Imam Al Buwaity : Loyalitas Hingga Diizinkan Berfatwa


Beliau bernama lengkap Syaikh Abu Ya'kub Yusuf bin Yahya Al Buwaity,  merupakan salah satu ulama yang menyebarkan mazhab Syafi'i (mazhab jadid) yg berasal dari Buwaith (satu wilayah dataran tinggi di Mesir).

Kitab Mukhtasar Al Buwaity setidaknya cukup menjadi bukti kuat akan tinggi kontribusinya dalam meriwayatkan pendapat-pendapat Imam Syafi'i (W. 204 H). Bahkan Imam Syafi'i sendiri tak segan dalam memuji murid yang satu ini. 


ليس احد احق بمجلسي من يوسف بن يحيى، وليس احد من اصحابي اعلم منه. 


“Tak seorang pun yang berhak mengajar pada majelisku kecuali Yusuf bin Ya'kub (Al Buwaity). Dan dia merupakan muridku yang paling 'alim.”


Dalam berbagai kesempatan, beliau dipercayakan untuk menjawab persoalan-persoalan (ifta) yang ditujukan kepada Imam Syafi'i. 

“Tanyakan saja masalahmu kepada Buwaity”,

“Jawaban Al-Buwaity sama dengan jawaban ku”. 

Itulah sebagian dari petikan-petikan Imam yang mengindikasikan akan kepiawaian Al Buwaity (W. 231 H) dalam menguasai Mazhab Syafi'i. 


Lalu bagaimana dengan murid-murid Imam Syafi'i sekelas Imam Muzanni (W. 264 H) dan Rabi Al Muradi (W. 270 H) atau lainnya ? 

Apakah mereka kurang berkontribusi  ? 

Dan kenapa hanya Al Buwaity yang ditunjuk menggantikan dirinya dalam mengajar ? 

Setidaknya ada 2 alasan yang dapat kami rangkum dari kitab Al Madkhal Ila Mazhabil Imam Asy- Syafi'i karya Dr. Akram Yusuf Umar Al Qawasimy untuk mengurai benang kusut pertanyaan diatas :

baca juga: Hubungan Ilmu Maqulah 10 Dalam Ilmu Mantiq Dengan Tasawuf Tauhid Fikih

1. Sebenarnya, Imam muzanni dan murid Imam Syafi'i lainnya juga ikut berkontribusi dalam pengembangan Mazhab, namun bicara siapa yang duluan berkhidmat, tentu Al Buwaity juaranya. 

Dan ini menjadi alasan kuat kenapa hanya Al Buwaity yang dipercayakan menggantikan posisi Imam di berbagai halaqah dan ifta' saat Imam masih hidup, bahkan tugas ini terus dilaksanakan Al Buwaity sebelum dirinya dievakuasi penguasa saat itu ke Baghdad karena komitmennya perihal Al Quran bukan makhluk. 

Maka amat wajar rasanya jika pujian Imam Syafi'i kepada al Buwaity lebih jelas dan kental dibandingkan lainnya. 

Dan ini tidak menafikan bahwa Imam Syafi'i juga mengapresiasi Al Muzanni sebagai penolong mazhabnya (المزني ناصر مذهبي). 

Begitu juga Rabi' Al Muradi yang diakui sebagai murid yang paling banyak meriwayatkan pendapat Imam. 

احفظكم الربيع


2. Kecerdasan dan kontribusi Al Buwaity sudah mulai merebak saat Imam Syafi'i masih hidup, beda halnya Al muzanni dan Rabi' Al Muradi yang kontribusi mereka lebih dominan muncul pasca Imam Syafi'i wafat. Bahkan bisa kita katakan bahwa keduanya jauh lebih berkontribusi dalam pengembangan mazhab Syafi'i baik secara riwayat maupun dirayah dikarenakan hidup 30 tahun lebih lama dibandingkan Al Buwaity. 

Kitab Mukhtasar Muzanni misalnya, sekalipun hanya berupa ringkasan, tapi kitab ini menjadi muara dari silsilah perkembangan kitab-kitab ulama syafi'iyyah, mulai dari Nihayatul Matlab Imam Haramain (W. 478 H) hingga Manhajut Tullab Syaikh Zakaria Al Anshary (W. 926 H). Baik berupa mukhtasar (rangkuman) maupun syarah (ulasan panjang). 

Intinya, di mata sang Imam, mereka semua punya kelebihan dan pengaruh dengan gaya dan corak mereka masing-masing dalam pengembangan dan pengukuhan mazhab Syafi'i. 


Ref :

 - المدخل الى مذهب الإمام الشافعي للدكتور أكرم يوسف عمر القواسمي  (١٠٦ - ١٠٨) 

- الاجتهاد وطبقات مجتهدي الشافعية للدكتور محمد حسن هيتو (١٠٧)

Posting Komentar

0 Komentar