Salah satu amalan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan pada mala Nisfu Sya’ban adalah Shalat Sunat Awwabin. Sebenarnya shalat awwabin tidak hanya disunatkan pada malam nisfu sya’ban, tapi pada setiap malam, namun di malam nisfu sya’ban, kesunahannya berliapat ganda. Berhubung nanti malam adalah malam nisfu sya’ban, kami akan sedikit berbagi tentang penjelasan sunat awwabin, berupa waktu, metode pelaksanaan dan kelebihannya. Shalat sunat Awwabin adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu antara Magrib dan Isya. Lafaz “awwabin” merupakan lafad isim fa’il yang bermakna orang-orang yang kembali. Shalat ini dinamakan dengan Awwabin karena orang yang melakukannya dianggap sebagai orang yang kembali kepada Allah SWT di saat orang-orang lalai dengan hal yang lain.
Sekurang-kurang raka’at shalat Awwabin adalah dua raka’at, kemudian empat raka’at dan selanjutnya enam raka’at. Adapun bilangan yang paling baik lagi dua puluh raka’at sama seperti raka’at bilangan tarawih. Mengqadha shalat fardhu atau mengerjakan shalat sunat apa saja pada waktu antara magrib dan inya secara otomatis akan menghasilkan pahala Awwabin pula menurut satu pendapat. Metode pelaksanaan Awwabin sama seperti mengerjakan shalat yang lain, yaitu dua rakaat dengan sekali salam. lafad niatnya adalah
أُصَلِّي سُنَّةَ الأَوَّبِيْنَ رَكَعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءٍ لِلَّهِ تعالى
"sahaja aku shalat sunat awwabin dua rakaat menghadap kiblat karena allah Swt"
satu hal yang perlu diingat adalah tidak boleh meniatkan shalat hifdhil iman pada shalat awwabin, walau salah satu fadhilahnya adalah memelihara iman. Pada setiap rakaat dibaca surat al-Fatihah dan al-Ikhlash sebanyak enam kali. Bila telah selesai shalat hendaklah mengangkat tangan dan berdo’a dengan penuh harap dengan do’a dibawah ini sebanyak tiga kali:
اَلّلَهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَوْدِعُكَ إِيْمَانِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَعِنْدَ مَمَاتِيْ وَبَعْدَ مَمَاتِيْ، فَاحْفَظْهُ عَلَيَّ إِنَّكَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
Artinya: Ya Allah sesungguhnya aku simpankan imanku pada-Mu dalam hidupku, ketika kematianku dan sesudah matiku. Maka peliharalah iman itu padaku. Engkau maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Yasin, kemudian membaca doa nishfu Sya’ban yang masyhur. Pada pembacaan surat Yasin kali pertama, diniatkan supaya Allah SWT memberikan keberkahan umur. Pada kali kedua, meminta keberkahan rezeki, dan pada kali ketiga berdoa agar diberikan husnul-khatimah.
Rasulullah SAW memberi kabar gembira tentang kelebihan Shalat Sunat Awwabin dengan beberapa hadis bawah ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:"مَنْ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ سِتَّ رَكْعَاتٍ، لَمْ يَتَكَلَّمْ بَيْنَهُنَّ بِشَيْءٍ، عُدِلْنَ لَهُ عِبَادَةَ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً
“ Dari Abi Hurairah, Beliau berkata: berkata Rasulullah SAW, ‘’Siapa saja yang mengerjakan enam raka’at sembahyang setelah shalat magrib dan tidak berbicara sedikitpun diantara raka’at-raka’atnya maka akan dibalaskan kepadanya pahala dua belas tahun”.
مَنْ صَلَّى بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ عِشْرِينَ رَكْعَةً بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ.
“Siapa saja yang mengerjakan dua puluh raka’at sembahyang di antara shalat magrib dan isya maka Allah mendirikan satu satu rumah dalam syurga untuknya”.
Rasulullah juga SAW pernah bersabda, “siapa saja yang menginginkan agar Allah memelihara imannya, maka hendaklah ia shalat dua raka’at sesudah ba’diyah maghrib kemudian membaca al-Fatihah pada tiap raka’at dan membaca al-Ikhlas 11 kali, dan al-Ma’uzataini (al-nas dan al-Falaq) satu kali”
Demikianlah sedikit penjelasan tentang Shalat sunat Awwabin. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam Bi al-Shawab.
Sumber : Beberapa kitab Figh Syafiiyyah.
11 Komentar
Assalamu'alaikum..
BalasHapusteungku yang mulia, apa ada hadis sahih yang menyatakan amalan khusus pada malam nisfu sya'ban? seperti berlipat gandanya pahala salat sunnah awwabin pada malam itu, bacaan surat al-ikhlas enam kali kemudian dilanjut dengan doa, bacaan yasin 3 kali masing2 ada niat khusus.
mengingat ini adalah website pendidikan dan dakwah, dan saya salah satu orang yg slalu menantikan ilmu2 yg bermanfaat dari web ini, apa lagi di web ini mulai dibahas ilmu2 hadis. memang betul bulan sya'ban adlh bulan mulia kita diperintahkan puasa siangnya dan malam beribadah. namun apakah ada hadis yg bisa dipertanggungjawabkan hadis yg sahih tentang amalan khusus seperti artikel diatas??
bagaimana status kualitas hadis diatas? terima kasih gure...
Semua yg telah di publikasi dapat dipertanggungjawabkan jawabkan, karena berasal dari beberapa kitab kuning, dan beberapa hadis nabi, memang tidak semua sumber hadis yg digunakan adalah shahih, namun hadis shahih hanya diperlukan untuk hujjah suatu hukum, sedangkan untuk fadail amal, boleh mengambil sumber dari hadis yg walau tidak shahih, selama tidak bersangatan doain. Ini termasuk ke dalam Fadail amal. Walau kami tidak menulis semua hadis tetersebut, tapi semua isi tulisan ini punya sumber yg jelas dari kitab kitab muktabarah.
BalasHapusjadi teungku, kata-kata "kesunnahannya belipat ganda", darimana kita tahu ia berlipat ganda sunnahnya pada malam nisfu sya'ban?
BalasHapusistilah sunnah kan berpahala yg mengerjakan dan tidak berdosa bagi yg meninggalkan, untuk mengetahui sunnah ataw bukan hanya melalui Allah dan RasulNya melalui al-Quran dan Hadis, salat sunat tersebut memang berpahala, tapi adakah dalil yg mengkhususkan pada malam nisfu sya'ban sehingga berganda pahalanya.
yg menjadi masalah, percaya ataw tidak masyarakat Aceh masih terlena dengan hadits dhaif bahkan palsu dari pada menyibukkan amalan dengan hadis yg sahih. setidaknya website ini menaruh perhatian yg besar terhadap masalah ini
terima kasih gure..
Bisa mengunjungi halaman berikut untuk tahu kelebihan sya'ban dan nisfu sya'ban.
BalasHapushttp://lbm.mudimesra.com/2013/06/kemuliaan-bulan-syaban-dan-keutamaan.html
maksud kami kesunahan yang berlipat, semua amalan yang dikerjakan pada malam nisfu sya'ban berlipat ganda pahalanya termasuk awwabin, dalil shlat sunat awwabin adalah hadis shaheh sebagaimana penjelasan imam Muhammad Zaki Ibrahim dalam Lailat an-Nishf Min Sya’ban Fi Mizan al-Inshaf al-‘Ilmi Wa Samahah al-Islam berikut kutipannya :
أمَّا ما تعوده النَّاس من صلاة ست ركعات أحياناً بين المغرب والعشاء ، فقد وردت عدة أحاديث ثابتة في سنية هذه الركعات الست ، فإذا توسل العبد إلى الله بهن في رجاء جلب المنافع ودفع المضار ، فهو متوسل إليه تعالى بعمل صالح لا اعتراض عليه ، كما أنها تكون في الوقت نفسه نوعاً من صلاة الحاجة المتفق على صحتها بين جميع أهل القبلة ، وهي في الأصل تسمى صلاة الأوَّابين
“Adapun perbuatan yang biasa di lakukan manusia berupa shalat enam rakaat pada beberapa waktu di antara Maghrib dan ‘Isya, maka sungguh terdapat beberapa hadits tentang kesunnahan shalat enam rakaat ini. Maka apabila hamba bertawasul kepada Allah SWT dengan shalat tersebut untuk mengharapkan mendapat manfaat dan dijauhkan mudharat, maka tawasul ini adalah tawasul kepada Allah SWT dengan amalan shalih yang tidak ada pertentangan tentangnya. Sebagaimana halnya shalat tersebut merupakan bagian dari shalat hajat dalam waktu tersendiri yang disepakati keshahihannya oleh sekalian ulama. Pada dasarnya, shalat enam rakaat tersebut dinamakan shalat Awwabin”.
Jadi sekali lagi, Boleh beramal dengan hadis dhaif karena untuk fadail amal, tahu kan fadail amal? selama tidak bertentangan dengan hadis shaheh dan tidak bersangatan dhaif. apalagi hadis tentang sunat awwabin adalah hadis shaheh. atau saudara punya hadis lain yang melarang dikerjakannya sunat awwabin? atau hadis tersebut sangat bersangatan dhaif?
ngak tau saya maksud fadail amal, apa itu fadail amal?
BalasHapusAmalan-amalan selain yang wajib, yang sunat dikerjakan untuk manambah pahala selain yang wajib.
BalasHapusTawassul dengan amal salih itu satu bab, dan amalan salat sunat 6 atau 20 rakaat setelah maghrib bab lain. Bolehkan tengku sebutkan satu hadis sahih dari Imam Muhammad Zaki Ibrahim dalam kitabnya tentg salat sunat 6 rakaat setelah maghrib? Saya baru sempat baca Lathaif Ma’arif Ibn Rajab al-Hanbali (salah satu kitab yg ada juga di website ini) dalam pembahasan malam nisfu sya’ban beliau berkata “Mengenai shalat malam di malam Nisfu Sya’ban, maka tidak ada satu pun dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga para sahabatnya. Namun terdapat riwayat dari sekelompok tabi’in (para ulama negeri Syam) yang menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan shalat.”
BalasHapusJadi teungku, ada beberapa syarat dalam mengamalkan hadis daif dalam fadail amal sebagaimana yang disebutkan Imam Nawawi dalam tadrib al-rawi dan al-Hafiz Ibn Hajar dalam nukhbah al-fikr, iaitu:
Pertama, hadisnya tidak terlalu daif. (bukan riwayat perawi yg dusta atau perawi yg tertuduh berdusta, atau perawi yang banyak melakukan kesalahan/munkir al-hadis)
Kedua, hadis tersebut memiliki ashl (hadis pokok) dalam mengerjakannya. (ada hadis sahih yang mendukung perbuatan amalan tersebut)
Ketiga, tidak boleh menyakini bahwa hadis itu benar-benar dari Nabi.
Jadi, kembali ke artikel ini.
Hadis pertama dari Abu Hurairah saya temukan di Sunan al-Tirmizi kitab (أبواب الصلاة عن رسول الله صلى الله عليه و سلم ) bab (باب ما جاء في فضل التطوع وست ركعات بعد المغرب)
Abu Isa al-Tirmizi mengomentari hadis ini bahwa hadis Abu Hurairah adalah hadis gharib, tidak kami mengetahui riwayatnya kecuali dari jalur Zaid ibn al-Hubab dari Umar ibn Abi Khats’am. Saya mendengar Muhammad ibn Ismail (Imam al-Bukhari) berkata Abdullah ibn Abi Khats’am munkir al-hadis dan dia sangat lemah (منكر الحديث وضعفه جدا). Hadis ini adalah sangat lemah tidak boleh dijadikan fadail al-a’mal.
Juga terdapat pada sunan Ibn Majah, kitab (كتاب إقامة الصلاة والسنة فيها) bab (باب ما جاء في الصلاة بين المغرب والعشاء). Dalam sanadnya juga terdapat perawi Abdullah ibn Abi Khats’am, perawi yang sangat lemah. Hadis ini sangat lemah dan tidak boleh dijadikan fadail al-a’mal.
Hadis kedua, kita dapati di Sunan Ibn Majah kitab (كتاب إقامة الصلاة والسنة فيها) bab (باب ما جاء في الصلاة بين المغرب والعشاء). Dalam sanadnya terdapat perawi Ya’qub Ibn Walid al-Madini. Kita lihat bagaimana komentar al-Hafiz al-Bushairi dalam Misbah al-Zujajah fi Zawaid Ibn Majah: (في الزوائد في إسناده يعقوب بن الوليد اتفقوا على ضعفه . قال فيه الإمام أحمد من الكذابين الكبار وكان يضع الحديث) “di dalam kitab al-Zawaid disebutkan dalam sanadnya terdapat Ya’qub Ibn Walid, para ulama hadis sepakat akan kedhaifannya. Imam Ahmad berkata tentangnya bahwa dia berada diantara orang-orang pendusta, dia memalsukan hadis”
Hadis yang kedua adalah maudu’ tidak boleh dijadikan fadail al-a’mal seperti yg tengku sampaikan diatas.
Kesimpulannya, kedua hadis tersebut tidak boleh dijadikan hujah dalam fadail al-a’mal. Atau mungkin ada riwayat yg lain selain dari Abdullah ibn Abi Khats’am dan Ya’qub Ibn Walid? Setidaknya kita bisa sharing ilmu.
Saya tertarik pada hadis yang ketiga, tapi bolehkan tengku memberi tahu dimana sumbernya dan bagaimana status kedudukan hadis tersebut? Truss bagaimana teks arabnya, biar mudah saya mencarinya..terima kasih teungku
Barakallahu fiik, Shahih Akhi Anonymous, seharusnya kita disibukkan dengan hadist hadist yang shahih. karna setiap yang menyangkut ibadah harus berdasarkan Alquran dan hadist. Dan sudah seharusnya lah kita ittiba' (adalah seseorang mengikuti apa yang datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) bukan taqlid (adalah mengikuti perkataan seseorang tanpa hujjah atau tanpa mengetahui dalilnya).
Hapus“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (al-Isra: 36).
Allahul Musta'an.
Terima kasih atas kesediaan bapak meluangkan sedikit waktu untuk ikut berpartisipasi di tempat kami ini. Mohon maaf atas keterlambatan kami, karena dalam beberapa hari terakhir kami belum sempat membalas satu komentarpun di web ini. Ada beberapa poin yang ingin utarakan menanggapi komentar bapak;
Hapus1. mengenai kelebihan malam nisfu Sya'ban cukup banyak dalil yang kuat. Imam Syafii juga meriwayatkan hadits tentang mustajabahnya doa dalam 5 malam, salah satunya adalah di malam Nisfu Sya'ban. Maka para ulama menganjurkan supaay dihidupkan malam nisfu Sya'ban dengan berbagai macam ibadah. Menghidupkan malam boleh dengan shalat, zikir, shalawat, membaca al-quran dll. Adapun shalat khusus Nisfu Sya'ban atau shalat Ragha`ib, para ulama berbeda pendapat. Imam Nawawi telah menyatakan bahwa hal tersebut adalah bid'ah, sedangkan sebagian ulama lain membolehkannya, karena menurut mereka haditsnya walaupun dha'if tapi masih dalam taraf boleh diamalkan. Karena adanya khilafiyah yang kuat ini, maka para ulama lebih menganjurkan dalam malam Nisfu Sya'ban tersebut untuk melaksanakan shalat lain, seperti shalat tasbih dan juga shalawat awwabin, kesunnahan shalat tasbih dan awwabin tidak terikat dengan malam nisfu Sya'ban.
Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitabnya Lathaif al-Ma'arif menyatakan bahwa tentang kelebihan Nisfu Sya'ban ada banyak hadits, namun ada perbedaan pendapat ulama tentang keshahihan sebagiannya. Setelah membawa beberapa pendapat para ulama tentang tatacara menghidupkan malam Nisfu Sya'ban, Ibnu Rajab lebih cenderung kepada pendapat yang mengatakan sunat menghidupkan malam nisfu Sya'ban secara tersendiri bukan berjamaah. Intinya beliau juga menganjurkan untuk menghidupkan malam nisfu Sya'ban dengan shalat. Ini adalah khilafiyah para ulama tentang tata cara menghidupkan malam nisfu Sya'ban. Kitab-kitab tentang Nisfu Sya’ban bisa didownload dalam postingan kami beberapa hari lalu di
Download-Kitab-Tentang-Nisfu-Syaban
2. Masalah shalat sunat antara magrib dan Isya, banyak hadits yang menyebutkan kelebihan beramal dalam waktu tersebut. Imam az-Zabidi menyebutkan beberapa hadits tersebut dalam kitab beliau, ittihaf Sadatil Muttaqin, jilid 3 hal 614 Cet. Dar Kutub Ilmiyah thn 2005. Sebagian dhaif namun karena jumlah haditsnya banyak maka secara keseluruhan hadits tersebut sudah cukup untuk diamalkan. Hal ini dibuktikan dengan penjelasan para fuqaha` yang berpendapat sunat shalat awwabin setelah magrib dari empat Mazhab. Berikut penjelasan kitab Mausu’ah Fiqhiyah kuwaitiyah;
اختلف في عدد ركعات إحياء ما بين العشاءين تبعا لما ورد من الأحاديث فيها . فذهب جماعة إلى أن إحياء ما بين العشاءين ، يكون بست ركعات ، وبه أخذ أبو حنيفة ، وهو الراجح من مذهب الحنابلة . واستدلوا على ذلك بحديث ابن عمر السابق . وفي رواية عند الحنابلة أنها أربع ركعات ، وفي رواية ثالثة أنها عشرون ركعة
وذهب الشافعية إلى أن أقلها ركعتان وأكثرها عشرون ركعة. وذلك جمعا بين الأحاديث الواردة في عدد ركعاتها . وذهب المالكية إلى أنه لا حد لأكثرها ولكن الأولى أن تكون ست ركعات . وتسمى هذه الصلاة بصلاة الأوابين ، للحديث السابق . وتسمى صلاة الغفلة
Bapak Anonim yang kedua, benar sekali pernyataan bapak ,bahwa ibadat tersebut harus sesuai dengan al-quran dan hadits. Namun apakah bapak berani menjamin bahwa pemahaman bapak terhadap hadits sudah sesuai dengan maksud Allah ta'ala dan RasulNya? Bagaimana standar pemahaman seseorang terhadap hadits dan ayat tersebut yg sesuai dengan maksud Allah sendiri? Karena kalau mengikuti penjelasan shahabat atau ulama itu juga taqlid namanya..
HapusWalaupun bapak mencela taqlid, namun kami yakin 100% bahwa bapak juga taqlid. Ini bisa di buktikan...
Terimakasih sudah berbagi ilmu di sini....
BalasHapus