Salah satu nikmat yang Allah berikan kepada umat Islam adalah selalu diberikannya waktu-waktu terbaik untuk beribadah dan berdoa kepada Allah. Waktu tersebut terus berjalan dan berganti dengan waktu mustajabah yang lain. Setelah Ramadhan berlalu, Allah berikan bulan Syawal dimana di dalamnya disunnahkan puasa enam hari, dan sekarang masuk bulan Zulhijjah, di mana di bulan ini juga Allah berikan kelebihan yang besar.
Di antara hari-hari yang lebih dalam bulan Zulhijjah adalah sepuluh hari diawal bulan ini.
Dalam al-quran Allah juga bersumpah dengan malam sepuluh hari Zulhijjah, dalam al-Quran surat al-Fajr;(والفجر . وليال عشر )
Demi fajar dan malam-malam yang sepuluh.
Selain itu, sepuluh hari Zulhijjah juga merupakan bagian dari empat puluh hari yang Allah janjikan kepada Nabi Musa as dalam firmanNya;
وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi) (Q.S. al-A’raf; 142)
Selain juga juga merupakan penutup dari aiyam ma’lumat bagi musim haji yang Allah sebutkan dalam al-quran surat al-Baqarah ayat 197:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ
Haji adalah beberapa bulan yang telah dimaklumi. (Q.S. al-Baqarah ayat 197).
Maksud dari bulan-bulan yang ma’lum itu adalah Syawal, Zulqa’dah, dan sepuluh hari bulan Zulhijjah.
Sepuluh Zulhijjah juga hari yang dimaksudkan dengan kata aiyam ma’lumat dalam surat al-Hajj ayat 28 sebagai hari yang dianjurkan untuk memperbanyak mengingat Allah sebagai jalan mensyukuri nikmat yang Allah berikan hewan-hewan ternak.
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. (Q.S. al-Hajj ayat 27)
Manyoritas ulama mengemukakan hari hari ma’lumat adalah hari sepuluh Dzulhijjah. Diantara para ulama yang berpendapat demikian Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Atha, Mujahid, Ikrimah, Qatadah, nakh’i, dan juga pendapat Imam Abi Hanifah, Imam Syafii dan Ahmad yang masyhur.
ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام" يعني أيام العشر قالوا: يا رسول الله ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: "ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجلا خرج بنفسه وماله لم رجع من ذلك بشيء
Tiada hari dimana perbuatan terpuji saat itu lebih dicintai Allah dari pada ini hari yaitu sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: “ya Rasullah, tidak juga jihad?” Rasullah mejawab: tidak juga jihad di jalan Allah melainkan seorang laki-laki yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak kembali lagi”. (H.R. Imam Bukhari)
Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda;
ما من أيام أفضل عند الله من أيام عشر ذي الحجة فقال رجل : يا رسول الله هو أفضل أم عدتهن جهاد في سبيل الله ؟ قال : هو أفضل من عدتهن جهادا في سبيل الله
Tiada dari hari-hari yang afdhal disisi Allah melebihi sepuluh hari Zulhijjah, para shahabat bertanya; ya Rasulullah, itu lebih afdhal atau berjihad selama sepuluh hari di jalan Allah? Rasulullah menjawa; dia lebih afdhal dari berjihad dengan bilangannya (10 hari) di jalan Allah.
Hadist ini menunjuki bahwa beramal pada sepuluh Dzulhijjah Allah lebih cinta dari pada beramal pada hari-hari dunia tanpa ada pengecualian. Maka jika beramal pada hari tersebut lebih afdhal dan dicintai di sisi Allah maka amaliyah pada hari tersebut menjadi amal yang lebih utama dari amaliyah pada hari lain walaupun dengan amalan yang lebih sendiri.
Juga diriwayatkan dri Ibu Abbas dengan sanad yang dhaif;
و العمل فيهن يضاعف بسبعمائة
Ada beberapa riwayat yang berbeda-beda tentang kadar dilipatgandakan balasan amalan pada sepuluh zulhijjah. Dalam riwayat Imam Turmizi, Ibnu Majah, dari riwayat an-Nahhas dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabada ;
ما من أيام أحب إلى الله أن يتعبد له فيها من عشر ذي الحجة يعدل صيام كل يوم منها بسنة و كل ليلة منها بقيام ليلة القدر
Tiada dari hari yang lebih Allah cintai untuk beribadat daripada sepuluh Zulhijjah, puasa pada hari-hari tersebut sebanding dengan setahun, beribadat pada malamnya sebanding dengan beribadat pada malam Qadar”.
Diriwayatkan oleh Tsuwair bin Abi Fakhimah dari Mujahid dari Ibnu Umar bahwa beliau berkata :
ليس يوم أعظم عند الله من يوم الجمعة ليس العشر فإن العمل فيها يعدل عمل سنة
Tiada hari yang lebih besar di sisi Allah dari hari jum’at yang bukan dari sepuluh (Zulhijjah), karena beramal di sepuluh hari di bulan Zulhijjah sebanding dengan setahun.
Di riwayatkan oleh Abu Amr an-Naisaburi dalam kitab al-Hikayat dari Qatadan dan Ibnu Sirin keduanya berkata :
صوم كل يوم من العشر يعدل سنة
Juga diriwayatkan dari Saidina Anas bin Malik;
كان يقال في أيام العشر بكل يوم ألف يوم و يوم عرفة عشرة آلاف
Ada yang mengatakan tentang sepuluh hari Zulhijjah bahwa untuk setiap harinya sebanding dengan seribu hari dan hari Arafah sebanding dengan sepuluh ribu.
Selain itu banyak juga hadits yang menyebutkan kadar dilipatgandakan amalan di hari tersebut, namun banyak di antaranya merupakan hadits maudhu’ yang tidak layak untuk kita sebut.
Berkata Suhail dari ayahnya dari Ka’ab :اختار الله الزمان و أحب الزمان إلى الله الأشهر الحرم و أحب الأشهر الحرم إلى الله ذو الحجة و أحب ذي الحجة إلى الله العشر الأول
Allah telah memilih waktu, dan waktu yang paling Allah cintai adalah bulan haram, dan dan bulan haram yang paling Allah cintai adalah bulan Zulhijjah dan hari-hari bulan Zulhijjah yang paling Allah cintai adalah sepuluh hari diawalnya.
Adapun anjuran untuk memperbanyak zikir pada hari-hari ini terdapat dalam al-Quran, firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 28:
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
dan mereka menyebut nama Allah pada hari-hari ma’lumat .
Menurut jumhur ulama, maksud dengan hari ma’lumat itu adalah 10 hari di awal Zulhijjah.
Dalam satu Hadits Rasulullah SAW bersabda:ما من أيام أعظم و لا أحب إليه العمل فيهن عند الله من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل و التكبير و التحميد
Tiada dari hari-hari besar dan yang lebih dicintai untuk beramal disisi Allah melebihi hari-hari sepuluh ini, maka perbanyaklah tahlil, takbir dan tahmid pada hari tersebut.(H.R. Imam Ahmad)
Referensi Kitab Lataiful Maarif halaman 458 &469 & 471 cet Darul Ibnu Khatsir .
0 Komentar