Dalam agama Islam semua ada aturannya, lebih- lebih lagi dalam hal ibadah, mengapa dalam islam kita diharuskan bersuci untuk melakukan satu ibadah? Karena bersuci itu salah satu syarat untuk sah kita melakukan ibadah kepada Allah, logikanya ialah misalnya kita ingin menemui seorang raja atau orang- orang yang terpandang dikalangan kita maka bagaimana kondisi kita? Apakah harus bersih, wangi dan rapi? Jawabannya iya, Alasannya karena kita ingin bertemu dengan orang yang agung supaya kita dekat dengan mereka, maka begitu pula kita di saat beribadah kepada Allah, kita harus bersih, berpakaian yang rapi dan sopan supaya ibadah kita diterima dihadapan Allah SWT.
Metode bersuci dalam islam ada 2 cara, yang pertama adalah wudhu.
Metode bersuci ini khusus bagi orang- orang yang berhadas kecil, seperti keluar kentut, kencing dan sebagainya.
Berbicara tentang hadas maka perlu kita ketahui bahwa hadas ini berbeda dengan kotoran atau najis, bila kita terkena najis atau kotoran maka untuk menyucikannya memada dengan menyiram atau membasuhnya, berbeda halnya dengan hadas karena hadas dianjurkan untuk berwudhu.
Seperti yang tertera dalam kitab Nihayatuz Zain karya Imam Nawawi al Bantani ulama kharismatik Indonesia.
Ketika kita berwudhuk maka jangan asal- asalan, kita juga harus memenuhi kewajibannya. Adapun kewajiban wudhuk ada 6:
1. Niat wudhu ketika membasuh wajah, niatnya adalah:
نَوَيْتُ رَفْعَ الْحَدَثِ الْأَصْغَرِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
"Saya berniat menghilangkan hadas kecil fardu karena Allah ta'ala"
2. Membasuh wajah, secara vertikal (panjang/ atas bawah) mulai tempat tumbuh rambut (pada umumnya) sampai dua tulang bawah yang ditumbuhi gigi bawah atau rahang bawah) . Secara vertikal (lebar/ kiri ke kanan) dimulai dari batasan telinga kiri hingga telinga kanan atau sebaliknya)
3. Membasuh dua tangan hingga siku.
4. Membasuh sebagian kepala, tidak mesti ditengah kepala namun boleh disampingnya, kepada bagian depan dan kepala bagian belakang.
5. Membasuh 2 kaki hingga mata kaki.
6. Tertib, yaitu dikerjakan seperti urutan yang telah disebutkan diatas.
Metode bersuci yang kedua adalah mandi. Metode bersuci ini khusus kepada orang- orang yang berhadas besar, seperti mimpi basah, jimak, haid dan lain sebagainya dan mandi yang dimaksud disini ialah mandi wajib yang perlu kepada niat bukan seperti mandi biasa.
Dalam mandi ini juga ada 2 kewajiban yg harus dipenuhi.
1. Niat menunaikan fardu mandi ketika meuangkan air diatas kepala. Niatnya adalah:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ الْأَكْبَرِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
"Aku berniat mandi untuk menghilangkan hadas besar, fardu karena Allah Taala"
2. Meratakan air keseluruh badan hingga celah-celah dan wajib juga sampai air pada lekuk-lekuk badan.
ثم الطهارة قسمان : طهارة لأجل حدث أصغر، وطهارة لأجل حدث أكبر (فالأولى) أي الطهارة لحدث أصغر وهو المقصد الأول (الوضوء).
وَفُرُوضُهُ: نِيَّةُ وُضُوءٍ عِنْدَ غَسْل وَجْهِ، وَغَسْلُ وَجْهِهِ، وَهُوَ مَا بَيْنَ مَنَابِتِ رَأْسِهِ وَمُنْتَهَى لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ أُذُنَيْهِ . وَغَسْلُ يَدَيْهِ بِمِرْفَقٍ .وَمَسْحُ بَعْضٍ رَأْسِهِ. وَغَسْلُ رِجْلَيْهِ بِكَعْبٍ وَتَرْتِيبُ
(والثانية) : أي الطهارة لأجل حدث أكبر وهو المقصد الثاني من مقاصد الطهارة (الغسل)
وحقيقته شرعاً سيلان الماء على جميع البدن بنية ولو مندوبة كما في غسل الميت.
(وفروضه) أي الغسل شيئان : أولهما (نية أداء فرض الغسل أو أداء الغسل أو فرض الغسل، أو الغسل المفروض، أو الواجب، أو الطهارة للصلاة، أو الغسل لها، أو نية رفع جنابة إن كان جنباً، أو رفع حدث الحيض إن كانت المرأة المغتسلة حائضاً . أما نية الغسل المسنون فقد تقدم (مقرونة بأوله أي الغسل، وأول فرض هنا هو أول مغسول من بدنه سواء أكان أعلى أم أسفل لعدم الترتيب فيه، فلو نوى بعد غسل جزء وجب إعادة غسله : وإذا اقترنت بأول مفروض فلا يحصل له شيء من السنن السابقة . (و) ثانيهما (تعميم) ظاهر بدن حتى ما تحت قلفة من الأقلف وحتى باطن الشعر ولو كثيفاً، ويجب له نقض الضفائر والعقائص إن لم يصل الماء إلى الباطن إلا بالنقض بماء ويكفي ظن عمومه) ثم الاغتسال عن الحدث الأكبر إما بالانغماس، أو بالصب، أو بالاغتراف من الماء فإن كان بالانغماس فالأمر ظاهر، وإن كان بالصب فينبغي للمغتسل مراعاة محل الاستنجاء لأنه ربما لا يصل إليه ماء الصب، فينبغي عليه الحدث الأكبر فيحتاج إلى غسله آخراً.
Ref: Nihayatuz Zain. Imam nawawi al Bantani, hal.16, 31-32, Cet. Dki Beirut.
0 Komentar