Hukum Menghalalkan Hubungan Sejenis

Diskripsi Masalah.
Akhir-akhir ini ada segelintir orang yang menamakan diri sebagai kelompok Islam Liberal, mereka menghalalkan berhubungan sejenis lebih populer dengan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) , pernyataan ini sangat meresahkan masyarakat karena bukan sekedar perbedaan tapi yang demikian adalah jelas-jelas  penyimpangan yang harus diamputasi. Maka dalam memahami ilmu agama harus diambil dari pada guru-guru yang mulia dan dari para mufasir supaya tidak jatuh  dalam kesesatan yang boleh jadi karena menghalalkan yang haram, serta menghalalkan yang haram.
Status Hukum Bagi yang Menghalalkan LGBT

Pertanyaan.

  1. Bagaimanakah hukum perkawinan sejenis ?
  2. Bagaimana status bagi orang yang menghalalkan perkawinan sejenis ?


Jawaban.

  1. Perkawinan sejenis adalah haram dan merupakan ijmak (konsensus) para Ulama. Perkawinan sejenis otomatis membawaki kepada terjadinya liwath atau homoseks dan lesbian yang merupakan perbuatan yang di haramkan dalam agama. Tidak ada satu mazhab pun yang membolehkannya, bahkan homoseks tidak pernah di halalkan oleh Allah dalam satu syariatpun sebelum syariat Nabi Muhammad. Kaum Nabi Luth Allah beri bala yang cukup hebat karena mereka pelaku homoseks. Para ulama ijmak bahwa kedua prilaku tersebut merupakan hal yang terlarang dalam agama. Masyarakat luas juga mengetahui secara yakin dan pasti bahwa kedua perbuatan tersebut tidak di benarkan dalam agama. Maka keharaman homoseks dan lesbian merupakan ijmak yang jaly dan merupakan salah satu masalah yang di ketahui secara umum oleh masyarakat muslim (ma`lum min din bi al-dhadhury). Maka pelaku homoseks dan lesbian wajib segera bertaubat dan berusaha semampu mungkin untuk membuang kebiasaan buruk tersebut dan wajib diupayakan usaha pengobatan terhadap mereka. 
  2. Mengingkari perkara yang dhahuri dari agama dapat berakibat kepada pelakunya keluar dari agama Islam (murtad) karena mengingkarinya berarti mendustakan Rasulullah SAW sendiri. Maka melegalkan perkawinan sejenis dapat menjadikan pelakunya keluar dari Islam (murtad) karena ia telah melegalkan satu perbuatan yang di haramkan dalam agama secara ijmak dan merupakan perkara yang di ketahui scara luas oleh kalangan masyarakat muslim.  Maka orang yang telah menghalalkan hubungan sejenis wajib segera taubat, dan pemerintah wajib memerintahkannya untuk bertaubat. Bila ia tidak mau bertaubat maka pemerintah wajib memhukumnya dan darahnya tidak lagi di hormati sebagaimana layaknya darah kaum muslimin dan golongan lain yang masih terhormat darahnya. Mengingkari perkara yang ma'lum min din bi dharuri berakibat kepada pelakunya murtad karena dengan sikapnya menghalalkan apa yang telah jelas dan diketahui dengan mudah merupakan perkara yang diharamkan dalam syariat Nabi Muhamammad maka ia telah mendustakan Nabi Muhammad. Mendustakan Nabi berakibat kepada pelakunya di hukumi murtad dan keluar dari Islam. Adapaun pelaku homoseksual dan lesbian, bila ia tidak meyakini perbuatan tersebut adalah halal maka hal tersebut tidak menyebabkan ia keluar dari Islam, namun ia berdosa dosa besar karena pelaku dosa besar masih dihukumi Islam. Namun bila ia juga meyakini bahwa homoseks dan lesbian tersebut halal maka ia juga berakibat murtad. 


Referensi :

Kitab syarah Ibnu Qasim Izzi juz 2 hal.232-233 (Cet.Haramain)

(وحكم اللواط واتيان البهائم كحكم الزنا( فمن لاط بشخص بان وطئه في دبره حد على المذهب

"Hukum Liwat (perkawinan sejenis) seperti hukum zina (haram dan dikenakan had)"

Kitab Fathul Mu’in juz 4 hal.135 (Cet.Haramain)

وذلك ( كنفي صانع و ) نفي ( نبي ) أو تكذيبه ( وجحد مجمع عليه ) معلوم من الدين بالضرورة من غير تأويل وإن لم يكن فيه نص كوجوب نحو الصلاة المكتوبة وتحليل نحو البيع والنكاح وتحريم شرب الخمر واللواط والزنا والمكس وندب الرواتب والعيد

"Diantara penyebab murtad adalah berpaham atheis, menolak adanya nabi atau mendustakannya dan mengingkari ijmak yang telah diketahui dalam agama secara mudah (ma'lum min din bid dharuri) seperti;  mengharamkan nikah, menghalalkan minum arak, menghalalkan liwat (perkawinan sejenis), menghalalkan zina...".

Kitab I’anatu Thalibin juz 4 hal. 135 (Cet.Haramain)

فمن أنكر وجوب شيء من الواجبات كالصلاة والصوم أو حرمة شيء من المحرمات المجمع عليها كالزنا واللواط وشرب الخمر أو أنكر شيئا من القرآن ولو آية كفر بذلك وسبب التكفير به كما في التحفة أن في إنكار ما هو معلوم من الدين بالضرورة تكذيبا للنبي صلى الله عليه وسلم

"Barang siapa yang menginkari kewajiban seperti salat lima waktu, puasa Ramadhan atau mennghalalkan sesuatu yang diharamkan yang telah ijmak ulama seperti zina, liwat (perkawinan sejenis), minum arak dan mengingkar walau satu ayat al-Quran maka ia kufur (murtad). Sebab ia dihukumi kufur, sebagaimana dalam kitab Tuhfah adalah karena pengingkarannya terhadap perkara yang diketahui dalam agama secara mudah (dharudy) merupakan pendustaan terhadap Nabi SAW"

Syaikh Ibrahim al-Laqqani dalam bait Jauharah Tauhid:

ومن لمعلوم ضرورة جحد من ديننا يقتل كفرا ليس حد
ومثل هذا من نفى لمجمع او استباح كالزنا فلتمع

Seseorang yang mengingkari sesuatu yang diketahui dengan dharuri dalam agama maka ia akan dibunuh karena kufurnya bukan sebagai hukuman ganjaran (had). Dan seperti itu juga orang -orang yang menentang ijmak atau membolehkan perbuatan seperti zina.

Kitab Tuhfatul Muhtaj juz 9 hal.103 (Cet.Beirut)

وْ حَلَّلَ مُحَرَّمًا بِالْإِجْمَاعِ ) وَعُلِمَ تَحْرِيمُهُ مِنْ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ وَلَمْ يَجُزْ أَنْ يَخْفَى عَلَيْهِ  كَالزِّنَا ) وَاللِّوَاطِ وَشُرْبِ الْخَمْرِ وَالْمَكْسِ وَسَبَبُ التَّكْفِيرِ بِهَذَا كَالْآتِي سَوَاءٌ فِي ذَلِكَ مَا فِيهِ نَصٌّ وَمَا لَا نَصَّ فِيهِ أَنَّ إنْكَارَ مَا ثَبَتَ ضَرُورَةً أَنَّهُ مِنْ دِينِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِ تَكْذِيبٌ لَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( وَعَكْسُهُ ) أَيْ حَرَّمَ حَلَالًا مُجْمَعًا عَلَيْهِ وَإِنْ كُرِهَ كَذَلِكَ كَالْبَيْعِ وَالنِّكَاحِ ( أَوْ نَفَى وُجُوبَ مُجْمَعٍ عَلَيْهِ ) مَعْلُومًا كَذَلِكَ كَسَجْدَةٍ مِنْ الْخَمْسِ

"Sebab kufur adalah menghalalkan yang haram yang telah terjadi ijmak yang telah masyhur dalam agama seperti zina,liwat (perkawinan sejenis) dan minum arak"

Tuhfatul Muhtaj, Jld.9 hal 96, Maktabah Tijariyah thn 1983

وتجب استتابة المرتد والمرتدة) لاحترامهما بالإسلام قبل وربما عرضت شبهة بل الغالب أنها لا تكون عن عبث محض وروى الدارقطني خبر أنه «- صلى الله عليه وسلم - أمر في امرأة ارتدت أن يعرض عليها الإسلام فإن أسلمت وإلا قتلت» ، ... (وفي قول يستحب) كالكافر الأصلي (وهي) على القولين (في الحال) للخبر الصحيح «من بدل دينه فاقتلوه» ومر ندب تأخيرها إلى صحو السكران (وفي قول ثلاثة أيام) لأثر فيه عن عمر - رضي الله عنه - (فإن أصرا) أي الرجل والمرأة على الردة (قتلا) للخبر المذكور لعموم من فيه والنهي عن قتل النساء محمول على الحربيات وللسيد قتل قنه والقتل هنا بضرب العنق دون ما عداه ولا يتولاه إلا الإمام أو نائبه فإن افتات عليه أحد عزر

Post a Comment

0 Comments