seperti yang telah disebutkan, yaitu membaca Alqur-an, menghidangkan jamuan, shadaqah, mendendangkan pujian pujian kenabian dan kezuhudan yang dapat menggerakkan hati untuk melakukan kebajikan dan ber’amal demi akhirat. Sedangkan yang selainnya, seperti mendendangkan lagu (selain pujian tadi), gurauan dan semisalnya, maka hendaknya yang mubah, yakni yang membuat bahagia di hari itu, maka tidak menngapa dimasukkan dalam acara maulid Nabi saw. Dan yang haram atau makruh maka dicegah, begitu pula yang khilaf aula” [10]

9. Imam Jalaluddin ‘Abdirrahman bin Abi Bakar As-Suyuthi rahimahullah (w. 911 H)
Imam Jalaluddin Abdir Rahman bin Abi Bakar as-Sayuthy (w. 911 H) mendukung pelaksanaan maulid, bahkan beliau mengarang satu kitab yang membahas dalil-dalil perayaan maulid, yaitu kitab Husnul Maqashid, yang juga dicetak didalam kitab Hawi lil Fatawi.

ุนู†ุฏูŠ ุฃู† ุฃุตู„ ุนู…ู„ ุงู„ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ุฐูŠ ู‡ูˆ ุงุฌุชู…ุงุน ุงู„ู†ุงุณ ูˆู‚ุฑุงุกุฉ ู…ุง ุชูŠุณุฑ ู…ู† ุงู„ู‚ุฑุขู† ูˆุฑูˆุงูŠุฉ ุงู„ุฃุฎุจุงุฑ ุงู„ูˆุงุฑุฏุฉ ููŠ ู…ุจุฏุฃ ุฃู…ุฑ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูˆู…ุง ูˆู‚ุน ููŠ ู…ูˆู„ุฏู‡ ู…ู† ุงู„ุขูŠุงุช ุซู… ูŠู…ุฏ ู„ู‡ู… ุณู…ุงุท ูŠุฃูƒู„ูˆู†ู‡ ูˆูŠู†ุตุฑููˆู† ู…ู† ุบูŠุฑ ุฒูŠุงุฏุฉ ุนู„ู‰ ุฐู„ูƒ ู…ู† ุงู„ุจุฏุน ุงู„ุญุณู†ุฉ ุงู„ุชูŠ ุนู„ูŠู‡ุง ุตุงุญุจู‡ุง ู„ู…ุง ููŠู‡ ู…ู† ุชุนุธูŠู… ู‚ุฏุฑ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูˆุฅุธู‡ุงุฑ ุงู„ูุฑุญ ูˆุงู„ุงุณุชุจุดุงุฑ ุจู…ูˆู„ุฏู‡ ุงู„ุดุฑูŠู

“Menurutku bahwa sesungguhnya ‘amal maulid yang berkumpulnya manusia, membaca beberapa ayat Alqur-an, meriwayatkan hadits‐hadits tentang permulaan sejarah Nabi dan tentang tanda‐tanda (kejadian‐kejadian) yang mengiringi kelahirannya adalah bid’ah hasanah yang diberi pahala kepada yang mengerjakannya karena termasuk sebagian daripada membesarkan kedudukan Nabi Muhammad saw dan menampakkan kesenangan dan kegembiraan dengan sebab kelahiran Nabi Muhammad saw yang mulia”.

ูˆู‚ุฏ ุธู‡ุฑ ู„ูŠ ุชุฎุฑูŠุฌู‡ ุนู„ู‰ ุฃุตู„ ุขุฎุฑ، ูˆู‡ูˆ ู…ุง ุฃุฎุฑุฌู‡ ุงู„ุจูŠู‡ู‚ูŠ ุนู† ุฃู†ุณ ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุนู‚ ุนู† ู†ูุณู‡ ุจุนุฏ ุงู„ู†ุจูˆุฉ، ู…ุน ุฃู†ู‡ ู‚ุฏ ูˆุฑุฏ ุฃู† ุฌุฏู‡ ุนุจุฏ ุงู„ู…ุทู„ุจ ุนู‚ ุนู†ู‡ ููŠ ุณุงุจุน ูˆู„ุงุฏุชู‡

“Dan sungguh sangat jelas bagiku yang dikeluarkan (diriwayatkan) atas dasar yang lain (dari pendapat Imam Ibnu HajarAl-‘Asqalani) yaitu apa yang diriwayatkan oleh Imam Al‐Baihaqi dari Anas ra bahwa sesungguhnya Nabi saw mengaqiqahkan dirinya sendiri sesudah (masa) kenabian, (padahal) sesungguhnya telah dijelaskan bahwa kakek beliau ‘Abdul Muththalib telah mengaqiqahkan (untuk Nabi) pada hari ke tujuh kelahirannya.

ูˆุงู„ุนู‚ูŠู‚ุฉ ู„ุง ุชุนุงุฏ ู…ุฑุฉ ุซุงู†ูŠุฉ ููŠุญู…ู„ ุฐู„ูƒ ุนู„ู‰ ุฃู† ุงู„ุฐูŠ ูุนู„ู‡ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฅุธู‡ุงุฑ ู„ู„ุดูƒุฑุนู„ู‰ ุฅูŠุฌุงุฏ ู„ู„ู‡ ุฅูŠุงู‡ ุฑุญู…ุฉ ู„ู„ุนุงู„ู…ูŠู†، ูˆุชุดุฑูŠุน ู„ุฃู…ุชู‡ ูƒู…ุง ูƒุงู† ูŠุตู„ูŠ ุนู„ู‰ ู†ูุณู‡، ู„ุฐู„ูƒ ููŠุณุชุญุจ ู„ู†ุง ุฃูŠุถุง ุฅุธู‡ุง ุฑ ุงู„ุดูƒุฑ ุจู…ูˆู„ุฏู‡ ุจุงู„ุงุฌุชู…ุงุน ูˆุฅุทุนุงู… ุงู„ุทุนุงู… ูˆู†ุญูˆ ุฐู„ูƒ ู…ู† ูˆุฌูˆู‡ ุงู„ู‚ุฑุจุงุช ูˆุฅุธู‡ุงุฑ ุงู„ู…ุณุฑุงุช


“Adapun aqiqah tidak ada perulangan dua kali, maka dari itu sungguh apa yang dilakukan oleh Nabi saw menerangkan tentang (rasa) syukur beliau karena Allah telah mewujudkan (menjadikan) beliau sebagai rahmat bagi semesta alam, dan sebagai landasan bagi umatnya. Oleh karena itu, maka juga disunnahkan bagi kita untuk menanamkan (menerangkan) rasa syukur kita dengan kelahirannya (Rasulullah) dengan mengumpulkan (kaum Muslimin), menyajikan makanan dan semacamnya dari (sebagai) perwujudan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) dan menunjukkan kegembiraan (karena kelahiran beliau)”.

ุฅู† ูˆู„ุงุฏุชู‡ ุตู„ู‰ ู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃุนุธู… ุงู„ู†ุนู… ุนู„ูŠู†ุง، ูˆูˆูุงุชู‡ ุฃุนุธู… ุงู„ู…ุตุงุฆุจ ู„ู†ุง، ูˆุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุญุซุช ุนู„ู‰ ุฅุธู‡ุงุฑ ุดูƒุฑ ุงู„ู†ุนู…، ูˆุงู„ุตุจุฑ ูˆุงู„ุณู„ูˆุงู† ูˆุงู„ูƒุชู… ุนู†ุฏ ุงู„ู…ุตุงุฆุจ، ูˆู‚ุฏ ุฃู…ุฑ ุงู„ุดุฑุน ุจุงู„ุนู‚ูŠู‚ุฉ ุนู†ุฏ ุงู„ูˆู„ุงุฏุฉ، ูˆู‡ูŠ ุฅุธู‡ุงุฑ ุดูƒุฑ ูˆูุฑุญ ุจุงู„ู…ูˆู„ูˆุฏ، ูˆู„ู… ูŠุฃู…ุฑ ุนู†ุฏ ุงู„ู…ูˆุช ุจุฐุจุญ ูˆู„ุง ุบูŠุฑู‡، ุจู„ ู†ู‡ู‰ ุนู† ุงู„ู†ูŠุงุญุฉ ูˆุฅุธู‡ุงุฑ ุงู„ุฌุฒุน، ูุฏู„ุช ู‚ูˆุงุนุฏ ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ุนู„ู‰ ุฃู†ู‡ ูŠุญุณู† ููŠ ู‡ุฐุง ุงู„ุดู‡ุฑ ุฅุธู‡ุงุฑ ุงู„ูุฑุญ ุจูˆู„ุงุฏุชู‡ ุตู„ู‰ ู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฏูˆู† ุฅุธู‡ุงุฑ ุงู„ุญุฒู† ููŠู‡ ุจูˆูุงุชู‡


“Sesungguhnya kelahiran Nabi saw adalah paling agungnya kenikmatan bagi kita semua, dan wafatnya Beliau adalah musibah yang paling besar bagi kita semua. Adapun syari’at menganjurkan untuk mengungkapkan rasa syukur dan kenikmatan dan bersabar serta tenang ketika tertimpa mushibah. Dan sungguh syari’at memerintahkan untuk ber’aqiqah ketika (seorang anak) lahir, dan supaya menampakkan rasa syukur dan bergembira dengan kelahirannya dan tidak memerintahkan untuk menyembelih sesuatu atau melakukan hal yang lain ketika kematiannya bahkan syari’at melarang meratap (an‐niyahah) dan menampakkan keluh kesah (kesedihan). Maka jelaslah bahwa qa’idah‐qa’idah syari’at yang menunjukkan yang paling baik pada bulan ini (bulan Maulid) adalah menampakkan rasa gembira atas kelahirannya Nabi Muhammad dan bukan (malah) menampakkan kesedihan-kesedihan atas wafatnya Beliau”. [11]

ู…ุง ู…ู† ุจูŠุช ุฃูˆ ู…ุณุฌุฏ ุฃูˆ ู…ุญู„ุฉ ู‚ุฑู‰ุก ููŠู‡ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‡ู„ุง ุญูุช ุงู„ู…ู„ุงุฆูƒุฉ ุจุฃู‡ู„ ุฐู„ูƒ ุงู„ู…ูƒุงู† ูˆุนู…ู‡ู… ุงู„ู„ู‡ ุจุงู„ุฑุญู…ุฉ ูˆุงู„ู…ุทูˆู‚ูˆู† ุจุงู„ู†ูˆุฑ ูŠุนู†ูŠ ุฌุจุฑูŠู„ ูˆู…ูŠูƒุงุฆู„ ูˆุฅุณุฑุงููŠู„ ูˆู‚ุฑุจุงุฆูŠู„ ูˆุนูŠู†ุงุฆูŠู„ ูˆุงู„ุตุงููˆู† ูˆุงู„ุญุงููˆู† ูˆุงู„ูƒุฑูˆุจูŠูˆู† ูุฅู†ู‡ู… ูŠุตู„ูˆู† ุนู„ู‰ ู…ุง ูƒุงู† ุณุจุจุง ู„ู‚ุฑุงุกุฉ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…

“Tiada sebuah rumah atau mesjid atau tempat pun yang dibacakan didalamnya Maulid Nabi melainkan dipenuhi Malaikat yang meramaikan penghuni tempat itu dan Allah SWT akan memberikan rahmat dan yang memberikan cahaya itu yakni ‐Jibril, Mikail, Israfil, Qarbail, ‘Inail, As-Shafun, Al-Hafun dan Al-Karubiyun-, maka sesungguhnya mereka (malaikat) itulah yang menshalawatkan (mendo’akan)nya karena membaca Maulid Nabi”.

ูˆู…ุง ู…ู† ู…ุณู„ู… ู‚ุฑู‰ุก ููŠ ุจูŠุชู‡ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฅู„ุง ุฑูุน ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุงู„ู‚ุญุท ูˆุงู„ูˆุจุงุก ูˆุงู„ุญุฑู‚ ูˆุงู„ุขูุงุช ูˆุงู„ุจู„ูŠุงุช ูˆุงู„ู†ูƒุจุงุช ูˆุงู„ุจุบุถ ูˆุงู„ุญุณุฏ ูˆุนูŠู† ุงู„ุณูˆุก ูˆุงู„ู„ุตูˆุต ุนู† ุฃู‡ู„ ุฐู„ูƒ ุงู„ุจูŠุช ูุฅุฐุง ู…ุงุช ู‡ูˆู† ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุนู„ูŠู‡ ุฌูˆุงุจ ู…ู†ูƒุฑ ูˆู†ูƒูŠุฑ ูˆูƒุงู† ููŠ ู…ู‚ุนุฏ ุตุฏู‚ ุนู†ุฏ ู…ู„ูŠูƒ ู…ู‚ุชุฏุฑ

“Dan tidak ada seorang Muslim pun yang membaca Maulid Nabi di dalam rumahnya melainkan Allah SWT akan mengangkat wabah kemarau, kebakaran, karam, kebinasaan, kecelakaan, kebencian, hasad dan penglihatan yang jahat, serta pencurian dari ahli‐ahli rumah tersebut. Maka jika seorang Muslim tersebut meningggal dunia, Allah SWT akan memudahkan baginya dalam menjawab (pertanyaan) Malaikat Munkar dan Nakir. Dan mereka akan ditempatkan di dalam tempat yang benar pada sisi‐sisi raja yang berkuasa (Allah SWT)”. [12]

Sangat jelas bagaimana pandangan Imam Sayuthy yang kemilmuan beliau diakui semua kalangan, dan memiliki karangan lebih dari 600 kitab yang terdiri dari berbagaimacam jenis ilmu, namun beliau tidak menganggap perayaan maulid sebagai bid`ah yang sesat.

Bahkan Imam Asy-Sayuthy dalam kitab tersebut menolak pandangan Abi Hafash Tajuddin al-Fakihany (w. 734 H) yang mengatakan bahwa perayaan maulid adalah bid`ah yang sesat.

10. Imam Muhammad bin ‘Abdurrahman As-Sakhawi rahimahullah :

ู„َู…ْ ูŠُู†ْู‚َู„ ุนَู† ุฃَุญَุฏٍ ู…ِู†َ ุงู„ุณَّู„َูِ ุงู„ุตَّุงู„ِุญِ ูِูŠْ ุงู„ْู‚ُุฑُูˆْู†ِ ุงู„ุซَّู„ุงَุซَุฉِ ุงู„ْูَุงุถِู„َุฉِ، ูˆَุฅِู†َّู…َุง ุญَุฏَุซَ ุจَุนْุฏُ، ุซُู…َّ ู…َุง ุฒَุงู„ ุฃู‡ْู„ ุงู„ุฅِุณْู„ุงَู…ِ ูِูŠْ ุณَุงุฆِุฑِ ุงู„ุฃَู‚ْุทَุงุฑِ ูˆَุงู„ْู…ُุฏُู†ِ ุงู„ْุนِุธَุงู…ِ ูŠَุญْุชَูِู„ُูˆْู†َ ูِูŠْ ุดَู‡ْุฑِ ู…َูˆْู„ِุฏِู‡ِ ‐ ุตَู„َّู‰ ู„ู„ู‡ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูˆَุดَุฑَّูَ ูˆَูƒَุฑَّู…َ ‐ ูŠَุนْู…َู„ُูˆْู†َ ุงู„ْูˆَู„ุงَุฆِู…َ ุงู„ْุจَุฏِูŠْุนَุฉَ ุงู„ْู…ُุดْุชَู…ِู„َุฉَ ุนَู„َู‰ ุงู„ุฃُู…ُูˆْุฑِ ุงู„ุจَู‡ِุฌَุฉِ ุงู„ุฑَّูِูŠْุนَุฉِ، ูˆَูŠَุชَุตَุฏَّู‚ُูˆْู†َ ูِูŠْ ู„َูŠَุงู„ِูŠْู‡ِ ุจِุฃَู†ْูˆَุงุนِ ุงู„ุตَّุฏَู‚َุงุชِ، ูˆَูŠُุธْู‡ِุฑُูˆْู†َ ุงู„ุณُّุฑُูˆْุฑَ، ูˆَูŠَุฒِูŠْุฏُูˆْู†َ ูِูŠْ ุงู„ْู…َ ุจَุฑَّุงุชِ، ุจَู„ ูŠَุนْุชَู†ُูˆْู†َ ุจِู‚ِุฑَุงุกَุฉِ ู…َูˆْู„ِุฏِู‡ِ ุงู„ْูƒَุฑِูŠْู…ِ، ูˆَุชَุธْู‡َุฑُุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ู…ِู†ْ ุจَุฑَูƒَุงุชِู‡ِ ูƒُู„ ูَุถْู„ٍ ุนَู…ِูŠْู…ٍ ุจِุญَูŠْุซُ ูƒَุงู†َ ู…ِู…َّุง ุฌُุฑِّุจَ

“Tidak pernah diperbincangkan dari salah seorang ulama Salafush-Shaleh pada kurun ke tiga yang mulia dan sungguh itu baru ada setelahnya. Kemudian umat Islam diseluruh penjuru daerah dan kota‐kota besar senantiasa memperingati Maulid Nabi dibulan kelahiran Beliau. Mereka mengadakan jamuan yang luar biasa dan diisi dengan perkara‐perkara yang menggembirakan serta mulia, dan bershaqadah pada malam harinya dengan berbagai macam shadaqah, menampakkan kegembiraan, bertambahnya kebaikan bahkan diramaikan dengan pembacaan Kitab-Kitab Maulid Nabi yang mulia, dan menjadi jelaslah keberkahan dan keutamaan (Maulid Nabi) secara merata dan semua itu telah teruji”.

ูƒَุงู†َ ู…َูˆْู„ِุฏُู‡ ุงู„ุดَّุฑِูŠْูُ ุนَู„َู‰ ุงู„ุฃَุตَุญِّ ู„َูŠْู„َุฉَ ุงู„ุฅِุซْู†َูŠْู†ِ ุงู„ุซَّุงู†ِูŠَ ุนَุดَุฑَ ู…ِู†ْ ุดَู‡ْุฑِ ุฑَุจِูŠْุน ุงู„ุฃَูˆَّู„ِ، ูˆَู‚ِูŠْู„ :ู„ِู„َูŠْู„َุชَูŠْู†ِ ุฎَู„َุชَุง ู…ِู†ْู‡ُ، ูˆَู‚ِูŠْู„ : ู„ِุซَู…َุงู†ٍ، ูˆَู‚ِูŠْู„ : ู„ِุนَุดْุฑٍ ูˆَู‚ِูŠْู„ ุบَูŠْุฑُ ุฐَู„ِูƒَ، ูˆَุญِูŠْู†َุฆِุฐٍ ูَู„ุง ุจَุฃْุณَ ุจِูِุนْู„ِ ุงู„ْุฎَูŠْุฑِ ูِูŠْ ู‡ุฐِู‡ِ ุงู„ุฃَูŠَّุงู…ِ ูˆَุงู„ู„َّูŠَุงู„ِูŠْ ุนَู„َู‰ ุญَุณَุจِ ุงู„ุงุณْุชِุทَุงุนَุฉِ ุจَู„ ูŠَุญْุณُู†ُ ูِูŠْ ุฃَูŠَّุงู…ِ ุงู„ุดَّْู‡ุฑِ ูƒُู„ِّู‡َุง ูˆَู„َูŠَุงู„ِูŠْู‡ِ

“Adalah kelahiran Nabi yang mulia yang paling shahih adalah pada malam Senin, 12 Rabi’ul-Awwal. Ada juga yang berpendapat pada malam tanggal 2. Dikatakan juga pada tanggal 8, 10 dan lain sebagainya. Maka dari itu, tidak mengapa mengerjakan kebaikan pada setiap hari‐hari ini dan malam-malamnya dengan kemampuan yang ada bahkan bagus dilakukan pada hari‐hari dan malam- malam bulan (Rabi’ul-Awwal)”.

ูˆَุฃَู…َّุง ู‚ِุฑَุงุกَุฉُ ุงู„ْู…َูˆْู„ِุฏِ ูَูŠَู†ْุจَุบِูŠْ ุฃَู†ْ ูŠُู‚ْุชَุตَุฑَ ู…ِู†ْู‡ُ ุนَู„َู‰ ู…َุง ุฃَูˆْุฑَุฏَู‡ُ ุฃَุฆِู…َّุฉُ ุงู„ْุญَุฏِูŠْุซِ ูِูŠْ ุชَุตَุงู†ِูŠْู ู‡ِู…ْ- ูˆَู‚َุฏْ ุญَุฏَّุซْุชُ ุจِู‡ِ ูِูŠْ ุงู„ْู…َุญَู„ِّ ุงู„ْู…ُุดَุงุฑِ ุฅِู„َูŠْู‡ِ ุจِู…َ ูƒุฉ –ุงู„ْู…ُุฎْุชَุตَّุฉِ ุจِู‡ِ ูƒَุงู„ْู…َูˆْุฑِุฏِ ุงู„ْู‡َู†ِูŠِّ ู„ِู„ْุนِุฑَุงู‚ِูŠِّ ูˆَุบَูŠْุฑِ ุงู„ْู…ُุฎْุชَุตَّุฉِ ุจِู‡ِ ุจَู„ْ ุฐُูƒِุฑَ ุถِู…ْู†ًุง ูƒَุฏَู„ุงَุฆِู„ِ ุงู„ู†ُّุจُูˆَّุฉِ ู„ِู„ْุจَูŠْู‡َู‚ِูŠِّ، ูˆَู‚َุฏْ ุฎُุชِู…َ ุนَู„َูŠَّ ุจِุงู„ุฑَّูˆْุถَ ุฉِ ุงู„ู†َّุจَูˆِูŠَّุฉِ، ู„ุฃَู†َّ ุฃَูƒْุซَุฑَ ู…َุง ุจِุฃَูŠْุฏِูŠْ ุงู„ْูˆُุนَّุงุธِ ู…ِู†ْู‡ُ ูƒَุฐِุจٌ ูˆَุงุฎْุชِู„ุงَู‚ٌ، ุจَู„ْ ู„َู…ْ ูŠَุฒَุงู„ُูˆْุง ูŠُูˆَู„ِّุฏُูˆْู†َ ูِูŠْู‡ِ ู…َุง ู‡ُูˆَ ุฃَู‚ْุจَุญُ ูˆَุฃَุณْู…َุฌُ ู…ِู…َّุง ู„ุงَ ุชَุญِู„ُّ ุฑِูˆَุงูŠَุชُู‡ُ ูˆَู„ุงَ ุณَู…َุงุนُู‡ُ، ุจَู„ْ ูŠَุฌِุจُ ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ุนَู„ِู…َ ุจُุทْู„ุงَู†ُู‡ُ ุฅِู†ْูƒَุงุฑُู‡ُ ูˆَุงู„ุฃَู…ْุฑُ ุจِุชَุฑْูƒِ ู‚ِุฑَุงุฆِุชِู‡ِ، ุนَู„َู‰ ุฃَู†َّู‡ُ ู„ุงَ ุถَุฑُูˆْุฑَุฉَ ุฅِู„َู‰ ุณِูŠَุงู‚ِ ุฐِูƒْุฑِ ุงู„ْู…َูˆْู„ِุฏِ، ุจَู„ْ ูŠُูƒْุชَูَู‰ ุจِุงู„ุช ู„ุงَูˆَุฉِ ูˆَุงู„ุฅِุทْุนَุงู…ِ ูˆَุงู„ุตَّุฏَู‚َุฉِ، ูˆَุฅِู†ْุดَุงุฏِ ุดَู‰ْุกٍ ู…ِู†َ ุงู„ْู…َุฏَุงุฆِุญِ ุงู„ู†َّุจَูˆِูŠَّุฉِ ูˆَุงู„ุฒُّู‡ْุฏِูŠَّุฉِ ุงู„ْู…ُุญَุฑِّูƒَุฉِ ู„ِู„ْู‚ُู„ُูˆْุจِ ุฅِู„َู‰ ูِุนْู„ِ ุงู„ْุฎَูŠْุฑِ ูˆَุงู„ْุนَู…َู„ِ ู„ِู„ุขุฎِุฑَุฉِ ูˆَู„ู„ู‡ُ ูŠَู‡ْุฏِูŠْ ู…َู†ْ ูŠَุดَุงุกُ


“Dan adapun pembacaan (kisah) kelahiran Nabi maka seyogyanya yang dibaca hanya yang disebutkan oleh para ulama Ahli Hadits dalam karangan‐karangan mereka yang khusus berbicara tentang kisah kelahiran Nabi, seperti Al‐Maurid Al‐Haniy karya Al‐‘Iraqi (Saya juga telah mengajarkan dan membacakannya di Mekkah), atau tidak khusus dengan karya‐karya tentang Maulid saja tetapi juga dengan menyebutkan riwayat‐riwayat yang mengandung tentang kelahiran Nabi, seperti kitab Dalail An‐Nubuwwah karya Al‐Baihaqi. Kitab ini juga telah dibacakan kepadaku hingga selesai di Raudlah Nabi. Karena kebanyakan kisah maulid yang ada di tangan para penceramah adalah riwayat‐riwayat bohong dan palsu, bahkan hingga kini mereka masih terus memunculkan riwayat riwayat dan kisah‐kisah yang lebih buruk dan tidak layak didengar, yang tidak boleh diriwayatkan dan didengarkan, justru sebaliknya orang yang mengetahui kebathilannya wajib mengingkari dan melarang untuk dibaca. Atas semua itu sesungguhnya tidak masalah ada pembacaan kisah - kisah maulid dalam peringatan Maulid Nabi, bahkan (juga) cukup membaca beberapa ayat Alqur-an, memberi makan dan sedekah, didendangkan bait‐bait Al-Madaih Nabawiyyah (pujian‐pujian terhadap Nabi) dan (sya’ir) kezuhudan (zuhudiyah), yang bisa menggerakkan hati untuk berbuat baik dan ber’amal untuk akhirat. Dan Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki”. [13]

11. Imam Al-Yafi’i Al-Yamani rahimahullah :

ู…ู† ุฌู…ุน ู„ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฅุฎูˆุงู†ุง ูˆู‡ูŠุฃ ุทุนุงู…ุง ูˆุฃุฎู„ู‰ ู…ูƒุงู†ุง ูˆุนู…ู„ ุฅุญุณุงู†ุง ูˆุตุงุฑุณุจุจุงู„ู‚ุฑุงุกุฉ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ุฑุณูˆู„ ุจุนุซู‡ ุงู„ู„ู‡ ูŠูˆู… ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ ู…ุน ุงู„ุตุฏูŠู‚ูŠู† ูˆุงู„ุดู‡ุฏุงุก ูˆุงู„ุตุงู„ุญูŠู† ูˆูŠูƒูˆู† ููŠ ุฌู†ุงุช ุงู„ู†ุนูŠู…

“Barangsiapa yang mengumpulkan saudara‐saudaranya untuk (merayakan) Maulid Nabi, menyajikan makanan, ber’amal yang baik dan menjadikannya untuk pembacaan Maulidir‐Rasul, maka Allah SWT akan membangkitkan pada hari qiamat bersama para Shadiqin, Syuhada dan Shalihin dan menempatkannya pada tempat yang tinggi”. [14]

12. Imam Ma’ruf Al-Kurkhi rahimahullah :

ู…ู† ู‡ูŠุฃ ู„ุฃุฌู„ ู‚ุฑุงุกุฉ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ุฑุณูˆู„ ุทุนุงู…ุง ูˆุฌู…ุน ุฅุฎูˆุงู†ุง ูˆุฃูˆู‚ุฏ ุณุฑุงุฌุง ูˆู„ุจุณ ุฌุฏูŠุฏุง ูˆุชุนุทุฑ ูˆุชุฌู…ู„ ุชุนุธูŠู…ุง ู„ู…ูˆู„ุฏู‡ ุญุดุฑู‡ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ูŠูˆู… ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ ู…ุน ุงู„ูุฑู‚ุฉ ุงู„ุฃูˆู„ู‰ ู…ู† ุงู„ู†ุจูŠูŠู† ูˆูƒุงู† ููŠ ุฃุนู„ู‰ ุนู„ูŠูŠู† ูˆู…ู† ู‚ุฑุฃ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ุฑุณูˆู„ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุนู„ู‰ ุฏุฑุงู‡ู… ู…ุณูƒูˆูƒุฉ ูุถุฉ ูƒุงู†ุช ุฃูˆ ุฐู‡ุจุง ูˆุฎู„ุท ุชู„ูƒ ุงู„ุฏุฑุงู‡ู… ู…ุน ุฏุฑุงู‡ู… ุฃุฎุฑ ูˆู‚ุนุช ููŠู‡ุง ุงู„ุจุฑูƒุฉ ูˆู„ุง ูŠูุชู‚ุฑ ุตุงุญุจู‡ุง ูˆู„ุง ุชูุฑุบ ูŠุฏู‡ ุจุจุฑูƒุฉ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ุฑุณูˆู„ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…

“Barangsiapa menyajikan makanan untuk pembacaan Maulidir‐Rasul, mengumpulkan saudara‐saudaranya, menghidupkan pelita dan memakai pakaian yang baru dan wangi‐wangian dan menjadikannya untuk mengagungkan kelahiran Nabi saw, maka Allah akan membangkitkan pada hari qiyamat beserta golongan yang utama dari Nabi‐Nabi , dan ditempatkan pada tempat (derajat) yang tinggi”. [15]

13. Imam Ahmad Zaini Dahlan rahimahullah :

ุฌุฑุช ุงู„ุนุงุฏุฉ ุฃู† ุงู„ู†ุงุณ ุฅุฐุง ุณู…ุนูˆุง ุฐูƒุฑ ูˆุถุนู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ูˆู…ูˆู† ุชุนุธูŠู…ุง ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูˆู‡ุฐุง ุงู„ู‚ูŠุงู… ู…ุณุชุญุณู† ู„ู…ุง ููŠู‡ ู…ู† ุชุนุธูŠู… ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูˆู‚ุฏ ูุนู„ ุฐู„ูƒ ูƒุซูŠุฑ ู…ู† ุนู„ู…ุงุก ุงู„ุฃู…ุฉ ุงู„ุฐูŠู† ูŠู‚ุชุฏู‰ ุจู‡ู…

“Telah berlakulah ‘adat bahwa sungguh manusia apabila mereka mendengar penyebutan wadha’ nya Nabi saw, maka mereka berdiri karena penghormatan bagi Nabi saw. Dan pelaksanaan berdiri ini adalah hal yang bagus karena termasuk mengagungkan Nabi saw dan telah dilakukan oleh kebanyakan ‘Ulama ummat dimana ummat ini mengikuti mereka (para ‘Ulama).” [16]

14. Imam As-Sari As-Saraqaththi rahimahullah :

ู…ู† ู‚ุตุฏ ู…ูˆุถุนุง ูŠู‚ุฑุฃ ููŠู‡ ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูู‚ุฏ ู‚ุตุฏ ุฑูˆุถุฉ ู…ู† ุฑูŠุงุถ ุงู„ุฌู†ุฉ ู„ุฃู†ู‡ ู…ุง ู‚ุตุฏ ุฐู„ูƒ ุงู„ู…ูˆุถุน ุฅู„ุง ู„ู…ุญุจุฉ ุงู„ุฑุณูˆู„ ูˆู‚ุฏ ู‚ุงู„ ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุณู„ุงู… ู…ู† ุฃุญุจู†ูŠ ูƒุงู† ู…ุนูŠ ููŠ ุงู„ุฌู†ุฉ

“Barangsiapa yang menyediakan tempat untuk dibacakan Maulid Nabi saw maka sungguh dia menghendaki sebuah taman dari taman‐taman surga, karena sesungguhnya tiada dia menghendaki tempat itu melainkan karena cintanya kepada Rasul saw. Dan sungguh Rasul saw bersabda : “Barangsiapa mencintaiku, maka dia akan bersamaku di dalam surga”. [17]

15. Imam Sayyid Muhammad bin ‘Alwi Al-Maliki Al-Hasani rahimahullah :
Imam Sayyid Muhammad bin ‘Alwi Al-Maliki Al-Hasani

ุฅู†ู†ุง ู†ุฑู‰ ุฃู† ุงู„ุงุญุชูุงู„ ุจุงู„ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูˆูŠ ุงู„ุดุฑูŠู ู„ูŠุณุช ู„ู‡ ูƒูŠููŠุฉ ู…ุฎุตูˆุตุฉ ู„ุงุจุฏ ู…ู† ุงู„ุงู„ุชุฒุงู… ุฃูˆ ุฅู„ุฒุงู… ุงู„ู†ุงุณ ุจู‡ุง ، ุจู„ ุฅู† ูƒู„ ู…ุง ูŠุฏุนูˆ ุฅู„ู‰ ุงู„ุฎูŠุฑ ูˆูŠุฌู…ุน ุงู„ู†ุงุณ ุนู„ู‰ ุงู„ู‡ุฏู‰ ูˆ ูŠุฑุดุฏู‡ู… ุฅู„ู‰ ู…ุง ููŠู‡ ู…ู†ูุนุชู‡ู… ููŠ ุฏูŠู†ู‡ู… ูˆุฏู†ูŠุงู‡ู… ูŠุญุตู„ ุจู‡ ุชุญู‚ูŠู‚ ุงู„ู…ู‚ุตูˆุฏ ู…ู† ุงู„ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูˆูŠ

“Kami memandang sesungguhnya memperingati Maulid Nabi saw yang mulia itu tidak mempunyai bentuk‐bentuk yang khusus yang mana semua orang harus dan diharuskan untuk melaksanakannya. Akan tetapi segala sesuatu yang dilakukan, yang dapat menyeru dan mengajak manusia kepada kebaikan dan mengumpulkan manusia atas petunjuk (agama) serta menunjuki mereka kepada hal‐hal yang membawa manfaat bagi mereka, untuk dunia dan akhirat maka hal itu dapat digunakan untuk memperingati Maulid Nabi”.

ูˆู„ุฐู„ูƒ ูู„ูˆ ุงุฌุชู…ุนู†ุง ุนู„ู‰ ุดุฆ ู…ู† ุงู„ู…ุฏุงุฆุญ ุงู„ุชูŠ ููŠู‡ุง ุฐูƒุฑ ุงู„ุญุจูŠุจ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ّู… ูˆูุถู„ู‡ ูˆุฌู‡ุงุฏู‡ ูˆุฎุตุงุฆุตู‡ ูˆู„ู… ู†ู‚ุฑุฃ ุงู„ู‚ุตุฉ ุงู„ุชูŠ ุชุนุงุฑู ุงู„ู†ุงุณ ุนู„ู‰ ู‚ุฑุงุกุชู‡ุง ูˆุงุตุทู„ุญูˆุง ุนู„ูŠู‡ุง ุญุชู‰ ุธู† ุงู„ุจุนุถ ุฃู† ุงู„ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูˆูŠ ู„ุง ูŠุชู… ุฅู„ุง ุจู‡ุง ، ุซู… ุงุณุชู…ุนู†ุง ุฅู„ู‰ ู…ุง ูŠู„ู‚ูŠู‡ ุงู„ู…ุชุญุฏุซูˆู† ู…ู† ู…ูˆุงุนุธ ูˆุฅุฑุดุงุฏุงุช ูˆุฅู„ู‰ ู…ุง ูŠุชู„ูˆู‡ ุงู„ู‚ุงุฑุฆ ู…ู† ุขูŠุงุช ุฃู‚ูˆู„ : ู„ูˆ ูุนู„ู†ุง ุฐู„ูƒ ูุฅู† ุฐู„ูƒ ุฏุงุฎู„ ุชุญุช ุงู„ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูˆูŠ ุงู„ุดุฑูŠู ูˆูŠุชุญู‚ู‚ ุจู‡ ู…ุนู†ู‰ ุงู„ุงุญุชูุงู„ ุจุงู„ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูˆูŠ ุงู„ุดุฑูŠู ، ูˆุฃุธู† ุฃู† ู‡ุฐุง ุงู„ู…ุนู†ู‰ ู„ุง ูŠุฎุชู„ู ุนู„ูŠู‡ ุงุซู†ุงู† ูˆู„ุง ูŠู†ุชุทุญ ููŠู‡ ุนู†ุฒุงู†


“Oleh karena itu andaikata kita berkumpul dalam suatu majelis yang disitu dibacakan puji‐pujian yang menyanjung Al‐Habib (Sang Kekasih yakni Nabi Muhammad saw), keutamaan beliau, jihad (perjuangan) beliau, dan kekhususan-kekhususan yang berada pada beliau -lalu kita tidak membaca kisah Maulid Nabi saw yang telah dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat dan mereka menyebutnya dengan istilah “Maulid” (seperti Maulid Diba’, Barzanji, Syaraful-Anam, Al‐Habsyi, dan lain sebagainya)-, yang mana sebagian orang menyangka bahwa peringatan Maulid Nabi itu tidak lengkap tanpa pembacaan kisah‐kisah Maulid tersebut kemudian kita mendengarkan mau’izhah‐mau’izhah, pengarahan‐pengarahan, nasehat‐nasehat yang disampaikan oleh para ‘Ulama dan ayat‐ayat Alaur-an yang dibacakan oleh seorang Qari, Saya mengatakan : “Andaikan kita melakukan itu semua maka itu sama halnya dengan kita membaca kisah Maulid Nabi saw yang mulia tersebut dan itu termasuk dalam makna memperingati Maulid Nabi saw yang mulia. Dan saya yakin bahwa peringatan yang saya maksudkan ini tidak menimbulkan perbedaan serta adu domba antara dua kelompok”. [18]

ูŠุฎุทุฆ ูƒุซูŠุฑ ู…ู† ุงู„ู†ุงุณ ููŠ ูู‡ู…ู‡ู… ู„ุญู‚ูŠู‚ุฉ ุงู„ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูˆูŠ ุงู„ุฐูŠ ู†ุฏุนูˆ ุฅู„ูŠู‡ ูˆู†ุดุฌุน ุนู„ูŠู‡ ููŠุชุตูˆุฑูˆู† ุชุตูˆุฑุงุช ูุงุณุฏุฉ ูŠุจู†ูˆู† ุนู„ูŠู‡ุง ู…ุณุงุฆู„ ุทูˆูŠู„ุฉ ูˆู…ู†ุงู‚ุดุงุช ุนุฑูŠุถุฉ ูŠุถูŠุนูˆู† ุจู‡ุง ุฃูˆู‚ุงุชู‡ู… ูˆุฃูˆู‚ุงุช ุงู„ู‚ุฑุงุก ูˆู‡ูŠ ูƒู„ู‡ุง ู‡ุจุงุก ู„ุฃู†ู‡ุง ู…ุจู†ูŠุฉ ุนู„ู‰ ุชุตูˆุฑุงุช ูƒู…ุง ู‚ู„ู†ุง ูุงุณุฏุฉ


“Banyak orang keliru dalam memahami subtansi maulid Nabi saw yang kami serukan dan kami anjurkan untuk menyelenggarakannya. Mereka mendefinisikannya secara keliru yang kemudian di atasnya dibangun banyak persoalan‐persoalan panjang dan perdebatan‐perdebatan yang luas yang membuat mereka menyia‐nyiakan waktu mereka dan para pembaca. Persoalan dan perdebatan ini tidak bernilai sama sekali laksana debu yang beterbangan. Karena dibangun di atas asumsi‐asumsi yang keliru”.

ูˆุฅู† ู‡ุฐู‡ ุงู„ุงุฌุชู…ุงุนุงุช، ู‡ูŠ ูˆุณูŠู„ุฉ ูƒุจุฑู‰ ู„ู„ุฏุนูˆุฉ ุฅู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ูˆู‡ูŠ ูุฑุตุฉ ุฐู‡ุจูŠุฉ ูŠู†ุจุบูŠ ุฃู† ู„ุง ุชููˆุช، ุจู„ ูŠุฌุจ ุนู„ู‰ ุงู„ุฏุนุงุฉ ูˆุงู„ุนู„ู…ุงุก ุฃู† ูŠุฐูƒุฑูˆุง ุงู„ุฃู…ุฉ ุจุงู„ู†ุจูŠ - ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… - ุจุฃุฎู„ุงู‚ู‡ ูˆุขุฏุงุจู‡ ูˆุฃุญูˆุงู„ู‡ ูˆุณูŠุฑุชู‡ ูˆู…ุนุงู…ู„ุชู‡ ูˆุนุจุงุฏุงุชู‡، ูˆุฃู† ูŠู†ุตุญูˆู‡ู… ูˆูŠุฑุดุฏูˆู‡ู… ุฅู„ู‰ ุงู„ุฎูŠุฑ ูˆุงู„ูู„ุงุญ ูˆูŠุญุฐุฑูˆู‡ู… ู…ู† ุงู„ุจู„ุงุก ูˆุงู„ุจุฏุน ูˆุงู„ุดุฑ ูˆุงู„ูุชู†.


“Pertemuan‐pertemuan dalam rangka merayakan maulid ini adalah wahana besar untuk mengajak mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ia adalah kesempatan emas yang layak untuk tidak dilewatkan begitu saja. Bahkan wajib bagi para da`i dan ‘Ulama untuk mengingatkan ummat akan budi pekerti, etika, aktivitas, perjalanan hidup, mu’amalah dan ibadah beliau dan menasehati serta membimbing mereka menuju kebaikan dan kesuksesan dan memperingatkan mereka akan bencana, bid`ah, keburukan dan fitnah”. [19]

16. Syaikh ‘Ali Jum’ah :
Syaikh ‘Ali Jum’ah
Ulama besar zaman ini, Syeikh `Ali Jum`ah, mufti negri Mesir mengatakan:
ูˆุงู„ุงุญุชูุงู„ ุจุฐูƒุฑ ู…ูˆู„ุฏู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู…ู† ุงูุถู„ ุงู„ุงุนู…ุงู„ ูˆุงุนุธู… ุงู„ู‚ุฑุจุงุช ู„ุงู†ู‡ ุชุนุจูŠุฑ ุนู† ุงู„ูุฑุญ ูˆุงู„ุญุจ ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูˆู…ุญุจุฉ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ุน ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุงุตู„ ู…ู† ุงุตูˆู„ ุงู„ุงูŠู…ุงู†
“Menyelenggarakan maulid Nabi saw termasuk sebaik-baik ‘amalan dan sebesar-besar qurbah (‘ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT) karena hal ini adalah penggambaran dari rasa senang dan cinta kepada Nabi saw. Dan mencintai Nabi Muhammad saw adalah dasar daripada dasar-dasar iman”. [20]

17. Prof. DR. Sa`id Ramadhan Buthy
Ulama besar Syeikh Prof. Dr. Said Ramadhan al-Buthy, seorang ulama besar saat ini menanggapi masalah perayaan maulid, beliau mengatakan:

Prof. DR. Sa`id Ramadhan Buthyูˆู…ู† ุฃู…ุซู„ุฉ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุณู†ุฉ ุงู„ุญุณู†ุฉ ุชู„ูƒ ุงู„ุงุญุชูุงู„ุงุช ุงู„ุชูŠ ูŠู‚ูˆู… ุจู‡ุง ุงู„ู…ุณู„ู…ูˆู† ุนู†ุฏ ู…ู†ุงุณุจุงุช ู…ุนูŠู†ุฉ ูƒุจุฏุก ุงู„ุนุงู… ุงู„ู‡ุฌุฑูŠ ูˆู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู…ุตุทูู‰ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…، ูˆุนู†ุฏ ุฐูƒุฑู‰ ุงู„ุฅุณุฑุงุก ูˆุงู„ู…ุนุฑุงุฌ ูˆุฐูƒุฑู‰ ูุชุญ ู…ูƒุฉ ูˆุบุฒูˆุฉ ุจุฏุฑ ูˆู†ุญูˆู‡ุง ู…ู…ุง ูŠุชูˆุฎู‰ ู…ู† ุชุญู‚ูŠู‚ ุฎูŠุฑ ูŠุนูˆุฏ ุฅู„ู‰ ู…ุตู„ุญุฉ ุงู„ุฏูŠู†


“sebagian dari contoh sunnah hasanah adalah perayaan-perayaan yang dilaksanakan oleh kaum muslimin ketika bertepatan dengan kejadian tertentu seperti awal tahun baru hijriyah, maulid Nabi Musthafa saw, isra` mi`raj, peringatan Futuh Makkah, perang Badar dan seumpanya hal-hal yang dikehendaki untuk mewujudkan kebaikan yang kembali kepada maslahah agama.” [21]

18. Syeikh Abdullah al-Harary (w. 1429 H)
Syeikh Abu Abdur Rahman Abdullah bin Muhammad al-Harary (w. 1429 H) seorang ulama Libanon, asal Somalia mengatakan:
Syeikh Abdullah al-Harary
ู…ู† ุงู„ุจุฏุน ุงู„ุญุณู†ุฉ ุงู„ุงุญุชูุงู„ ุจู…ูˆู„ุฏ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูู‡ุฐุง ุงู„ุนู…ู„ ู„ู… ูŠูƒู† ูู‰ ุนู‡ุฏ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูˆู„ุง ููŠู…ุง ูŠู„ูŠู‡ ุงู†ู…ุง ุงุญุฏุซ ูู‰ ุฃูˆุงุฆู„ ุงู„ู‚ุฑู† ุงู„ุณุงุจุน ู„ู„ู‡ุฌุฑุฉ ูˆุงูˆู„ ู…ู† ุงุญุฏุซู‡ ู…ู„ูƒ ุฅุฑุจู„ ูˆูƒุงู† ุนุงู„ู…ุง ุชู‚ูŠุง ุดุฌุงุนุง ูŠู‚ุงู„ ู„ู‡ ุงู„ู…ุธูุฑ ุฌู…ุน ู„ู‡ุฐุง ูƒุซูŠุฑุง ู…ู† ุงู„ุนู„ู…ุงุก ููŠู‡ู… ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุญุฏูŠุซ ูˆุงู„ุตูˆููŠุฉ ุงู„ุตุงุฏู‚ูŠู† ูุงุณุชุญุณู† ุฐุงู„ูƒ ุงู„ุนู…ู„ ุงู„ุนู„ู…ุงุก ูู‰ ู…ุดุงุฑู‚ ุงู„ุงุฑุถ ูˆู…ุบุงุฑุจู‡ุง ู…ู†ู‡ู… ุงู„ุญุงูุธ ุฃุญู…ุฏ ุจู† ุญุฌุฑ ุงู„ุนุณู‚ู„ุงู†ู‰ ูˆุชู„ู…ูŠุฐู‡ ุงู„ุญุงูุธ ุงู„ุณุฎุงูˆู‰ ูˆูƒุฐุงู„ูƒ ุงู„ุญุงูุธ ุงู„ุณูŠูˆุทู‰ ูˆุบูŠุฑู‡ู…

Sebagian dari bid`ah hasanah adalah perayaan maulid Rasulullah SAW. Ini adalah amal yang tidak ada pada masa Nabi SAW dan tidak ada pada masa sesudah Nabi. Perayaan tersebut diadakan pada awal kurun ke tujuh Hijriyah. Yang pertama sekali mengadakannya adalah Raja Negri Irbil. Beliau adalah seorang raja yang alim, bertaqwa dan pemberani yang bernama al-Muzaffar. Dalam perayaan maulid beliau menghimpun para ulama dari kalangan ahli hadist dan shufi shadiqin. Perayaan tersebut dianggap baik oleh para ulama baik ulama di belahan timur maupun barat. Diantara mereka adalah al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani dan murid beliau al-Hafidh as-Sakhawy dan juga al-Hafidh as-Sayuthy. [22]

19. Dr. Abdullah Umar Kamil
Syeikh Dr. Abdullah Umar Kamil mengatakan :

Dr. Abdullah Umar Kamilุงู† ู…ุฌู„ุณ ุงู„ุงุญุชูุงู„ ุจุงู„ู…ูˆู„ุฏ ุงู„ู†ุจูŠ ุงู„ุดุฑูŠู ู‚ุฑุจุฉ ู…ู† ุงู„ู‚ุฑุจุงุช ู„ู…ุง ูŠุญุชูˆูŠู‡ ู…ู† ุตู„ุงุฉ ุนู„ู‰ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูˆุฐูƒุฑ ุงู„ู„ู‡ ูˆุบูŠุฑ ุฐุงู„ูƒ ู…ู† ุงู„ู‚ุฑุจุงุช

Majlis perayaan maulid Nabi yang mulia adalah satu qurbah dari beberapa qurbah karena perayaan tersebut mengandung shalawat kepada Nabi, zikir kepada Allah, dan qurbah yang lain. [23]

20. dll

Referensi:
  1. Imam Sayyid Abibakar Al-Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Hasyiyah I’anah Ath-Thalibin, Juz. III, Hal. 364, Cet. Toha Putra.
  2. Ibid.
  3. Imam As-Suyuthi, Al-Hawi Li Al-Fatawi, Bab Husn Al-Maqshud Fi ‘Amal Maulid, Hal. 230, Juz. I, Cet. Dar Al-Fikri, 2004.
  4. Al-Bahits `ala Inkar al-Bida`i wa al-Hawadits hal 23. Cet. Dar Hadi, Cairo
  5. Al-Madkhal, Ibn al-Hajj jilid 2 hal 2 Cet. Dar Turats
  6. Imam Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wa An-Nihayah, Juz. XIII, Hal. 136, Cet. Maktabah Al-Ma’arif.
  7. Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz, Hal Nahtafil, yang dicetak satu bersama dalam kitab Sayyid Muhammad alwy al-Maliky, Al-I`lam bi Fatawa aimmah a`lam haula maulid shallahu `alaihi wa sallam hal 109. Cet Dar Kutub Ilmiyah thn 2006
  8. Sayyid Muhammad alwy al-Maliky, Al-I`lam bi Fatawa aimmah a`lam haula maulid shallahu `alaihi wa sallam hal 34. Cet Dar Kutub Ilmiyah thn 2006
  9. Imam Sayyid Abibakar Al-Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Hasyiyah I’anah Ath-Thalibin, Juz. III, Hal. 364, Cet. Toha Putra.
  10. Imam As-Suyuthi, Al-Hawi Li Al-Fatawi, Bab Husn Al-Maqshud Fi ‘Amal Maulid, Hal. 229, Juz. I, Cet. Dar Al-Fikri, 2004.
  11. Ibid, Hal. 221-231.
  12. Imam Sayyid Abibakar Al-Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Hasyiyah I’anah Ath-Thalibin, Juz. III, Hal. 365, Cet. Toha Putra.
  13. Imam Muhammad bin ‘Abdurrahman As-Sakhawi, Al-Ajwibah Al-Mardhiyah, Juz. III, Hal. 1116-1120, Cet. Dar Ar-Rayah, 1418 H.
  14. Imam Sayyid Abibakar Al-Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Hasyiyah I’anah Ath-Thalibin, Juz. III, Hal. 364, Cet. Toha Putra.
  15. Ibid, Hal. 364.
  16. Ibid, Hal. 363.
  17. Ibid, Hal. 365.
  18. Imam Sayyid Muhammad bin ‘Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Haul Al-Ihtifal Bi Al-Maulid an-Nabawi Asy-Syarif. Hal. 22-23.
  19. Imam Sayyid Muhammad bin ‘Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Mafahim Yajibu An-Tushahhah.
  20. Dr. ‘Ali Jum’ah, Al-Bayan Li Ma Yasyghal Al-Adzhan, Hal. 164, Cet. Al-Muqatam, 2005.
  21. Dr. Sa`id Ramadhan al-Buthy, Ihtifal bi Maulid Nabi.http://www.sufia.org
  22. Syeikh Abdullah al-Harary, Ar-Rawa-ih az-Zakiyah fi Maulid Khair al-Bariyyah hal 28 Cet. Syirkah Dar al-Masyari` thn 2009
  23. Dr. Abdullah Kamil, al-Inshaf hal 379 Cet. Wabil Shaib

Posting Komentar

0 Komentar