Walaupun dosa kecil, namun ghibah adalah dosa yang sering kali dilakukan manusia, berkekalan dalam dosa kecil juga termasuk dalam dosa besar. Maka pelaku ghibah yang tidak bertaubat bila ia sering melakukannya akhirnya ia akan terjerumus dalam dosa besar juga.
Nah, bagaimanakah caranya taubat dari dosa ghibah yang terlanjur kita lakukan?
Ghibah adalah menyebut orang lain dengan sesuatu yang ia benci pada `uruf walaupun hal tersebut benar.
Ghibah adalah perbuatan dosa yang terikat dengan manusia. Dalam bertaubat terhadap dosa yang berkaitan dengan manusia selain memenuhi 3 syarat taubat juga harus meminta maaf dari yang bersangkutan. Tiga syarat taubat yang harus di penuhi terlebih dahulu adalah:
- Meninggalkan melakukan perbuatan maksiat bila ia sedang melakukan perbuatan maksiat.
- Menyesali telah melakukan dosa tersebut.
- Bertekad bulat untuk tidak mengulanginya selama-lama.
Namun, baru di syaratkan meminta maaf kepada orang yang kita upat hanyalah bila sampai berita kepadanya bahwa kita telah mengupatnya. Dalam meminta maaf di syaratkan harus menyebutkan jenis dan tatacara kita menyupatnya.
Permintaan maaf hanya dapat di lakukan bila ia masih hidup, sedangkan bila ia telah meninggal atau tidak di ketahui keberadaannya maka caranya hanyalah dengan berdoa kepada Allah semoga Allah mengampunkan dosa ghibah kita dan berdoa supaya Allah mengampunkan dosa orang yang kita upat serta berbuat kebaikan yang banyak dengan harapan di akhirat kelak ia akan meridhai serta memaafkan kesalahan kita.(2)
Sedangkan bila berita kita melakukan ghibah terhadapnya tidak sampai beritanya kepadanya maka tidak di wajibkan meminta maaf tetapi cukuplah dengan menyesali perbuatan kita serta beristighfar meminta ampun kepada Allah ta`ala atas dosa ghibah tersbeut serta juga meminta kepada Allah supaya di ampunkan juga dosa orang yang kita ghibah tersebut (mughtab).(3)
--------------
- Hasyiah i`anatuth Thalibin jld 4 hl 283 Haramain
- Imam Ibn alan, Futuhat Rabbabniyah `ala al-azkar Nawawiyah jld 3 hl 486 Dar Ibn Hazam
- Hasyiah i`anatuth Thalibin jld 4 hl 295 Haramain
0 Komentar