Kitab Insan Kamil al-Jily Menurut Habib Zain bin Ibrahim bin Smith.

Habib Zain bin Ibrahim bin Smith merupakan salah satu ulama besar di zaman ini yang berasal dari kalangan habaib, beliau tinggal di kota Madinah mempertahankan ruh Ahlussunnah wal Jamaah. Habib yang lahir di Indonesia ini punya banyak karya kitab dalam berbagai bidang. Salah satu kitab beliau yang terkenal adalah kitab Manhaj Sawi Syarh Ushul Thariqat Ba’alawi. Kitab ini bisa di donwload di SINI.  Dalam kitab ini beliau menjelaskan tentang seputar tentang ilmu, kelebihannya, ahlinya, adab, doa bagi penuntut ilmu, amal, wara’, khauf, ikhlash, dan beliau sudahi dengan satu khatimah tentang nasehat nafi’ah.
Tepat pada halatul ula yang berbicara tentang ilmu, pada bab ke enam, fashal ke empat, beliau membicarakan beberapa kitab yang dilarang untuk dipelajari. Beliau menyarankan untuk menjauhi beberapa kitab yang punya potensi menyesatkan para pembacanya karena salah dalam memahami isi kitab tersebut, dikarenakan pembahasan kitab tersebut sangat rumit sehingga hanya bisa dipahami oleh kalangan tertentu saja. Larangan tersebut tak lain merupakan sebagai upaya untuk menjaga keselamatan bagi pembaca sendiri. Di antara kitab-kitab yang beliau anjurkan supaya dijauhi adalah kitab-kitab tasawuf tingkat tinggi, antara lain;

  1. Kitab-kitab karangan Syeikh Ibnu al-Arabi
  2. Kitab al-Mi’raj as-Salikin dan al-Madhnun bih ‘ala ghair ahlih, keduanya karangan Hujjatul Islam Imam Ghazali
  3. Kitab-kitab karangan Syeikh Abdul Karim al-Jily
  4. dll

Ternyata, Habib Zain juga menganjurkan untuk menjauhi kitab karangan Syeikh Abdul Karim al-Jily, yang mana salah satu karangan beliau yang terkenal adalah kitab Kitab Insan Kamil fi ma’rifatil al-Awakhir wal awail. Dalam hal ini beliau juga merujuk kepada kitab Risalah Mu’awanah karangan Imam al-Haddad yang sudah pernah kami tampilkan dalam tulisan kami sebelumnya;

Peringatan Ulama Besar Yaman tentang Kitab Insan Kamil al-Jily

Hal ini menguatkan keputusan MPU Aceh beberapa waktu lalu yang memasukkan kitab Insan Kamil Imam al-Jily ke dalam kitab gahiru mu’tabarah yang ternyata saat ini di Aceh sedangkan di kembangkan pemahamannya oleh sebagian pihak. Maka dengan melihat nasehat dari dua ulama besar keturunan Rasulullah ini dan juga ulama lainnya, sepatutnya kitab Insan Kamil Imam al-Jily tersebut tidak di pelajari apalagi di kembangkan kepada masyarakat awam. Hal ini bukan  karena menganggap sesat penulisnya, namun lebih kepada demi menjaga keselamatan aqidah dari terjatuh kedalam kezindiqan karena salah dalam memahami nash kitab tersebut.

Berikut ini nash kitab Manhaj Sawy beserta terjemahannya, hal 268-271 Dar Ilm wa Da’wah


ينبغي للإنسان أن يتحرز من مطالعة الكتب التي تشتمل على الأمور الغامضة إيثارا للسلامة وخشية أن يفهمها على غير وجهها فيضل عن سواء السبيل و يهلك مع الهالكين وذلك مثل مؤلفات الشيخ عبد الكريم الجيلي كما ذكر ذلك سيدنا عبد الله الحداد في رسالة المعاونة
وقال الإمام سيدنا الإمام عيدروس بن عمر الحبشي نفع الله به روي عن سيدنا عبد الله العيدوس أنه رأى بيد ولده أبي بكر العدني جزءا من الفتوحات المكية لإبن عربي فزجره عن مطالعة ذلك الكتاب ونقل في تثبيت الفؤاد عن سيدنا الإمام الحداد رضي الله الله عنه أنه قال لا ينبغي للطالب أن يبتدئ بمطالعة كتب الشاذلية حتى يطالع أولا غيرها قبلها ويحكمها ككتب الإمام الغزالي ثم يطالع بعد ذلك كتب الشاذلية ليستفيد فإن ابتدأ بها أولا رجع يحتج بالأقدار وبقي كلحم عل وَضَم


Sepatutnya bagi manusia untuk menjauhi menelaah kitab-kitab yang mengandung masalah-masalah yang rumit demi menjaga keselamatan dan takut salah memahami sehingga akan tersesat dari jalan yang benar dan akan binasa bersama orang-orang yang binasa. Kitab-kitab tersebut seperti karya-karya Syeikh Abdul karim al-Jily sebagaimana disebutkan oleh Saiduna Abdullah al-Haddad dalam kitab Risalah Mu’awanah.
Imam Aidarus bin Umar al-Habsyi berkata; diriwayatkan dari Saiduna Abdullah Aidarus bahwa beliau melihat satu juzuk kitab Futuhat Makkiyah Ibnu Arabi pada tangan anaknya, Abi Bakar al-Adani, maka beliau segara melarangnnya untuk menelaahnya. Dan disebutkan dalam kitab tasbit al-fuad dari Imam al-Haddad bahwa beliau berkata ; tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu memulai menelaah kitab-kitab Imam asy-Syazili sehingga ia terlebih dahulu telah menelaah kitab-kitab lainnya dan telah mantap seperti kitab-kitab Imam Ghazali kemudian barulah ia menelaah kitab Imam asy-Syazili supaya ia mendapat faedah darinya. Jika ia langsung menelaah kitab Imam Syazili maka ia akan kembali seperti meletakkan daging di atas tempat memotongnya (maksudnya tidak akan mendapatkan hasil, sebagaimana hanya meletakkan daging atas papan tempat memotongnya tidak akan membuatnya masak sehingga bisa dikonsumsi).

Post a Comment

6 Comments

  1. assalamualaikum Tgk.
    Bagaimana tanggapan tgk. tentang pengajian Abuya Amran Waly, apa boleh mengikutinya?? mohon penjelasan tgk. atas malasah yang terjadi sekarang ini agar masyarakat tidak bingung lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Disitu sudah di jelaskan silahkan di baca. Takut nya disalah pahami isi kitab tersebut berakibat pada akidah kita. Lebih baik tidak dipelajari

      Delete
  2. Reuuuuubooooooooooooohhhhhhh....hayakkkkkkkkkkkk...

    ReplyDelete
  3. Mpu aceh takut dengan tasawuf..... kalau tidak takut seharus buka debat

    ReplyDelete
  4. Dilarang membaca dengan pemahaman sendiri. Tetapi boleh dibaca jika dengan orang-orang yg sudah tinggi maqam nya.

    ReplyDelete
  5. Kitab insan kamil itu akan salah klw di fahami oleh ulama ahli aqidah saja.... kecuali ulama yg ahli tasawuf maka justru mnguatkan aqidah.....dan kami sudah mndapat penjelasan dari guru kami ttg apa yg di permasalahkan itu dan itu tdk mnyesatjan apabila di fahami secara ilmu hakikat

    ReplyDelete